Mohon tunggu...
Ariana Maharani
Ariana Maharani Mohon Tunggu... Dokter - MD

Pediatric resident and postgraduate student of clinical medical science at Universitas Gadjah Mada, Instagram: @arianamaharani

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Jika Aku Menjadi Pasien Demensia

14 Januari 2023   16:02 Diperbarui: 14 Januari 2023   18:29 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Demensia merupakan salah satu beban dalam kesehatan masyarakat yang secara signifikan meningkatkan biaya perawatan, baik untuk individu maupun masyarakat.

Demensia ialah sekumpulan gejala yang mempengaruhi memori, kemampuan berpikir, hingga kemampuan sosial seseorang, yang mana berdampak terhadap keseharian penderitanya.

Demensia terjadi akibat kerusakan sel-sel saraf otak pada bagian tertentu yang kemudian menurunkan kemampuan komunikasi sel saraf otak dengan saraf tubuh lain dan memunculkan gejala yang bersesuaian dengan regio otak yang menerima kerusakan. Terdapat tiga belas penyebab yang mendasari kondisi demensia.

Penyakit Alzheimer adalah penyebab demensia yang paling umum, dikarenakan ia mencakup tujuh puluh hingga delapan puluh persen dari seluruh kasus demensia.

Sebagian besar jenis demensia, kecuali demensia vaskular, disebabkan oleh akumulasi plak protein (beta amyloid) di otak yang menginduksi jejas pada saraf-saraf otak dan kematian saraf.

Mengalami kondisi demensia tentu saja merupakan sebuah pil pahit bagi penderitanya. Masa tua, saat dimana kondisi fisik yang dimiliki sudah tak sekuat saat muda, mengingat-ingat kembali kenangan-kenangan indah di masa berjaya ialah paling tidak merupakan hal yang diharapkan dapat tetap dilakukan di usia senja.

Sayangnya, sekumpulan beta amyloid telah merenggut kesempatan tersebut sehingga tiada kenangan yang tersisa. Baginya, ia hanyalah hidup di masa itu, dan tak pernah ada di masa lalu.

Demensia adalah sebuah mimpi buruk, baik untuk para penderitanya yang sering disebut dengan ODD atau orang dengan demensia, maupun orang-orang terdekatnya (caregiver).

Menjawab pertanyaan yang sama dari ODD dengan jawaban yang telah kita berikan berkali-kali tentu bukan merupakan hal mudah dan membutuhkan kesabaran yang ekstra.

Mengajari ODD kapan ia harus mandi ataupun bagaimana urutan dan cara untuk menyikat gigi adalah hal yang tak pernah kita bayangkan akan terjadi secara bifasik di dalam hidupnya.

ODD yang secara tiba-tiba berteriak hingga mengejutkan seluruh tetangga yang mendengarkan suaranya, sebenarnya merupakan akibat dari ketidakmampuannya mengkomunikasikan apa yang sebenarnya ia ingin sampaikan, lalu berujung pada kita sebagai caregiver yang juga turut tak memahami maksud dan isi hatinya.

Menjadi seorang caregiver atau pengasuh untuk ODD sekali lagi bukanlah sebuah hal yang mudah. Namun, menjadi seorang ODD ialah merupakan hal yang jauh lebih tidak mudah.

Sangat menyedihkan saat menjadi seorang kakek yang tak mampu mengingat dimana ia menaruh tongkatnya saat ia sesungguhnya sedang memegangnya, atau menjadi seorang wanita lanjut usia yang tangannya gemetar dikarenakan merasa gugup dan bercampur dengan rasa tak enak, saat antrian orang yang berkumpul untuk mengambil uang di anjungan tunai mandiri menjadi mengular akibat ia sudah tak mampu mengingat kode pinnya. 

Oleh karena itu, seorang caregiver untuk seorang ODD harus melihat kondisi yang ia alami kini dengan sebuah kacamata yang berbeda. Memahami bahwa ODD yang sering kali merupakan orang terkasih bagi kita, sama sekali tidak pernah memilih untuk berada di dalam kondisi tersebut.

Pun, mereka sesungguhnya tak pernah sekalipun meminta orang lain untuk mengurusi mereka dan membuat orang-orang di sekitar mereka menjadi kerepotan. Mereka hanya tak memiliki daya untuk menjadi diri mereka yang dahulu berjaya.

Kiranya, sudah merupakan sebuah panggilan hati bagi kita para pengasuh yang saat kecil dahulu diasuh oleh para ODD, untuk menemani para ODD agar walau tak dapat menyembuhkan penyakitnya yang memang tiada obatnya, paling tidak dapat mempertahankan agar kondisinya tak jatuh ke dalam jurang yang semakin dalam. 

Memperlihatkan foto-fotonya saat muda sambil mendeskripsikannya, mengajari kegiatan sehari-hari sambil mengawasinya, serta memahami dan tak menghakimi perasaan yang ia rasakan, yang mana bisa jadi ia pendam akibat tak mampu mengkomunikasikan adalah beberapa hal yang dapat kita lakukan sebagai seorang caregiver untuk ODD dengan berpegang dalam prinsip tak memperlakukan para ODD sebagai anak kecil.

Sebab, ia bukanlah orang dewasa yang sedang menaiki mesin waktu ke masa lalu. Ia tetaplah seorang lanjut usia yang sedang menjalani masa kininya dan tetap memiliki masa lalu.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun