Mohon tunggu...
Ariana Maharani
Ariana Maharani Mohon Tunggu... Dokter - MD

Pediatric resident and postgraduate student of clinical medical science at Universitas Gadjah Mada, Instagram: @arianamaharani

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Pengalaman Dokter Internship di Puskesmas, Dilema Mengimbangi Kuantitas dengan Kualitas

5 Juni 2022   16:20 Diperbarui: 7 Juni 2022   17:45 2476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Dokter Internship. (sumber: PEXELS/MART PRODUCTION  via kompas.com)

Ada seorang pasien yang memberikanku satu renteng sachet serbuk minuman jeruk, membuatku tersenyum di pagi hari, hari pertama bertugas di poli umum sebagai seorang dokter internship di salah satu Puskesmas di Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan.

"Terima kasih banyak Pak." ucapku. "Tak usah repot-repot. Untuk bapak saja."ku lanjutkan, sambil melempar senyum dari balik masker putih ku, kala itu ku berpikir semoga senyum ku tetap dapat ditangkap oleh si Bapak, walau aku tersenyum dari balik masker. 

"Tidak..ini untuk dokter. Saya ikhlas. Tolong terima pemberian ulun dok." ucap beliau.

Aku kembali tersenyum. Kita saling melempar senyum. 

Tepat sebelum memberikan satu renteng sachet serbuk minuman jeruk tersebut, aku mendiagnosa si Bapak dengan Tinea Corporis regio gluteal, atau dikenal oleh awam sebagai kurap/jamur pada daerah pantat.

Bapak ini datang dengan keluhan kontrol hipertensinya yang sudah bertahun-tahun, disertai dengan diabetes mellitus atau kerap kita kenal dengan gula darah tingginya yang juga sudah menahun, beliau menambahkan jika beliau juga merasa gatal pada area pantat.

Setelah melakukan anamnesis (pertanyaan kepada pasien), kulanjutkan dengan pemeriksaan fisik, aku sudah menduga ini ke arah jamur, karena letak gatalnya, faktor yang memperburuknya, penyakit kronis yang sedang diderita beliau, dan higiene yang memang kurang mendukung. Benar, setelah kulihat, ujud kelainan kulit (UKK) nya sangat menyokong ke arah tinea corporis. 

Tak kulanjutkan dengan pemeriksaan KOH (pemeriksaan untuk melihat jamur di bawah mikroskop, dengan sebelumnya ditetesi cairan KOH pada preparat yang diperiksa), karena tidak ada pemeriksaan tersebut di Puskesmas kami.

Setelah itu ku resepkan obat, aku berikan edukasi kepada pasien, lalu ku tutup edukasi dengan bertanya, "Ada lagi yang ingin bapak sampaikan?"

"Dok, saya berterima kasih.. gatal-gatal saya dokter periksa hingga ke pantat saya, dokter sangat mendetil.. beberapa kali saya ke Klinik, saya hanya diberi obat minum untuk mengurangi gatal, namun tidak diperiksa sebenarnya penyakit kulit saya apa."

"Sama-sama Pak.." jawabku. Aku hanya melempar senyum.

Dan lalu beliau memberikan ku serenteng serbuk minuman sachet dan aku berakhir memandangi serbuk minuman tersebut setelah poli umum usai. 

Dan setelah itu aku datang kepada Ibu administrasi Puskesmas yang biasanya mencatat di hari itu dokter A menangani berapa pasien, dokter B berapa pasien...

"Ibu, mohon maaf kecepatan saya masih sangat-sangat lamban, sehingga mungkin membuat ibu dan teman-teman menunggu poli umum berakhir lebih lama.." ucapku sambil menghaturkan kedua tanganku ke depan.

"Tidak apa-apa dok." Sahut mereka. Tak hanya ibu administrasi yang menjawab permintaan maafku, teman-teman administrasi yang ternyata turut mendengar permintaan maafku ikut menjawab, dan membuatku tersipu malu.

Kulihat dari daftar rekap yang mereka buat, aku hanya menangani 15 pasien sedari pagi jam 8 hingga kira-kira pukul 1 siang. Dan dokter definitif (dokter non-internship) yang berjaga waktu itu juga ternyata menangani 25 pasien. 

Aku sungguh malu. Memang kecepatanku layaknya siput... "Ini total pasiennya termasuk sedikit dok, biasanya hari-hari sebelumnya, pasien poli umum hingga total 60-70. Hari ini 40 hanya setengahnya dok." mereka berbagi info kepadaku.

Di perjalanan pulang menuju Rumah Dinas Dokter Internship, aku merenungi kisah bahagia nan sedih hari ini. Kisah bahagia aku diberi hadiah yang terlihat sederhana namun bermakna luar biasa, saat seorang pasien begitu bahagia aku periksa penyakitnya apa. 

Di sisi lain, aku sedih, menghadapi realita bahwa banyak sekali pasien yang berobat di Puskesmas, membuat kita sebagai dokter mau tidak mau harus meningkatkan kecepatan pelayanan, bukan tidak mungkin akan mengurangi kualitas saat memeriksa maupun mengedukasi pasien.  

Entah banyak sekali pasien ini karena Puskesmas di Indonesia yang memang jumlahnya kurang banyak? Ataukah sudah cukup banyak namun persebarannya tak merata? 

Ataukah sudah banyak dan merata, tapi tindakan promotif dan preventif di masyarakat memang sangat kurang sehingga Puskesmas nampak bergeser posisi dari tahtanya sebagai pemegang promotif preventif namun sudah seperti fasilitas kesehatan tingkat sekunder/rujukan yang sifatnya mengobati alias kuratif?

Entahlah... hari pertama sebagai dokter internship rasanya semua masih terasa sangat ideal. Kecepatan siput ini akan dimaklumi karena aku seorang dokter internship bersifat membantu. 

Namun aku berpikir, 6 bulan lagi, saat aku sudah lulus dari fase internship ini dan menjadi dokter umum, dengan pasien yang jumlahnya lebih banyak lagi, dan tanggung jawab yang sudah penuh, bisa kah aku mengimbangi kuantitas dengan kualitas?

Apakah ini mungkin serenteng sachet serbuk minuman terakhir yang aku dapatkan? Aku harap tidak.

Semoga Sistem Kesehatan Nasional di Indonesia akan terus improve dari hari ke hari demi kesehatan masyarakat Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun