Seorang anak perempuan berusia 9 tahun digendong sang ibu menuju Instalasi Gawat Darurat (IGD) Puskesmas kami.Â
Kami menanyakan apa keluhan sang anak hingga dibawa kemari. Sang anak menjawab mengatakan seluruh badannya sakit termasuk kakinya hingga ia tak bisa berjalan dan harus digendong sang ibu.Â
Saya memulai pertanyaan kepada anak dengan pertanyaan ia kelas berapa, apakah banyak memiliki teman, dan peringkat berapa di kelas.Â
Anak menjawab bahwa ia kelas tiga sekolah dasar (SD), memiliki banyak teman berjumlah tujuh orang, dan peringkat empat setelah semester yang lalu ia merupakan peringkat satu di kelasnya.Â
Saya melanjutkan bertanya kepada kedua orang tua dari anak mengenai sakit pada seluruh badan sudah berapa lama dan apakah bertambah sakit dari hari ke hari atau sama saja sedari hari pertama.Â
Mereka menjawab sudah tiga hari dan dikatakan anak bahwa sakitnya sama sedari hari pertama.Â
Saya kembali menanyai kepada anak untuk menunjuk di mana saja sakitnya, seperti apa sakitnya, sakitnya apakah terus menerus atau hilang timbul, sakitnya biasa saja, sedang, atau sakit sekali, adakah yang membuat sakitnya bertambah atau berkurang, dan apakah sudah diberi obat atau dibawa ke dokter oleh orang tua terkait sakitnya.Â
Anak lalu menunjuk seluruh tubuh dari kepala hingga kaki, anak tak mampu menjelaskan bagaimana sensasi sakitnya, mengatakan bahwa sakitnya terus menerus.
Menurut anak sakitnya adalah sakit sekali, dan dirasa tidak ada yang membuat sakitnya bertambah atau berkurang, oleh orang tua anak sudah dibawa untuk cek ultrasonografi (USG) ke rumah sakit (RS) dengan biaya mandiri untuk memastikan tidak ada apa-apa di perutnya. Dan benar saja hasilnya normal, sementara sang ibu membelikan obat ibuprofen untuk anaknya. Dengan pemberian obat tersebut anak mengatakan tidak ada perbaikan dan sama saja sakitnya.Â
Dan terakhir, saya memastikan apakah ada riwayat jatuh pada anak, ibu dan anak menjawab tidak ada.