Mohon tunggu...
Ariani Kartika
Ariani Kartika Mohon Tunggu... Freelancer - Sudah keluar dari pekerjaan 9-5

Suka menulis dan membuat sabun artisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Apakah Ilmu Titen Masih Relevan Dipakai di Tengah Fenomena El Nino?

28 Desember 2023   20:46 Diperbarui: 29 Desember 2023   05:37 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Desember sudah dipenghujung bulan, tapi Jogja nyaris tidak ada hujan. Di akhir November sampai awal Desember sempat turun beberapa kali hujan yang cukup lebat. Semua bergembira, akhirnya musim hujan tiba. Tapi kita semua tertipu. Memasuki minggu kedua hingga nyaris akhir desember langit jogja biru cerah, matahari bersinar Terik sepanjang hari, dan jangan tanya hawa panasnya.

Iseng saya tanya lontarkan pertanyaan ke sebuah grup WA, apakah panas di bulan Desember ini karena ulah pawang hujan  supaya proyek nasional besar jalan tol yang menghubungkan Jogja -- Solo dapat selesai sebelum liburan Natal dan akhir tahun.

Jawabannya tidak. Bukan Jogja saja yang panas, tapi hampir seluruh pulau Jawa karena adanya El Nino yang menyebabkan perubahan cuaca.

Balik ke soal pawang hujan,saya tidak mengada-ngada soal itu. Di awal November medsos diramaikan dengan penampakan radar cuaca yang agak aneh di atas Jogja, dimana area sekitar Jogja tampak penuh dengan awan sedangkan area Jogja kosong dan berbentuk lingkaran nyaris bundar.

Lansung saja semua menghubungkan  dengan ulah pawang hujan yang mengalihkan awan dari atas Jogja ke tempat lain, agar  kontraktor jalan tol  dapat  merampungkan proyek sebelum liburan natal dan akhir tahun.  

Tentu saja BMKG langsung memberi penjelesan ilmiah kenapa peta radar cuaca  kosong di atas Jogja adalah karena keterbatasan alat untuk mendeteksi adanya awan tipis diatas Jogja sehingga terlihat seperti kosong dibandingkan dengan area disekitarnya.

Apapun penjelasaannya, baik non-ilmiah ataupun ilmiah, fakta di kehidupan sehari-hari menunjukan bahwa kita sedang mengalami fenomena El Nino dimana terjadi musim kering yang panjang.

Dulu orang tua sampai anak-anak bisa memperkirakan kapan musim kering dan kapan musim hujan.  Namun El Nino ini mematahkan teori  yang mengatakan kalau sudah masuk bulan berakhir dengan "ber", September sampai Desember, biasanya sudah mulai musim hujan.

Pertanian adalah salah satu sektor yang paling terdampak dari musim yang tidak teratur ini, karena petani biasanya akan menanam tanaman sesuai dengan ketersediaan air, seperti padi dimusim basah atau palawija dimusim kering.

Berbicara soal petani, ada seorang teman yang berbagi cerita menarik. Beberapa bulan lalu teman saya itu berbincang dengan seorang petani senior. Menurut petani tersebut musim hujan masih lama karena dia masih merasa tanah yang dipijak masih panas, hewan-hewan tanah belum keluar dan posisi matahari belum menunjukan tanda-tanda musim hujan akan segera tiba. Awalnya teman saya tidak percaya, tapi akhirnya terbukti.  Jogja masih panas di bulan Desember.

Apakah petani tersebut memiliki "kesaktian" seperti pawang hujan? Tentu saja tidak. Ilmu yang dipraktekan oleh petani tersebut adalah ilmu titen, yang berasal dari Bahasa Jawa niteni yang artinya mengamati/memperhatikan.

Nenek moyang petani sejak ratusan tahun yang lampau selalu meniteni atau mengamati dengan cermat gejala-gejala perubahan alam, seperti perilaku hewan, jenis-jenis tanaman yang mulai bertunas atau gugur, desir angin,  hingga posisi matahari. Dengan seringnya mengamati para petani mengasah indra mereka menjadi lebih peka jika ada perubahan di alam.

Pengamatan ini pada awalnya diturunkan secara turun temurun secara lisan, hingga pada akhirnya diciptakan sebuah kalender yang disebut pranata mangsa yang berasal dari kata pranata yang artinya aturan dan mangsa yang artinnya musim.  Ini adalah bentuk kearifan local para petani untuk membaca tanda-tanda alam yang berkaitan dengan perubahan musim.

Selama ratusan tahun petani di Jawa menggunakan kalender pranata mangsa untuk hal-hal yang berhubungan dengan aktivitas pertanian. Namun dengan fenomena El Nino menggeser keakuratan kalender tersebut.

Disini penulis kagum dengan petani senior yang diceritakan diatas. Tidak bisa dipungkiri kalau  kalender pranata mangsa sudah tidak relevan digunakan karena siklus iklim yang berubah. Namun petani tersebut masih memiliki ilmu titen yang mumpuni untuk meramal bahwa musim hujan masih jauh dengan melihat tanda-tanda alam disekitarnya.

Minat anak muda sekarang untuk mempelajari titen nyaris tidak ada, karena dianggap kuno dan tidak memiliki landasan ilmiah.  Bahkan buat orang yang tidak mengerti, ilmu titen kerap dikaitkan dengan hal-hal yang berbau mistik.

Padahal memahami ilmu titen adalah hasil dari pengasah panca indra agar kita lebih sensitif dengan tanda-tanda alam.  Mungkin orang-orang jaman sekarang berpikir ilmu titen itu tidak penting, karena apapun informasi yang diperlukan bisa dicari dengan sebuah alat  canggih yang hanya sebesar telapak tangan.

Sayang sekali jika ilmu ini punah karena tidak ada lagi orang yang mempelajarinya. Dasar-dasar ilmu titen memang sudah banyak  ditulis, tapi untuk mencapai kemampuan untuk memahami suara alam hanya akan dapat dicapai jika dilatih.

Coba diingat sekali lagi, kapan terakhir kalian menjauhkan diri dari gadget, sejenak merenung di alam bebas, merasakan hangatnya tanah, merasakan desir angin, mendengar cicit burung atau sekedar memandang langit?

Ayo mari kita mulai untuk melatih kecermatan dan kepekaan indra kita agar kita dapat  mengamati, merasakan, dan membaca alam. Jangan sampai kearifan lokal ini punah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun