Mohon tunggu...
Ariana Maharani
Ariana Maharani Mohon Tunggu... Dokter - MD

Pediatric resident and postgraduate student of clinical medical science at Universitas Gadjah Mada, Instagram: @arianamaharani

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Resistensi Antibiotik dan Biaya Kesehatan yang Membengkak

5 Januari 2024   20:14 Diperbarui: 7 Januari 2024   09:11 680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi antibiotik yang bisa menjadi penyebab kekurangan biotin atau vitamin B7.(SHUTTERSTOCK/ESB Professional)

Siapa yang tak kenal antibiotik? Penemuan antibiotik sejak dahulu hingga kini telah memberikan dampak luar biasa terhadap dunia medis dan kesehatan, yaitu dalam memerangi infeksi bakteri. 

Keberhasilan antibiotik dalam mengobati infeksi telah menjadi landasan penting bagi praktik medis modern, sayangnya penggunaan yang tidak bijaksana dan lalu mengundang penyebaran resistensi bakteri terhadap antibiotik menempatkan seluruh dunia yakni siapapun dan dimanapun sedang berada pada ambang krisis kesehatan yang salah satunya menyebabkan pembengkakan biaya kesehatan.

Resistensi antibiotik terjadi ketika bakteri berkembang menjadi kebal terhadap efek obat antibiotik yang sebelumnya efektif. 

Faktor utama yang menyebabkan resistensi ini melibatkan penggunaan antibiotik yang tidak tepat, seperti penggunaan yang berlebihan, tidak sesuai petunjuk dokter, atau penghentian pengobatan sebelum selesai. Fenomena ini menciptakan lingkungan di mana bakteri yang tahan antibiotik dapat berkembang biak dan menyebar. 

Akibatnya, pengobatan infeksi akan semakin sulit diatasi, ia kemudian memerlukan lebih banyak sumber daya, termasuk penggunaan obat-obatan yang lebih mahal dan prosedur medis yang intensif, yang mana andai jika tak ada resistensi antibiotik ia mampu diatasi dengan antibiotik-antibiotik sederhana. Biaya pengobatan yang meningkat ini pada akhirnya akan memberikan beban ekonomi yang signifikan pada individu, keluarga, maupun sistem kesehatan secara keseluruhan. 

Resistensi antibiotik dapat menyebabkan peningkatan jumlah hari rawat inap di rumah sakit. Pasien yang mengalami infeksi yang sulit diatasi mungkin memerlukan perawatan intensif dan pemantauan yang lebih lama, mengakibatkan biaya perawatan kesehatan yang jauh lebih tinggi. 

Sistem kesehatan akan menghadapi tekanan tambahan untuk menyediakan fasilitas dan sumber daya yang memadai untuk menangani lonjakan kasus yang sulit diobati. 

Jika tak ada resistensi antibiotik, tentu saja pasien akan sembuh dalam waktu yang lebih cepat, dan perputaran tempat tidur untuk pasien pun menjadi lebih lancar. Tak perlu mengantri atau dirujuk kesana kemari untuk mendapatkan sebuah tempat tidur.

Selain itu, resistensi antibiotik juga berkontribusi pada peningkatan biaya jangka panjang melalui dampak pada produktivitas ekonomi. Peningkatan jumlah individu yang sakit dan tidak dapat bekerja secara optimal akibat sakit yang tak dapat disembuhkan karena resistensi antibiotik kemudian mengakibatkan hilangnya produktivitas, yang pada gilirannya dapat mengganggu dan merugikan pertumbuhan ekonomi suatu negara secara keseluruhan.

Pada akhirnya, resistensi antibiotik bukan semata-mata hanya ancaman terhadap aspek kesehatan, tetapi lebih luas daripada itu ia juga menyebabkan biaya kesehatan yang membengkak. Diperlukan tindakan segera dan kolaborasi lintas sektor untuk mengatasi masalah ini. 

Melalui pendekatan yang terintegrasi, kita dapat menjaga efektivitas antibiotik, meminimalkan dampak resistensi terhadap biaya kesehatan, dan menjaga kesehatan masyarakat secara keseluruhan.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun