Mohon tunggu...
Aditya Ariaguslidinata
Aditya Ariaguslidinata Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Jember

Semoga tulisan saya dapat memberikan manfaat bagi kita bersama

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Australia Sang Raja Perdagangan Bijih Besi Dunia

28 Maret 2023   05:08 Diperbarui: 28 Maret 2023   05:17 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perdagangan internasional telah menjadi salah satu instrumen terpenting bagi sebuah negara dalam menjalankan perekonomiannya. Melalui perdagangan internasional sebuah negara mendapatkan kesempatan untuk bisa menciptakan pasar yang lebih luas serta memperoleh berbagai barang dan jasa yang tidak tersedia atau tidak dapat terpenuhi dari dalam negeri. Perdagangan internasional terjadi sebab adanya proses pertukaran barang maupun jasa yang tercipta diantara dua negara atau lebih. Proses ini sendiri terbagi menjadi 2 yaitu ekspor dan impor. Ekspor sendiri merupakan kondisi dimana negara menjual produk yang mereka miliki ke pasar global, sedangkan impor merupakan kondisi dimana negara membeli produk yang tersedia di pasar global. Kedua kondisi ini menjadi hal yang tidak dapat dipisahkan dari proses ekonomi setiap negara pada saat ini.

Hingga saat ini terdapat berbagai sumber daya yang menjadi produk utama dalam perdagangan internasional. Salah satu dari sumber daya tersebut adalah bijih besi. Sesuai namanya, bijih besi merupakan bahan baku utama dalam pembuatan industri besi dan baja. Besi dan baja sendiri merupakan sumber utama dalam pembangungan infrastruktur dan peralatan manufaktur. Hal ini yang kemudian membuat kebutuhan akan bijih besi terus meningkat setiap waktunya. Peningkatan kebutuhan ini yang kemudian membuat berbagai negara berlomba untuk dapat mengekspor bijih besi ke pasar global, salah satunya adalah Australia.

Australia merupakan pemain utama dalam perdagangan bijih besi dunia. Dimana 49% dari total produksi bijh besi dunia berasal dari Australia. Bijih besi menjadi salah satu komoditas ekspor yang sangat berpengaruh bagi Australia. Besarnya pengaruh tersebut dapat dilihat dimana pergerakan harga bijih besi mampu mempengaruhi dolar Australia. Isu mengenai bijih besi juga menjadi salah satu isu penting dalam perpolitikan domestik di Australia. Hal ini dikarenakan berbagai tekanan yang terus muncul yang menuntut tanggungjawab Australia atas pertambangan secara besar-besaran yang mereka lakukan setiap tahunnya. Terpilihnta Athony Albanese sebagai perdana menteri Australia dari Partai Buruh yang menggantikan kekuasaan koalisi konservatif selama satu dekade diharapkan mampu menyelesaikan permasalahan lingkungan ini yang telah gagal untuk diselesaikan oleh tiga perdana menteri Australia sebelumnya.

Australia sendiri telah memulai ekspor bijih besi sejak lebih dari 50 tahun yang lalu. Pada tahun 1960-an mereka mengirimkan bijih besi ke Jepang dalam rangka untuk membantu pemulihan ekonomi Jepang pascaperang. Secara historis, penambangan bijih besi Australia dimulai pada tahun 1965 pada wilayah Pilbara melalui tambang pertama yang bernama Goldsworthy. Hanya berkelang beberapa tahun, produksi bijih besi Australia telah mencapai 100 juta ton pada tahun 1970-an. Penambangan bijih besi Australia kemudian mengalami perkembangan yang sangat pesat sejak tahun 2003. Pada tahun tersebut Australia telah mampu memproduksi 200 juta ton bijih besi yang membuat keunggulan komparatif mereka mulai bergeser dari ekspor logam olahan menuju ekspor batu bara dan bijih besi. Perkembangan produksi bijih besi Australia terus meningkat, pada tahun 2014 Australia Barat menjadi produsen bijih besi terbesar di dunia. Produksi mereka telah mampu untuk mengekspor 719 juta ton bijih besi pada periode 2014-2015. Bijih besi menjadi komoditas ekspor pertama milik Australia yang menembus angka A$100 Miliar pada tahun 2020.

Perkembangan pesat dari ekspor bijih besi milik Australia dapat terjadi sebab meningkatnya kebutuhan akan bijih besi di dunia. Tiongkok menjadi salah satu pihak yang sangat berperan dalam peningkatan produksi bijih besi milik Australia ini. Pesatnya pertumbuhan ekonomi dan infrastruktur Tiongkok dalam beberapa dekade terakhir telah membuat Tiongkok menjadi produsen baja terbesar di dunia. Hal ini yang kemudian membuat mereka membutuhkan bijih besi dalam jumlah yang besar. Tiongkok kemudian menjadi pasar ekspor bijih besi terbesar bagi Australia dengan presentase sebesar 75% dari keseluruhan ekspor bijih besi Australia. Meskipun demikian, berbagai pihak di Australia sudah mulai menyuarakan bahwa pemerintah mereka tidak lagi bisa untuk bergantung pada ekspor bijih besi. Hal ini dikarenakan produksi dan ekspor bijih besi sangat bergantung pada produksi baja di negara importir. Pada masa pandemi Covid-19, industri baja milik Tiongkok yang merupakan importir bijih besi terbesar harus mengalami penurunan produksi baja yang membuat fluktuasi harga bijih besi. Hal tersebut menjadi contoh bagaimana produksi dan ekspor bijih besi sangat dipengaruhi oleh industri baja negara importir.

Australia masih akan terus menjadi eksportir bijih besi terbesar dalam beberapa waktu kedepan. Hal ini dikarenakan para pesaing yang dimiliki Australia pada bidang ekspor bijih besi masih belum bisa untuk mencapai level yang dimiliki oleh Australia. Pada saat ini hanya Brasil yang sekiranya berada pada level terdekat dalam produksi bijih besi milik Australia. Brasil telah berhasil mengekspor sebesar 21% dari total ekspor global dunia. Terdapat negara lain seperti Afrika Selatan yang telah mengekspor sebesar 6%, Kanada sebesar 4%, dan Ukraina sebesar 3% dari dari total ekspor dunia menurut Atlas of Economic Complexity. Angka ini tentu masih sangat jauh dari angka ekspor milik Australia yang telah mencapai 49% dari total ekspor dunia. Hal ini diperparah lagi dengan kondisi Ukraina yang sedang dilanda konflik dan membuat pasokan bijih besi dari Ukraina terganggu. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan dominasi Australia dapat terhenti sebab gejolak politik domestik yang terus menyebabkan ketidakstabilan dalam produksi bijih besi milik Australia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun