Dalam gelaran Formula E pun, Jokowi sengaja membiarkan Anies seolah "sendirian". Tidak seperti Moto GP Mandalika misalnya, dimana Jokowi menggelontorkan dana triliunan ke sana. Jokowi ingin memberikan panggung kepada Anies, supaya orang-orang melihat bahwa Anies mampu kerja dengan baik, walaupun tidak di-support dana dari pusat.
Secara keseluruhan, sejak pencopotan Anies sebagai Mendikbud pada tahun 2016, pemberitaan Anies justru terus meningkat. Popularitas tentunya meningkat pula. Memang banyak yang menyerang Anies, tapi seringkali justru serangan demi serangan itu malah semakin menambah panggung buat Anies. Selain membuat program-programnya menjadi viral, Anies malah punya kesempatan untuk memberikan penjelasan yang lebih terang benderang mengenai program-programnya, sehingga bisa menjawab kritik yangn dialamatkan kepadanya.
Jabatan Gubernur DKI pun habis tahun 2022 ini, dan tidak diperpanjang. Dikiranya Anies akan kehilangan panggung. Tapi, fakta terjadi sebaliknya. Panggung tetap ada, bahkan Anies bisa lebih fokus mempersiapkan diri, dibandingkan para kandidat lain yang fokusnya masih terbelah dengan jabatan yang masih dipegangnya, entah sebagai gubernur, menteri, DPR, dll. Anies betul-betul bebas.
Dan kali ini, tampaknya tangan Surya Paloh yang digunakan. Partai Nasdem yang dipimpin Surya Paloh sejatinya adalah koalisi Jokowi. Tapi inilah satu-satunya cara agar Anies punya kesempatan untuk menjadi Capres. Dengan kondisi Gerindra yang tampaknya masih tetap ngotot mencalonkan Prabowo sebagai Capres untuk ketigakalinya, maka hanya tersisa PKS dan Demokrat yang potensial mencalonkan Anies. Tidak cukup kursi yang dimiliki dua partai ini untuk mencalonkan Anies. Maka bagaikan langkah kuda catur yang sulit ditebak, bermainlah Partai Nasdem, memberi panggung terbuka untuk Anies.
Ingat, ketika Anies selesai menjabat Gubenur DKI, beliau justru pamitannya ke Jokowi lho. Anies malah belum sowan ke Prabowo, orang yang dulu mencalonkannya sebagai Gubernur DKI.
Hmmm...waktunya terbangun dari tidur.
Ini hanya sejarah mazhab alternatif. Kalau sudah jadi pemenang, bisa menjadi sejarah yang sebenarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H