Mohon tunggu...
Ariana Maharani
Ariana Maharani Mohon Tunggu... Dokter - MD

Pediatric resident and postgraduate student of clinical medical science at Universitas Gadjah Mada, Instagram: @arianamaharani

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Kompleksitas Kesehatan Mental Para Ibu

28 Desember 2022   13:32 Diperbarui: 29 Desember 2022   04:30 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi depresi pada ibu (sumber gambar dari lifestyle.kompas.com) 

Pekerjaan domestik seperti membersihkan rumah hingga memasak, ditambah pekerjaan rumit yang menuntut pengelolaan emosi yakni merawat anak, yang mana seluruhnya monoton dari hari ke hari sesungguhnya merupakan kumpulan pekerjaan dengan beban kerja yang besar namun sering kali diremehkan dan disepelekan. 

Keseluruhan pekerjaan yang sering kali tak mendapatkan apresiasi yang cukup oleh pihak-pihak terkait ini tak jarang berujung sebagai salah satu hal yang berkontribusi terhadap tingkat stres yang suatu saat tidak dapat ditanggung lebih jauh oleh para ibu dan menimbulkan masalah kesehatan mental di kemudian hari. 

Selanjutnya, peran lain yakni peran non-domestik yang kini juga turut diemban oleh para ibu, yang menuntut para ibu untuk dapat menyeimbangkan pekerjaan di dalam rumah dan di luar rumah, akan turut menyumbang masalah kesehatan mental jika pekerjaan-pekerjaan tersebut tidak mampu dikelola dengan baik. 

Pengelolaan yang baik tentu saja menuntut dukungan dari orang-orang terdekat untuk turut bekerja sama dalam pengelolaan pekerjaan domestik dan non-domestik. 

Komunikasi dan kesepakatan suami-istri serta anak sebagai komponen dari sebuah keluarga untuk berbagi beban pekerjaan domestik dan non-domestik adalah hal yang begitu esensial untuk menjaga kewarasan mental satu sama lain. 

Kerja sama untuk meringankan beban fisik serta pikiran ialah sangat diperlukan. Selebihnya, yang tak kalah penting, ialah dukungan positif terhadap pilihan seorang ibu untuk menjalankan kedua peran domestik maupun non-domestik. 

Persepsi bahwa peran non-domestik hanyalah peran yang dimiliki oleh seorang laki-laki tentu harus jauh-jauh dibuang. 

Siapapun, kiranya berhak untuk mengemban baik peran domestik maupun non-domestik. Kemudian, jika dukungan secara moral tersebut telah diberikan, tentu saja para ibu dapat menjalani perannya di dalam rumah dan di luar rumah dengan perasaan yang nyaman. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun