KH. Hasyim Asyari, pendiri dan pimpinan Nahdlatuh Ulama, mengeluarkan Resolusi Jihad, bahwa mempertahankan kemerdekaan tanah air dari penjajah adalah suatu kewajiban bagi setiap muslim (fardhu ain). Suatu perpaduan antara politik identitas dan radikalisme. Dampaknya adalah pada perjuangan heroik yang berpuncak pada 10 November 1945 yang kemudian diperingati sebagai Hari Pahlawan.Â
Dalam perjuangan yang banyak makan korban itu, ada satu semboyan yang terkenal, Merdeka atau Mati. Selain menggunakan politik identitas dan radikal, para pejuang itu sangat intoleran terhadap penjajahan. Mereka memilih mati daripada dijajah.
Radikalisme dan Politik Identitas Saat Ini
Bertolak belakang dengan zaman perjuangan kemerdekaan, radikalisme dan politik identitas saat ini justru dianggap sebagai "musuh negara". Kenapa bisa demikian, sesuatu yang bejasa bagi kemerdekaan berubah menjadi musuh negara ?Â
(bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H