Mohon tunggu...
Ari Sukmayadi
Ari Sukmayadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pelajar Forever

Aku baca. Aku pikir. Aku tulis.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dulu Radikalisme dan Politik Identitas Berjasa bagi Kemerdekaan, Sekarang Jadi Musuh Negara?

7 November 2022   12:58 Diperbarui: 7 November 2022   18:31 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KH. Hasyim Asyari, pendiri dan pimpinan Nahdlatuh Ulama, mengeluarkan Resolusi Jihad, bahwa mempertahankan kemerdekaan tanah air dari penjajah adalah suatu kewajiban bagi setiap muslim (fardhu ain). Suatu perpaduan antara politik identitas dan radikalisme. Dampaknya adalah pada perjuangan heroik yang berpuncak pada 10 November 1945 yang kemudian diperingati sebagai Hari Pahlawan. 

Dalam perjuangan yang banyak makan korban itu, ada satu semboyan yang terkenal, Merdeka atau Mati. Selain menggunakan politik identitas dan radikal, para pejuang itu sangat intoleran terhadap penjajahan. Mereka memilih mati daripada dijajah.

Radikalisme dan Politik Identitas Saat Ini

Bertolak belakang dengan zaman perjuangan kemerdekaan, radikalisme dan politik identitas saat ini justru dianggap sebagai "musuh negara". Kenapa bisa demikian, sesuatu yang bejasa bagi kemerdekaan berubah menjadi musuh negara ? 

(bersambung)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun