Puskesmas adalah singkatan dari Pusat Kesehatan Masyarakat. Menurut Permenkes Nomor 43 Tahun 2019, Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perseorangan (UKP) tingkat pertama dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif di wilayah kerjanya.Â
Sebagai Pusat Kesehatan Masyarakat, sesuai namanya, masyarakat memerlukan tempat ini untuk meningkatkan status kesehatannya.
Lalu jika Puskesmas sepi akan pasien apakah ini pertanda seluruh masyarakat di cakupan wilayah kerja Puskesmas tersebut adalah sehat?
Ada dua kemungkinan yang melandasi situasi ini:
Pertama, masyarakat seluruhnya sehat. Kedua, masyarakat tak seluruhnya sehat, atau dengan kata lain ada beberapa bagian masyarakat yang sakit, namun tak pergi ke Puskesmas.Â
Kemudian yang menjadi pertanyaan berikutnya ialah, mengapa masyarakat yang sakit tak memilih pergi ke Puskesmas?
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi keputusan individu dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan Puskesmas yang kemudian mempengaruhi jumlah kunjungan pasien ke Puskesmas yaituÂ
(1) persepsi masyarakat terhadap sakit dimana masyarakat hanya akan pergi ke Puskesmas bila penyakit yang ia derita sudah cukup parah alias setelah mengkonsumsi berbagai obat yang dibeli sendiri di toko obat atau apotik kemudian dirasa tak manjur.
Ini juga menunjukan betapa self-prescribing telah menjamur di masyarakat ditambah penjualan antibiotik yang sangat bebas di pasaran, membuat masyarakat merasa tak perlu ke dokter untuk mendapatkan obat-obatan yang seharusnya hanya dapat diberikan oleh dokter.Â
(2) Tingkat pendidikan masyarakat. Menurut Rumengan (2015), tingkat pendidikan sangat berkaitan dengan pengetahuan seseorang, yang kemudian tingkat pendidikan ini memiliki pengaruh penting terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan.Â
Ketiga, ketersediaan tenaga kesehatan di Puskesmas yang bersangkutan. Diperkuat oleh studi yang dilakukan oleh Hidana (2018) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara ketersediaan tenaga kesehatan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan.Â
Sering kali kita melihat di lapangan bahwa masyarakat mengeluhkan Puskesmas-puskesmas yang tak memiliki dokter atau dokter gigi.Â
Pada akhirnya, mereka lebih memilih pergi ke fasilitas pelayanan kesehatan lain di kecamatan tetangga seperti praktik dokter pribadi, klinik pratama, dan seterusnya.Â
Keempat, aksesibilitas Puskesmas atau bagaimana suatu Puskesmas dapat dijangkau oleh seluruh masyarakatnya tanpa kecuali. Tak jarang di Indonesia kita menemui kondisi geografis berbagai desa di suatu kecamatan yang begitu bervariasi dari satu desa dengan desa yang lain.Â
Hal tersebut menyebabkan masyarakat pada akhirnya tak bisa mengakses pelayanan kesehatan Puskesmas dan memilih alternatif pelayanan/pengobatan lain yang lebih dekat.Â
Kelima, ialah jaminan kesehatan masyarakat. Kepemilikan Jaminan Kesehatan Nasional atau JKN merupakan salah satu faktor yang paling menentukan keputusan seorang individu dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan.Â
Tidak adanya gambaran terkait administrasi yang harus ditempuh untuk mendapatkan kartu jaminan kesehatan membuat masyarakat akhirnya enggan untuk mengurusnya dan kemudian berimplikasi pada pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh masyarakat ke Puskesmas.Â
Terakhir, ialah terdapat alternatif pengobatan lain seperti dukun atau pengobatan herbal yang lebih dipercaya oleh masyarakat.Â
Tak jarang hal ini terjadi berawal dari ketidakadekuatan edukasi yang diberikan oleh penyedia layanan kesehatan di Puskesmas kepada masyarakat yang lalu membuat masyarakat menganggap obat yang diberikan oleh dokter tak memberikan kesembuhan.Â
Padahal, jika ditelisik lebih lanjut hal tersebut terjadi karena kurangnya edukasi yang holistik dan komprehensif oleh dokter/perawat/apoteker/dsb terkait kondisi penyakitnya, faktor risikonya, pencegahan, dan bagaimana agar obat dapat bekerja secara efektif pada pasien.Â
Masih banyak faktor lain yang berkontribusi terhadap rendahnya pemanfaatan pelayanan Puskesmas oleh masyarakat.Â
Hal ini memberikan gambaran kepada pihak yang berwenang terkait isu ini bahwa membuka mata terhadap keadaan Puskesmas yang sepi adalah sangat krusial.Â
Identifikasi lebih lanjut mengenai apa yang sebenarnya terjadi di Puskesmas dan lingkungan Puskesmas ialah suatu keharusan yang dilakukan seluruh tenaga kesehatan di Puskesmas terutama sang Kepala Puskesmas sebagai pemimpin di instansi tersebut.Â
Secara kritis mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan kesehatan masyarakat di wilayah tersebut, terlebih saat melihat bangku-bangku di ruang tunggu Puskesmas benar-benar sepi. Apakah benar seluruh masyarakatnya sehat dan baik-baik saja?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H