Manifestasi sakit yang diperoleh oleh kelompok miskin ialah tak lepas dari kegagalan pemerintah menyediakan sistem yang mumpuni seperti sistem pendidikan, kesehatan, ekonomi, ketenagakerjaan, dan seterusnya untuk masyarakat memperoleh penghidupan yang layak.Â
Dengan ekonomi seadanya, pemenuhan makanan bergizi, lingkungan rumah yang sehat, gaya hidup yang ideal akan begitu susah diraih oleh mereka yang terpinggirkan ini.
Menyalahkan kelompok kaya sebagai beban besar BPJS juga sama saja merupakan hal yang tidak tepat.Â
Berargumen bahwa masyarakat kaya seharusnya tidak menggunakan BPJS, karena sering kali masyarakat kaya dianggap menggunakan fasilitas kesehatan yang memakan dana yang besar ialah salah.Â
Masyarakat kaya telah memenuhi kewajibannya sebagai anggota BPJS, dan lalu berhak memperoleh haknya.
Jika memang harus menyalahkan siapa yang paling bersalah dengan defisitnya BPJS, kiranya mereka mereka yang seharusnya mampu menerapkan hidup sehat adalah golongan yang paling tepat disalahkan. Entah dari golongan miskin ataukah golongan kaya.
Bila kita menilik data BPJS terkait 10 penyakit dengan beban terbesar yang didanai BPJS, mayoritasnya adalah penyakit-penyakit yang faktor risikonya dapat dimodifikasi atau dengan kata lain ialah penyakit yang dapat dicegah.Â
Penyakit jantung, diabetes mellitus, hipertensi, gagal ginjal adalah kumpulan penyakit yang faktor risikonya dapat diubah dengan pola perilaku hidup masyarakat. Â
Merokok, tidak melakukan aktivitas fisik yang cukup, makan makanan tidak sehat adalah tiga hal yang masih menjadi evaluasi besar bagi seluruh masyarakat di Indonesia.
Mari, pekerjaan rumah kita bersama untuk memastikan seluruh masyarakat mampu menerapkan pola hidup sehat, memeriksakan kesehatan secara teratur, mendeteksi penyakit secara dini dan mengkonsultasikannya dengan tenaga kesehatan.Â
Bukanlah tindakan yang tepat untuk memperdebatkan siapa beban BPJS di antara kita. Setiap individu berhak atas kesehatan termasuk jaminan kesehatan di dalamnya, baik miskin maupun kaya.