Beberapa ibu yang diwawancarai di poli kami menjawab bahwa mereka telah mencoba mengingatkan suami/ayah/saudara mereka untuk tidak merokok di dalam rumah, namun tak jarang peringatan sang ibu berujung tak dipedulikan dengan alasan bahwa rokok adalah hal yang dapat membantu menyegarkan pikiran suami yang lelah pulang bekerja seharian sebagai tulang punggung keluarga. Pada akhirnya asap rokok lalu terhirup anak yang kekebalan tubuhnya masih seadanya.Â
Di hari-hari awal di mana saya memulai pekerjaan saya di Puskesmas tepatnya pada bulan Mei, saya bertemu dengan seorang ibu yang membawa anak batuk pilek berulang.Â
Terakhir anak batuk pilek ialah dua minggu yang lalu. Saat itu faktor risiko yang berhasil saya gali hanyalah kebiasaan anggota keluarga alias ayah dari sang anak yang merokok. Selebihnya tak ada faktor risiko lain seperti riwayat alergi di dalam keluarga, riwayat non ASI eksklusif, dan lain sebagainya.Â
Kemudian, pada bulan Agustus, ibu ini kembali datang kepada saya, mengatakan bahwa anak masih datang dengan keluhan yang sama yakni batuk pilek padahal sang suami sudah tak lagi merokok di dalam rumah. Ia kemudian bertanya-tanya apa yang kiranya menjadi penyebabnya.Â
Rupanya, ada hal yang terlihat sepele padahal begitu penting yang terlewatkan yakni merokok di luar rumah tak menjamin anak tak menghirup asap rokok.Â
Asap rokok dapat menempel pada pakaian yang dikenakan sang ayah pada saat ia merokok, pada tangan yang ia gunakan untuk memegang rokok, dan pada mulut yang ia gunakan untuk menghisap rokok.Â
Tanpa cuci tangan menggunakan sabun atau mandi lalu mengganti pakaian anak tetap saja dapat terpapar asap rokok.Â
Pada akhirnya, anak akan terus mengalami batuk pilek yang berulang yang tak menutup kemungkinan juga menghambat pertumbuhan dan perkembangannya.
Melalui tulisan ini, penulis berharap dapat memberi gambaran bahwa merokok tak memiliki satu pun manfaat yang dapat dijadikan alasan oleh perokok untuk tetap merokok.Â
Selain itu, bahaya merokok yang ditimbulkan oleh asap rokok yang terhirup oleh anggota keluarga dalam hal ini, yakni anak sebagai pihak yang begitu rentan, begitu jelas adanya.Â
Relasi kuasa yang ada di dalam keluarga sehingga menghambat proses komunikasi antar anggota keluarga dalam negosiasi terkait suatu permasalahan jelas harus dihapuskan mengingat relasi kuasa sama halnya dengan praktik merokok yang telah terbukti secara ilmiah ialah sama sekali tak ada manfaatnya.Â