Mohon tunggu...
Ariana Maharani
Ariana Maharani Mohon Tunggu... Dokter - MD

Pediatric resident and postgraduate student of clinical medical science at Universitas Gadjah Mada, Instagram: @arianamaharani

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Mengatasi Diskriminasi Lansia di Bidang Kesehatan

4 Maret 2023   19:33 Diperbarui: 5 Maret 2023   08:04 1140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi lansia. (sumber: GETTY IMAGES via BBC INDONESIA/kompas.com) 

Diskriminasi adalah perlakuan tidak adil atau tidak setara terhadap seseorang atau kelompok tertentu berdasarkan ciri-ciri seperti ras, jenis kelamin, usia, agama, orientasi seksual, atau faktor lainnya. 

Diskriminasi bisa terjadi secara langsung, misalnya tindakan diskriminatif yang terang-terangan dilakukan, atau tidak langsung, seperti kebijakan atau praktik yang tidak memihak pada kelompok tertentu. 

Diskriminasi dapat menimbulkan dampak yang merugikan, seperti mengurangi akses terhadap kesempatan yang sama, hak yang sama, atau layanan yang sama bagi kelompok yang terdiskriminasi.

Diskriminasi dapat terjadi di berbagai bidang kehidupan, seperti di bidang pendidikan yakni ketika seseorang dilarang mengakses atau memperoleh kesempatan yang sama dengan yang diperoleh oleh orang lain karena faktor seperti ras, agama, gender, atau disabilitas. 

Di dalam bidang ketenagakerjaan ialah di saat seseorang diberikan perlakuan tidak adil atau tidak setara dalam hal perekrutan, promosi, dan gaji, karena faktor seperti usia, jenis kelamin, atau agama. 

Kemudian, di bidang hukum dapat terjadi ketika seseorang diberikan perlakuan tidak adil atau tidak setara dalam sistem peradilan, karena faktor seperti ras atau agama, termasuk di dalam bidang kesehatan yakni ketika seseorang diberikan perawatan kesehatan yang kurang memadai atau kurang baik karena faktor seperti usia, jenis kelamin, atau disabilitas.

Diskriminasi di bidang kesehatan dikarenakan faktor usia dapat terjadi salah satunya pada kelompok lansia. 

Diskriminasi terhadap kelompok lansia di bidang kesehatan bisa terjadi dalam berbagai bentuk, seperti pelayanan kesehatan yang tidak memadai, ketidakmampuan tenaga medis dalam memahami kondisi kesehatan lansia yang kompleks, atau terbatasnya akses lansia terhadap pelayanan kesehatan. 

Lansia juga sering kali mendapat stereotipe bahwa mereka memiliki kualitas hidup yang rendah, atau memiliki harapan penyembuhan atau kesembuhan yang sulit, sehingga sering kali tidak mendapatkan perawatan dan pengobatan yang memadai hingga bahkan dianggap tidak penting dan diabaikan. 

Selain itu, kebijakan kesehatan yang belum memperhatikan kebutuhan lansia, seperti kurangnya fasilitas kesehatan yang ramah lansia dan minimnya sumber daya manusia yang terlatih untuk merawat lansia, juga turut menjadi masalah serius. Diskriminasi kesehatan ini dapat berujung memperburuk kondisi kesehatan lansia secara keseluruhan. 

Pertama, pelayanan kesehatan yang tidak memadai adalah masalah serius yang dihadapi oleh lansia di banyak negara, termasuk di Indonesia. 

Beberapa masalah yang sering dihadapi oleh lansia dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai meliputi keterbatasan aksesibilitas, kesulitan dalam memahami informasi yang diberikan oleh tenaga medis, dan ketidaknyamanan dalam memperoleh layanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan mereka. 

Kedua, penyakit pada lansia sangatlah kompleks karena pada usia lanjut sistem tubuh manusia mengalami penurunan fungsi secara alami yang disebut degenerasi. 

Hal ini menyebabkan lansia menjadi lebih rentan terhadap berbagai macam penyakit dan gangguan kesehatan. Ditambah kondisi pada lansia yang cenderung memiliki multimorbiditas, membuat pengelolaan kesehatannya menjadi lebih rumit dan kompleks. 

Berbagai penelitian menunjukkan kemampuan tenaga medis yang masih kurang untuk mengatasi situasi yang kompleks tersebut. 

Disebutkan bahwa faktor-faktor seperti kurangnya pelatihan khusus untuk perawatan lansia, kesibukan dan kekurangan waktu dalam memberikan pelayanan kesehatan, serta kurangnya kesadaran tentang kebutuhan dan preferensi lansia dapat menjadi hambatan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang tepat dan memadai bagi lansia. 

Selain itu, beberapa penelitian menunjukkan bahwa tenaga kesehatan di Indonesia masih perlu meningkatkan kemampuan komunikasi mereka, terutama dalam hal mengkomunikasikan informasi kesehatan yang kompleks kepada pasien dan keluarga pasien. 

Ketiga, pandangan bahwa lansia memiliki kualitas hidup rendah serta harapan kesembuhan yang rendah adalah salah satu bentuk pandangan yang umum terjadi di masyarakat. 

Pandangan yang salah tersebut seringkali menyebabkan perlakuan yang tidak adil terhadap lansia, seperti diabaikan atau dianggap tidak perlu mendapatkan perawatan kesehatan yang memadai. 

Padahal, penelitian telah menunjukkan bahwa lansia dapat memiliki kualitas hidup yang baik dan harapan kesembuhan yang tinggi jika mereka mendapatkan perawatan kesehatan yang tepat. 

Tentu saja diskriminasi ini tidak boleh kita biarkan terjadi. Untuk tidak membiarkannya terjadi, diperlukan  kerja sama berbagai pihak dalam upaya mengatasi diskriminasi terhadap lansia di bidang kesehatan.

Misalnya pelatihan bagi tenaga kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang kebutuhan kesehatan lansia serta kemampuan komunikasi yang efektif. 

Kemudian memberikan kesadaran kepada masyarakat luas bahwa lansia memiliki untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang sama dengan yang diterima oleh orang lain, serta memahami pentingnya perawatan kesehatan yang tepat pada usia lanjut. 

Selain itu, setiap pihak yang terlibat perlu memastikan bahwa fasilitas kesehatan harus memperhatikan aksesibilitas bagi lansia, seperti aksesibilitas fisik, informasi yang mudah dipahami, dan pelayanan yang ramah terhadap lansia, tak lupa memastikan terselenggaranya kebijakan yang ramah lansia dengan mempertimbangkan kebutuhan khusus lansia, termasuk pemberian layanan kesehatan yang tepat dan penggunaan bahasa yang mudah dipahami kelompok lansia. Terakhir, partisipasi aktif lansia dalam proses pengambilan keputusan tentang perawatan kesehatan mereka begitu diperlukan mengingat hal tersebut dapat meningkatkan kepercayaan diri dan kepuasan mereka terhadap pelayanan kesehatan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun