Mohon tunggu...
Ariabagas
Ariabagas Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa Dua Ribu Tua

Masih muda, belum hidup.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Musibah Pertama 2020

23 Januari 2020   15:26 Diperbarui: 23 Januari 2020   15:33 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Selain itu, deskripsi yang diberikan juga membuat artikel terasa lebih hidup dan mudah untuk dibayangkan saat dibaca. Menggunakan angka untuk mendeskripsikan tinggi air banjir turun dari 1 meter menjadi 70 cm jauh lebih baik dibandingkan dengan menuliskannya dengan sebuah komparasi. Misalnya, jika yang ditulis adalah air banjir turun tingginya dari sedada orang dewasa menjadi sepinggang orang dewasa, penulisan seperti ini merupakan deskripsi yang sangat ambigu karena tinggi orang dewasa bisa saja berbeda-beda.

Biasaya saat terjadi sebuah bencana, akan ada dua fase pemberitaan yaitu pemberitaan awal dan pemberitaan sesudah bencana itu terjadi atau berita jangka panjang. Pemberitaan mengenai banjir di Jabodetabek sudah didokumentasikan dengan sangat baik dan sudah jelas gambaran mengenai apa yang telah terjadi dan separah apa kejadian tersebut. Saat ini masih terjadi banjir dan kemungkinan besar akan terjadi terus hingga bulan Februari, jadi saya pikir pemberitaan jangka panjang mengenai upaya restorasi pasca bencana belum mulai dilakukan.

Karena seumur hidup tempat tinggal saya tidak pernah terkena banjir, pemberitaan mengenai kerusakan infrastruktur dan gambaran orang-orang yang terkena dampak banjir membuat saya lebih peka mengenai apa yang sedang mereka lalui. Tidak hanya mengenai korban banjir namun juga liputan yang menunjukan upaya para relawan untuk membantu para korban. Saya rasa peliputan seperti ini membantu dalam menyampaikan situasi pada masyarakat lebih luas.

Sekarang 3 minggu sudah berlalu sejak banjir tahun baru, namun masih terjadi banjir lagi dan lagi karena curah hujan yang tinggi. Walaupun begitu, pemberitaan mengenai banjir menjadi lebih jarang terlihat dibandingkan dengan isu-isu yang lebih hot dan aktual. Wajar, sih. Sifat pemberitaan online mementingkan topik yang lebih hot dan aktual untuk mengumpulkan klik.

Pemberitaan mengenai banjir hanya disorot selama sekitar seminggu dan setelahnya mulai tenggelam. Terhanyut oleh berita-berita lain seperti membahas fenomena yang sedang viral atau mengenai kehidupan pribadi seorang selebriti. Pemberitaan tentang dampak banjir masih ada, tidak semuanya hilang namun sekarang volumenya menjadi lebih sedikit walaupun banjir terjadi lagi dan lagi.

Mungkin penduduk Indonesia sudah terbiasa dengan musibah banjir. Pembahasan banjir tahun baru juga mungkin lebih menonjol karena itu seperti Breaking News. Banjir parah, terjadi dimana-mana, musibah pertama 2020.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun