Mohon tunggu...
aria gardhadipura
aria gardhadipura Mohon Tunggu... lainnya -

...melahap dunia menjadi pertandingan sepakbola penuh suporter yang siap membunuh jika papan skor tak sesuai selera... (homicide)

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

(Not Just) Me and The City

16 Mei 2012   16:15 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:12 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

My version of the most humble player in city

Mungkin di tahun 2009 saya mulai mengenal City dan sedikit tahu siapa saja orang-orang hebat dibalik tim yang pernah menjuarai Liga Inggris tahun 1968 ini. Di tahun 2009 saya mulai berdebat konyol di timeline Facebook setiap pertandingan City disiarkan bahwa tim kotamadya (City) selalu lebih hebat dari tim kabupaten (United), di saat itu juga saya tahu bahwa gaji Yaya Toure seorang sama dengan gaji sebelas pemain tim promosi Blackpool. Tapi saya tidak pernah membahas uang itu datangnya darimana, yang saya tahu adalah, ada seorang milyuner Arab dan saya enjoy menyaksikan setiap pertandingan City yang menghibur.

Puncaknya adalah ketika tahun 2010 dimana saya melihat kehebatan si anak hilang, Tevez menjadi ujung tombak City. Saya tidak pernah bertanya-tanya kemana perginya Robinho dan mengapa Bellamy jadi makin sering duduk di bangku cadangan, kehadiran Tevez menjadi sorotan saat itu, jika Tevez ada, hampir dipastikan dia bisa membuat gol, apalagi dibantu dengan kehadiran Silva yang sebenarnya bagi saya tidak terlalu “wah!” saat itu, tapi bisa membuat pakem kick & rush seperti dikesampingkan oleh seorang pelatih City saat itu, yang tidak lain adalah Roberto Mancini.

Seiring tahun 2010 berjalan saya mulai rajin main master league di PES 2011 menggunakan City. Ya, saya berhasil menamatkan satu season di master league dan menjadi juara (level top player!) menggunakan City dua tahun yang lalu, hampir tidak percaya, padahal sekarang main satu pertandingan saja malasnya minta ampun. Tapi intinya, entah kenapa saat itu perhatian saya hanya tertuju pada City, tanpa mengetahui seluk-beluknya lebih dalam lagi, yang penting tahu Tevez dan Silva tanpa memperhatikan kontribusi Yaya Toure sama sekali saat itu.

Waktu berjalan cepat, City menjuarai FA, menang atas United di semifinal dan saya mulai aware dengan beberapa pemain City yang bermunculan seperti Balotelli, Kolarov, Lescott, Richards, Dzeko dll. Kemudian saya mulai mengikuti polling di berbagai macam media olahraga online yang menanyakan siapa pembelian City terefektif musim ini (2010/2011)? Saya tanpa ragu memilih James Milner, pemain yang tidak pernah terlihat capek, dan entah kenapa saya saat itu memilih Milner, karena saya lebih sering melihat dia berada di lapangan, entah itu dibelakang, ditengah maupun didepan.

The prodigal son of all prodigal son

Pemain terus bermunculan, hingga akhirnya membentuk skuad seperti sekarang ini, dari mulai kedatangan Nasri yang membingungkan sampai kehadiran Aguero si anak ajaib dari tanah Spanyol. Ketika itu, saya tidak terlalu peduli dengan kedatangan Aguero, saya pikir Tevez seorang saja bisa membuat City berada di peringkat ketiga musim lalu, oleh karena itu saya paling sedih ketika insiden Tevez dan Mancini menyeruak akhir tahun kemarin, saya menyaksikan kehebatan Tevez semusim penuh, membawa City menjadi tim yang lumayan mulai dipandang lagi oleh tim lawan, ya, sebrutal apapun tindak tanduk Tevez, dia tetap menjadi pahlawan sejati saya yang berhasil membawa city from zero to “almost” a hero.

Waktu terus berjalan sampai puncaknya tanggal 13 Mei kemarin. Di hari itulah saya benar-benar tegang bukan main ketika menonton City bertanding melawan QPR di kandang sendiri, kandang yang angker bagi tim sekuat United sekalipun. Not in my lifetime ujar SAF, tapi saya bersyukur bisa melihat City juara selagi saya masih hidup. Benar-benar musim yang gila seperti yang banyak orang bicarakan, bahkan mengalahkan momen gol injury time United ke gawang Muenchen ketika tahun 99 bagi beberapa orang.

Hal tersebut benar adanya, tim yang saya saksikan tumbuh besar selama empat tahun ini benar-benar menghibur saya dengan sepakbola “campur sari” ala Mancini, tidak selamanya kick & rush, bahkan bisa dibilang ketika Nasri hadir, City jadi makin sering bermain bola-bola pendek ala Barcelona, jauh dari pakem sepakbola Inggris yang cepat dan frontal. Saya makin terhibur, gairah saya menonton Liga Inggris makin meningkat, kehadiran Totenham yang sejak tahun 2010 menjadi ancaman membuat saya makin suka dengan tim-tim selain “The Big Four” yang telah mendominasi klasemen Liga Inggris bertahun-tahun. Saya mulai melirik Everton, bahkan Newcastle selalu menjadi tim favorit saya jika sedang bermain PES melawan teman-teman semasa kuliah.

Disaat itu saya sudah melupakan United, sudah tidak tahu menahu siapa lagi penerus tahta Ronaldo di United dan secara tidak langsung saya jadi tidak begitu respect kepada suporter United melihat saat itu mereka terlalu “vokal” dan menganggap remeh tim lain. Tapi di tahun ini mungkin rasa hormat saya jadi makin berkurang kepada SAF dan beberapa pemainnya. Penyataan-pernyataan arogannya seperti “not in my lifetime”, “noisy neighbor” serta “temple of doom” (julukan Etihad Stadium dari SAF) membuat saya kecewa terhadap United, ataukah ini kenyataanya? Kenyataan yang tidak pernah saya lihat ketika saya masih duduk di bangku SMP dan terdiam takjub melihat United bermain saat itu. Entahlah, begitu banyak pernyataan arogan dan tindakan kontroversial yang muncul dari United, bahkan istilah “fergie-time” dan “Howard Webb is united’s 12th player” pun muncul dengan sendirinya dari sana, bahkan sudah menjadi bahasa umum para komentator dan kritikus olahraga di Inggris sana.

Ya, di tahun inilah saya kecewa terhadap United, tim yang dulu saya kagumi berubah menjadi tim yang identik dengan kontroversi halus, dari mulai masuknya Ashley Young kedalam nominasi “school of diving” versi media online bola ternama di luar sana sampai pernyataan SAF yang mengatakan bahwa tim berkocek tebal mengacaukan bursa transfer pemain, pernyataan yang diamini oleh hampir semua pecinta sepakbola Inggris sebagai penyataan paling hipokrit dari SAF yang serasa melemparkan bola liar kepada City yang bisa sukses karena disokong dana tidak terbatas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun