Topik ini yang sebenarnya muncul dari sebuah acara webinar. Sebagai salah seorang pembicara, saya harus menjawabnya. Kasihan Ibu Guru yang bertanya. Sudah bela-belain daftar, eh malah dicuekin. Kan gak enak. Bisa jadi saya gak bakalan diundang lagi jadi pembicara di webinar-webinar berikutnya.
Tidak banyak yang mengungkap bahwa Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) pada prinsipnya adalah sebuah proses komunikasi. Terdapat lima unsur dalam berkomunikasi, di mana satu dengan lainnya saling berkaitan; sumber (communicator), pesan (message), media (medium), penerima pesan (audience) dan efek (effect). Sumber di sini adalah 'guru', sedangkan penerima pesan sebagai 'siswa'. Masing masing memiliki karakteristik.
Pesan, media dan efek adalah benda yang hanya bisa bereaksi jika ada aksi. Hukum fisika melekat di dalamnya. Sedangkan guru dan siswa adalah jasad insani yang memiliki psikis selain fisik.
Ahli bedah Yunani Kuno bernama Hippocrates membagi psikis manusia ke dalam empat bagian. Menurutnya, sifat manusia dipengaruhi oleh mayoritas zat cair yang terkandung di tubuhnya. Shanguine dipengaruhi cairan darah yang bersifat panas, phlegmatic oleh lendir yang dingin, kholerik karena cairan empedu kuning dan melankolik cairan empedu hitam.
"Jika jumpa orang yang penampilannya periang, ceria, gaul dan sedikit usil, suka mencari hal-hal baru yang menantang, tandanya dia memiliki sifat sanguinis," ujar Hippocrates suatu hari.
"Plegmatis orangnya penurut, gak neko-neko, suka merawat hubungan antar teman. Koleris biasanya rada suka memaksakan kehendak, berkemauan keras. Sedangkan melankolis doyan detil, berjiwa sosial, senang menyendiri dan pendiam," lanjutnya sambil membetulkan jubah.
Setelah dipartisi seperti di atas, maka dengan mudah bisa dikategorikan guru dan siswa tersebut memiliki tipe seperti apa. Ya, guru dan siswa, karena dua-duanya manusia. Harus dilihat dan ditelisik secara stereo. Bisa jadi, penyebab siswa yang tidak termotivasi tersebut karena penampilan gurunya. Penampilan yang kurang disukai secara fisik maupun verbal oleh siswanya.
Kausalitas tersebut juga berlaku atas pandangan guru kepada siswanya. Kurang memberi perhatian, misalnya. Bisa juga disebabkan karena pra duga negatif terhadap siswa karena informasi dari beberapa sumber terhadap perilaku siswa tersebut sebelumnya.
Semua serba bisa dan serta mungkin. Perlu diagnosa mendalam agar bisa menemukan jawabannya.
Selanjutnya, pesan dan media. Pesan dalam hal ini adalah Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang akan dikuasai peserta didik setelah menyelesaikan seluruh proses interaksi dan taransformasi informasi. Kompetensi peserta didik berupa sikap, pengetahuan serta keterampilan. Ketiganya harus cakup dan cukup.
Sarana penyampaian pesan tersebut dinamakan media. Wujudnya bisa alat peraga dan atau bahan tayang. Bisa berbentuk teks, suara, gambar, video, animasi, dan sebagainya. Terserah gurunya, asalkan berdasarkan analisis Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar serta karakteristik mata pelajaran. Akan tetapi perlu diingat, resonansi suara serta gestur sang guru merupakan media yang paling mumpuni dalam berinteraksi.
Berbicara mengenai resonansi, tidak elok rasanya mengenyampingkan pengetahuan terhadap empat frekuensi gelombang otak manusia.
Gelombang beta memiliki frekuensi 12 sampai 25 Hz. Kondisi manusia pada frekuensi ini berada dalam keadaan terjaga penuh. Kosentrasi sedang meningkat. Jika ada orang kelihatan saling ngotot, marah, takut, dia sedang berada pada frekuensi ini.
Dibawahnya adalah gelombang alpha, antara 8 sampai 12 Hz. Masih dalam kondisi terjaga. Bedanya dengan yang diatas, orang yang dalam kondisi alpha sedang berada dalam suasana rileks dan santai. Keadaan seperti ini paling enak ngobrol sama peserta didik, asalkan gurunya juga dalam frekuensi yang sama-sama nyantai.
Frekuensi lainnya tidak perlu dibahas, karena orang yang sedang berada dalam frekuensi theta dan delta dalam keadaan fly dan tertidur nyenyak. Susah diajak ngomong. Apalagi memberinya stimulus agar termotivasi.
Secara pengetahuan sudah dijabarkan peta sikap dari seorang manusia. Demikian juga dengan resonansi gelombang otaknya. Tinggal memilih strategi yang tepat untuk membidik siswa dalam mempengaruhinya agar termotivasi dalam belajar.
Siswa akan termotivasi jika merasa nyaman bersama gurunya. Siswa akan termotivasi jika siswa percaya bahwa gurunya akan dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya.
Berkomunikasilah sesuai karakteristik siswa. Guru yang disayangi siswa akan menimbulkan motivasi belajar peserta didiknya.
Selanjutnya, lihat efek yang terjadi. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H