Mohon tunggu...
Ariana Maharani
Ariana Maharani Mohon Tunggu... Dokter - MD

Pediatric resident and postgraduate student of clinical medical science at Universitas Gadjah Mada, Instagram: @arianamaharani

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Malingering, Potret Implikasi Bullying dan Demanding Parenting

6 Agustus 2022   20:47 Diperbarui: 7 Agustus 2022   08:55 764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan berapi-api orang tua menjawab bahwa tentu saja mereka marah karena peringkat anak yang turun. Orang tua menduga video-video tiktok merupakan penyebabnya. 

Selain itu saya bertanya apakah mungkin ada yang melakukan perundungan kepada anak di sekolahnya, orang tua menjawab tidak tahu. Namun di kalangan keluarga dan tetangga anak memang sering dikatakan ndut atau gendut untuk badannya yang memang lebih besar dibanding anak seusianya. 

Saya kemudian mengonsultasikan kasus ini kepada dokter senior di Puskesmas kami. Beliau sepakat bahwa memang tak ada kelainan organik pada pasien ini. 

Beliau meminta saya untuk memotivasi orang tua untuk membawa pasien bertemu psikolog untuk menggali lebih dalam kepada anak terkait apa yang sebenarnya ia rasakan dan untuk memastikan kecurigaan kami terhadap kasus ini merupakan malingering adalah benar. 

Mengutip definisi malingering dari Jurnal oleh Bass C, 2019, malingering adalah pemalsuan atau melebih-lebihkan penyakit (fisik atau mental) untuk mendapatkan keuntungan eksternal seperti semisal menghindari pekerjaan atau tanggung jawab, mencari obat-obatan, menghindari pengadilan (hukum), mencari perhatian, menghindari dinas militer, dan libur/menghindar dari sekolah.

Tak menutup kemungkinan anak melakukan malingering dengan tujuan menghindar dari sekolah. Entah apakah ada yang melakukan perundungan kepada anak, atau tuntutan dari orang tua terkait peringkat anak di kelas, ataukah kombinasi dari keduanya. 

Diperlukan penggalian lebih dalam kepada anak untuk dapat secara terbuka bercerita kepada orang tua tentang apa yang ia alami atau ia rasakan. 

Melalui cerita saya bersama pasien anak saya hari ini, saya menyadari dan mempelajari bahwa banyak pihak yang berperan dalam mengatasi keadaan ini dan mencegahnya terjadi di masa depan. 

Pertama, para orang tua perlu mengajak anak secara rutin mengobrol dan membuat anak merasa nyaman dengan tidak menghakimi namun aktif mendengarkan apa yang anak rasakan, untuk membuat anak mampu terbuka untuk menceritakan apa yang ia alami setiap harinya dan bagaimana perasaannya.  

Sebagai contoh dalam kasus ini ialah mengajak anak berdiskusi apa kiranya yang menjadi penyebab turunnya peringkat kelasnya dan bagaimana solusi yang tepat untuk mengatasi hal tersebut alih-alih langsung mengintimidasi perasaan anak dengan memarahi tanpa memulainya dengan diskusi. 

Terkait perundungan, orang tua dapat menanyakan pertanyaan seperti apakah ada yang melakukan perundungan kepada anak di hari itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun