Mohon tunggu...
Ari Budiarsyah
Ari Budiarsyah Mohon Tunggu... lainnya -

Lahir di jakarta bersamaan ketika john F. kennedy memperingati 72 tahun kelahirannya.. pada tahun 2013, menamatkan pendidikan sarjana sastra jepang di suatu sekolah tinggi bahasa di daerah jakarta selatan.. minatnya pada budaya, sastra jepang, psikologi, politik dan filsafat membuatnya terus menerus belajar untuk memperkaya pengetahuan tentang orang-orang maupun kondisi sosial di sekitarnya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sebuah Kisah

16 November 2013   14:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:05 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bekerja 15 jam sehari..
memulai karir dari bawah, lalu perlahan semakin menanjak..
hingga akhirnya aku memiliki bawahan..
kemudian menyiapkan asuransi diri, jika kelak aku sakit aku sakit atau meninggal..
agar ahli warisku tidaklah kesusahan dalam hidup..
membeli rumah, membeli beberapa investasi yang bisa berharga dikemudian hari kelak..
memiliki istri yang baik.. memiliki anak.. memiliki keluarga yang bahagia..
lalu usiaku mulai memasuki usia 40 dan aku akan mulai memikirkan akhirat..
akhirnya aku memperdalam ilmu agama dan mulai menceramahi para orang-orang di bawahku..
aku menjadi sebuah “icon”, orang-orang menghormatiku..
akhirnya segala impianku tercapai..
membahagiakan keluarga dan orang tua..
lalu aku akan mati lebih dulu, dan anakku mewarisi semua yang telah kubangun..
hartaku, sistemku, dan tekadku..
pada akhirnya aku akan selamat di dunia dan di akhirat..
meninggalkan ilmu bermanfaat, istri yg baik dan anak yg berbakti..
ah.. rasanya jalan seperti ini lurus sekali, atau aku bisa menyebut ini adalah jalan liberalis..
kaum liberalis dengan dogma-dogma kehidupan..

Lantas apa yang terjadi di sekitarku..??
kaum bawah yang mengais sampah, tidur dalam kesesatan jalan, dan makan dari api tungku..
membaca dan menulispun mereka tak bisa..
bisa hidup hari ini pun sudah keberuntungan besar bagi mereka..

Lalu bagaimana dengan para wanita di kampung-kampung sana..
mereka dirampas haknya, kecuali hak untuk hidup dan hak untuk makan..
mereka menjadi budak para iblis,, manusia tanpa moral yang haus akan nafsu..

Lalu bagaimana dengan hukum yang diputarbalikkan, mereka mengatakan kebenaran tapi sebenarnya mereka hanya membungkan mulut orang-orang yang menentang..

Dan bagaimana Dengan manusia-manusia bermoral rendah, hanya memikirkan keselamatan diri sendiri, kesenangan pribadi dan gempita ramai.

Aku menutup mata..
aku tahu tapi aku berpura-pura tidak tahu..
hanya melihat tapi tak berani melakkukan perubahan,
hanya mengikuti zaman dan tetap dengan zona nyaman..
“untuk apa memikirkan mereka kalau aku tidak bisa menolong diriku sendiri?” pikirku

lalu matilah aku dalam ketidak pedulian dan ketidak tahuan,
meninggalkan kenyamanan dan keadaan dunia yang tadi diuraikan..
dunia ini pun terus berjalan..

kepada siapa hendak kusandarkan kepalaku yang kosong?
mati puas dengan eksistensi tapi tanpa esensi..

Aku ingin mati dipangkuanmu ibu pertiwi..
Pada tiap tanah ini dan udara yang kuhirup daripadanya..
Pada rengkuhan sayangmu yang hangatkan aku dari dinginnya malam..
pada setiap tetes embun pagi, pada hutan-hutan belantara yang kau pelihara subur di dalamnya..
kau berikan oksigen untuk bumi manusia ini.. kau pelihara kehidupan di dalamnya..
engkaulah iu yang kucinta, akumenyanjungmu seluas langit yang kutatap dari atas bukit dan
gunung..

ketika nusantara ini paling tidak melangkahkan satu kakinya yang pincang..
hanya satu langkah, seretlah dengan segenap kecintaan pada ibu pertiwi..
satu langkah peradaban.. majulah nusantaraku, jangan biarkan ibu pertiwi menangis karena peradaban kita yang tertinggal, atau karena sikap liberalis..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun