Mohon tunggu...
Aria Hendri
Aria Hendri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah seorang yang penuh antusiasme dan kreativitas yang tumbuh dalam ranah industri kreatif. Dengan latar belakang dalam desain grafis dan seni visual, saya merangkul keindahan dalam setiap detail. Saya percaya bahwa kreativitas adalah kekuatan yang mampu menginspirasi, menyampaikan cerita, dan mengubah perspektif.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perempuan dan Laki-Laki Dalam Media Sosial: Mengurai Ketidaksejahteraan Representasi

9 Januari 2024   21:08 Diperbarui: 9 Januari 2024   21:47 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://asset-a.grid.id

Media sosial, sebagai panggung utama interaksi online, telah menjadi cermin dari dinamika sosial yang ada di masyarakat. Namun, sering kali kita melihat ketidaksetaraan representasi antara perempuan dan laki-laki di dalamnya. Tidak hanya dalam jumlah, tetapi juga dalam cara kedua gender ini digambarkan dan diangkat.

Jumlah dan Keterwakilan

Bicara tentang keterwakilan, terdapat ketidakseimbangan yang signifikan antara perempuan dan laki-laki di media sosial. Sejumlah riset telah menunjukkan bahwa konten yang melibatkan perempuan masih seringkali kurang dari konten yang melibatkan laki-laki. Bahkan dalam industri tertentu, seperti teknologi atau gaming, keterwakilan perempuan jauh lebih rendah.

Pembedaan dalam Representasi

Ketidaksetaraan dalam representasi juga terlihat dalam cara perempuan dan laki-laki digambarkan di media sosial. Stereotipe gender sering memengaruhi bagaimana masing-masing gender diwakili. Perempuan seringkali diposisikan dalam konten yang berkaitan dengan kecantikan, perawatan diri, atau menjadi objek seksualisasi. Di sisi lain, laki-laki seringkali digambarkan sebagai sosok yang kuat, dominan, atau berprestasi dalam bidang tertentu.

 

Dampak pada Perspektif dan Identitas

Ketidaksetaraan representasi ini tidak hanya menciptakan pandangan yang sempit terhadap kedua gender, tetapi juga dapat mempengaruhi persepsi dan identitas individu. Perempuan dan laki-laki mungkin merasa terbatas dalam mengekspresikan diri secara bebas tanpa harus terjebak dalam stereotipe yang dibentuk oleh media sosial.

Mendorong Kesetaraan Representasi

Penting untuk menghadapi masalah ini secara aktif. Langkah pertama adalah dengan menggagas perubahan dalam cara representasi dilakukan di media sosial. Melalui kampanye kesadaran, kolaborasi dengan pembuat konten, dan pengembangan platform yang inklusif, kita dapat mendorong kesetaraan representasi antara perempuan dan laki-laki.

Kesimpulan

Ketidaksetaraan representasi antara perempuan dan laki-laki dalam media sosial bukanlah masalah kecil. Dengan memperbaiki cara kita melihat dan mewakili kedua gender, kita dapat menciptakan lingkungan online yang lebih inklusif, memperluas perspektif, dan memberikan ruang yang setara bagi semua orang untuk berkembang dan berekspresi tanpa dibatasi oleh stereotipe gender. Saatnya untuk meninjau ulang dan merespons ketidakseimbangan yang ada agar kedua gender dapat diwakili dengan adil dan seimbang di ranah media sosial.

Dosen Pengampu : Dr. Merry Fridha Tripalupi., M.Si

Penulis : Aria Hendri Eryawan

Program Studi : Ilmu Komunikasi

EAS Mata Kuliah Komunikasi dan Gender (S)

Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun