Berbeda dengan ibunya, mamak tidak peduli apakah Nita bau asem keringat atau harum wangi setelah mandi, perempuan itu tidak pernah ragu untuk memeluk dan mencium Nita. Dan Nita lebih nyaman dengan wangi tubuh mamak yang berbau campuran antara keringat dan asap masakan di dapur, dibandingkan dengan wangi mewah dan mahal dari ibunya.
Mamak, seorang perempuan desa janda dua anak, adalah perempuan yang mengasuh Nita sejak kecil.Ibu Nita terpaksa mendelegasikan sebagian pengasuhan Nita kepada mamak agar bisa lebih fokus memanjat tangga karier. Ironisnya, mamak terpaksa menitipkan dan meninggalkan kedua anaknya pada orang tuanya di desa agar dia bisa menjadi pengasuh Nita.
“Kenapa kamu makin kurus?” tanya mamak setelah melepas pelukannya.
“Saya diet, badan sudah melar.”
“Jangan diet-diet, nanti sakit. Mamak sudah siapkan masakan kesukaan kamu. Ayo makan.”
Nita tersenyum, memberi makan adalah bahasa cinta mamak.
Nita beruntung memilik dua ibu. Mama, ibu kandungnya, yang membuka jendela intelektualitas untuknya. Dan mamak, ibu asuhnya, yang memberi kehangatan yang tidak dia dapatkan dari ibu kandungnya. Nita mencintai keduanya dalam porsi dan cara yang berbeda.
Selamat Hari Ibu untuk mama dan juga mamak.
Jogja, 30 Desember 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H