Mohon tunggu...
Aria Luqita Agus Susanti
Aria Luqita Agus Susanti Mohon Tunggu... -

seorang mahasiswa psikologi. yang interest dengan dunia tulis menulis. suka bekerja dibawah tekanan...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dahlan Iskan, Knowledge Management dan PLN saat itu

7 Mei 2012   03:41 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:36 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Banyak spekulasi terkait pengangkatan Dahlan Iskan sebagai Dirut PLN menggantikan Fahmi Mochtar Baru kali ini, pemerintah mengangkat seoran direktur utama bukan dari kalangan birokrasi pemerintahan. Beliau lebih dikenal sebagai pengusaha bisnis media. Hal inilah yang mengundang berbagai reaksi masyarakat yang menolak adanya kebijakan ini karena dinilai Dahlan Iskan tidak berkompeten dalam mengemban tugas ini.

Namun kenyataannya adalah beliau mampu membuat gebrakan pada PLN. Ini bisa diramalkan dari pernyataan Meneg BUMN Mustafa Abubakar (yang saat ini jabatannya malah digantikan oleh Dahlan Iskan :p ). Dikatakan bahwa Dahlan Iskan memiliki gagasan yang radikal dalam mengelola PLN. Yang akan dijelaskan saat ini adalah bagaimana beliau mengelola knowledge dalam lingkup PLN saat itu.

Sudah banyak yang tahu, Dahlan Iskan identik dengan Jawa Pos. Beliaulah yang mengembangkan media Jawa Pos, mulai dari 0 hingga bisa sukses seperti sekarang ini. Beliau mampu menciptakan atmosfer inovatif dan kreatif pada para karyawannya. Tidak jarang beliau “turun langsung” menciptakan atmosfer itu. Dan budaya itulah yang dibawa beliau untuk berusaha mengembangkan PLN.

Beliau berusaha mengubah stigma PLN yang sejatinya adalah korporasi milik pemerintah, yang terkenal tidak gampang membagi pengetahuan alias tertutup. Di tangan seorang manajer profesional seperti beliau, seakan menghembuskan angin segar terhadap para pembelajar yang haus akan pengetahuan atau segala apapun mengenai korporasi.

Beliau menawarkan kultur share knowledge yang pernah ia lakukan saat menjadi CEO di Jawa Pos. Kultur yang berbeda yang tidak pernah ditemui sebelumnya dalam korporasi milik pemerintah. Dengan perannya yang pandai dalam mengelola individu dalam organisasi, menurut saya pribadi itu adalah hal yang mudah bagi beliau. Individu menurutnya adalah sosok yang sangat berharga, karena disanalah tertanam knowledge yang harus diamalkan.

Organisasi tidak akan bisa berkembang bila aliran pengetahuan (knowledge flows) itu terbatas. Beliau mengenalkan pentingnya pengetahuan itu jika diamalkan dan serba tak terbatas. Tercetuslah ide untuk membuat suatu wadah yang berjudul CEO Notes. CEO Notes berisi artikel-artikel dari para petinggi PLN, kebanyakan oleh Dahlan Iskan sendiri, yang berisi tentang segala pengetahuan yang dimiliki oleh para petinggi tersebut untuk memberikan informasi terkait dalam pengembangan PLN, serta isu-isu mengenai kebijakan yang dilakukan oleh Dahlan Iskan.

Salah satu contohnya bisa dilihat dari artikel yang dibuat oleh Dahlan Iskan, yakni yang berjudul “Murah yang membuat Marah”. Dibawahnya akan saya sertakan link-nya, untuk melihat artikel asli dari Beliau. Jadi ceritanya, di Madura, tepatnya di Blega, Bangkalan terjadi demo besar-besaran. Hal ini terjadi karena biaya pemasangan listrik pada masa Dahlan Iskan jauh lebih murah daripada yang sebelumnya. Beliau tidak memotong biaya-biaya untuk pemasangan listrik, tapi beliau hanya menetapkan biaya atas dasar apa adanya. Karena kebijakannya itulah malah melahirkan kemarahan dari pihak masyarakat yang meminta “kelebihan uang” atas biaya pemasangan listrik yang pernah dikeluarkannya dulu. Hahaha. Lucu memang. Dikasih murah saja marah, apalagi kalau tetap mahal ya? Lebih suka menuntut kelebihan, daripada kekurangan. Kalo biayanya mahal minta dikurangin, kalo biayanya terlalu murah, malah minta kelebihannya. Ada-ada saja!

Kembali pada konsep knowledge management yang beliau terapkan, strategi yang dipakai adalah dengan menggunakan codification strategy. Dengan pengembangan teknologi informasi yang semakin luas, penggunaan internet pun semakin mudah. CEO Notes dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan tidak hanya bagi internal PLN sendiri, tapi juga pada publik agar mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. CEO Notes menawarkan konsep transparansi. Itulah yang dibutuhkan publik saat ini, dan Dahlan Iskan berhasil mewujudkannya.

Knowledge Management dengan sistem groupware seperti ini semakin membukakan pemikiran individu untuk bagaimana bisa berperilaku seperti orang sukses yang menjadi idolanya. Baik itu nantinya diimplementasikan dalam kehidupan organisasinya, maupun dalam kehidupan pribadinya.

Secara pribadi, saya bukan pendukung setia Dahlan Iskan. Tapi saya berusaha untuk melihat beliau dari sisi kreativitasnya dalam hal mengelola manusia, terutama terkait dengan knowledge management yang pernah beliau terapkan di PLN. Melihat kinerjanya saat itu menjadi dirut PLN dan bisa memberikan terobosan seperti ini membuat saya memiliki harapan semoga korporasi pemerintah lainnya dapat meniru terobosan yang telah ia buat. Karena itu adalah warisan yang berharga bagi PLN. Lalu bagaimana ya nasibnya kini? :)

link : http://www.pln.co.id/?p=3323

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun