Mohon tunggu...
ARI ISWAHYUDI
ARI ISWAHYUDI Mohon Tunggu... Guru - INFULANCER PSIKOLOGI, EDUCATOR, TEACHER OF SPECIAL NEED STUDENT, AND PARENTING

PSIKOLOGI, EDUCATION,RELIGION,CHILD, LIFE, PARENTING, TRAVELER

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Polemik Tes Seleksi Siswa Baru di SD

3 September 2024   11:42 Diperbarui: 3 September 2024   12:12 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Siswa Baru yang mengikuti Tes Masuk Sekolah Dasar/Sumber Gambar : Laman Youtube @wisatakaranganyar9546

"Haduh, saya jadi pusing mas, anak saya baru masuk SD saja sudah di tes matematika dan bahasa inggris".

Sebuah celetukan seorang ibu-ibu yang baru saja mengantarkan anaknya  untuk melakukan tes masuk ke sekolah dasar. 

Rupanya ibu tersebut kurang sepakat dengan tes yang dilakukan oleh pihak sekolah yang mengedepankan soal-soal matematika dan bahasa inggris untuk seleksi murid baru.

Di era pendidikan saat ini memang tidak jarang sekolah yang membuat aturan seleksi masuk dalam menyaring peserta didik baru. Tentu alasannya juga sangat logis yaitu untuk mendapatkan peserta didik yang berkualitas dan meningkatkan mutu dari sekolah tersebut.

Tak terkecuali pada jenjang sekolah dasar. Rupa-rupanya saat ini banyak sekolah dasar terlebih sekolah swasta yang menerapkan seleksi masuk dengan menggunakan sebuah tes. Tes yang digunakan pun beragam dari tes membaca, menulis,berhitung, mengaji, dan kecakapan bahasa inggris. 

Namun perlukah selevel sekolah dasar memberlakukan sebuah tes dalam penerimaan siswanya ?

Jawabannya pun cukup berpolemik, hal ini dikarenakan penggunaan tes masuk ini tergantung dari kebijakan masing-masing sekolah.  Beberapa sekolah dasar bertujuan mengaplikasikan adanya tes masuk sekolah ini untuk menyeleksi siswa-siswa yang berkualitas secara aspek kognitif,afektif dan psikomotorik, bahkan siswa-siswa yang telah memiliki prestasi baik di tingkat regional maupun nasional. 

Apakah ini salah ? tentunya tidak juga. Karena fungsi dari penggunaan tes sangat beragam, salah satunya adalah sebagai penyeleksi. (Suryanto:2021) menjelaskan bahwa tujuan diberikan tes sebagai penyeleksi ini adalah untuk mendapatkan individu yang terbaik dari berbagai individu serta mendapatkan individu yang sesuai dengan kriteria yang diinginkan oleh lembaga. 

Sehingga tidak jarang banyak sekolah dasar yang memberlakukan adanya tes seleksi masuk pada peserta didik baru. Mereka ingin mendapatkan mutu pelajar yang berkualitas sesuai dengan kurikulum yang ada di sekolah tersebut. Misalkan sekolah dasar yang mengadopsi kurikulum Cambridge, tentu agar siswa baru dapat dengan mudah memahami kurikulum tersebut dibutuhkan siswa yang kurang lebih memiliki kemampuan bahasa inggris dan kemampuan berpikir yang baik.

Namun adilkah jika semua sekolah dasar memberlakukan tes seleksi masuk pada siswa baru ?, padahal  anak-anak masih dalam proses berkembang dalam aspek kognitif,afektif dan motoriknya.

Hal ini mungkin perlu dipertimbangkan  pada setiap sekolah dasar dalam menggunakan sistem tes pada sekolahnya. Mungkin akan lebih tepat jika penggunaan tes ini difungsikan untuk penempatan kemampuan dan karakteristik dari peserta didik yang baru.

 Sebagaimana dari tujuan tes sebagai penempatan yang dijelaskan oleh  (Suryanto:2021) bahwa dengan adanya tes penempatan ini maka dapat dilihat dan diperoleh kelompok siswa yang memiliki kemampuan yang homogen sehingga dalam pemberian program akan lebih efektif. 

Dalam tes penempatan ini, tes yang digunakan pun dapat beraneka ragam tidak hanya mengukur kemampuan kognitif anak namun juga lebih pada melihat keseluruhan aspek yang meliputi kognitif, afektif, sosial dan motorik anak. 

Contohnya dalam penerimaan peserta didik baru di sekolah dasar maka dilakukan serangkaian tes untuk mengetahui karakteristik dari peserta didik tersebut  seperti dengan tes olah tubuh sederhana seperti meloncat, melempar tangkap bola, merangkak dll yang berfungsi untuk melihat kemampuan motorik kasar dan halus dari setiap siswa baru.

Atau dengan pemberian tes persiapan sekolah seperti menjawab pertanyaan sederhana, meronce, membaca dan memahami bacaan sederhana dll yang bertujuan untuk melihat kesiapan peserta didik dalam bersekolah yang meliputi kemampuan komunikasi, kemampuan fokus, kemampuan kognitif, kemampuan bersosial, dan kemampuan afektif peserta didik. 

Tentu sekolah dapat memodifikasi tes-tes yang diberikan seperti, ketika sekolah ingin melihat aspek seni dari siswa baru tersebut maka dapat diberikan tes yang berhubungan dengan kreativitas anak seperti mengambar, mewarna dll, atau jika sekolah ingin melihat sisi agama dari anak maka dapat ditambah dengan tes mengaji atau praktik shalat dan wudhu yang berhubungan dengan peribadatan.

Sekali lagi yang perlu diingat adalah penggunaan tes ini tidak untuk menyeleksi siswa yang diterima namun lebih pada melihat karakteristik dari kemampuan setiap siswa baru. 

Dengan tes penempatan ini maka akan terlihat mana siswa yang memiliki kemampuan lebih pada aspek motoriknya, mana siswa yang memiliki kelebihan pada aspek afektifnya, mana siswa yang memiliki kelebihan pada aspek kognitifnya, dan mana siswa yang memiliki kelebihan pada aspek sosialnya. 

Sehingga sekolah akan mudah dalam memberikan tindak lanjut dan program-program dari data yang telah dimiliki. Sekolah juga akan lebih mudah dalam memploting siswa barunya dalam beberapa kelas yang diinginkan. 

Mana yang lebih penting tes seleksi masuk atau tes penempatan untuk mengetahui karakter siswa baru ? tentunya  pihak sekolah yang lebih memahami akan kondisi sekolah dan kepentingannya ^_^

Daftar rujukan : Suryanto. A, Djatmiko. T. 2021. Evaluasi Pembelajaran di SD. Universitas Terbuka. Tanggerang Selatan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun