Mohon tunggu...
Ari Sukmayadi
Ari Sukmayadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pelajar Forever

Aku baca. Aku pikir. Aku tulis.

Selanjutnya

Tutup

Bola

Maulid "Dewa" Maradona

30 Oktober 2022   14:31 Diperbarui: 30 Oktober 2022   14:52 570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : thamtes.gr

Jika seorang M. Hart  diminta untuk menulis ulang bukunya "100 Tokoh yang Paling Berpengaruh di Dunia", pastikan nama Diego Maradona ada di dalam daftar tersebut.

Selalu menjadi perdebatan, siapa pemain sepak bola terbaik dunia sepanjang masa. Satu hal yang dapat dipastikan, nama Diego Armando Maradona selalu menjadi salah satu kandidat terkuat.

Maradona "hanya" menjuarai  1 Piala Dunia (1986) dan 1 runner-up (1990). Kalaupun diperhitungkan dengan Juara Piala Dunia U-20 tahun 1979, raihan Maradona tetap kalah dibandingkan Pele yang menjuarai 3 edisi Piala Dunia (1958, 1962 dan 1970).

Maradona "hanya" tampil di 4 edisi Piala Dunia, 1982, 1986, 1990 dan 1994. Masih kalah dari Lothar Matthaus yang tampil di 5 edisi Piala Dunia.

Maradona kalah jauh dari Fransico Gento, pemegangan rekor 6 gelar Piala/Liga Champion. Bahkan Maradona belum pernah sekalipun menjuarai Piala/Liga Champion. Maradona "hanya" mampu menjuarai Piala UEFA bersama Napoli. 

Koleksi gol Maradona masih di bawah 300 gol, jauh tertinggal dari Cristiano Ronaldo yang telah mencetak lebih dari 800 gol.

Caps dan gol Maradona untuk Argentina pun masih kalah jauh dari Lionel Messi.

Tapi...

Apa yang diraih Maradona, adalah sesuatu yang sulit dilakukan oleh para pemain sepak bola lain. 

Tanpa bermaksud mengurangi penghormatan atas kehebatan pemain lain.

Pele boleh menjadi pemegang rekor peraih Piala Dunia. Tapi, tanpa Pele pun, Brasil masih tetap bisa juara. Pada tahun 1962, Pele hanya bermain penuh pada pertandingan pertama. Pada pertandingan kedua, Pele mengalami cedera parah dan absen dalam pertandingan hingga akhir perhelatan turnamen. Tapi, Brazil tetap bisa menjadi Juara.

Sedangkan Maradona. Di Piala Dunia 1986 Maradona memang "hanya" mencetak 5 gol, masih kalah dari gelontoran gol Gary Lineker yang menjadi top scorer turnamen dengan 6 gol. Tapi Maradona juga membukukan 5 assist, sehingga terlibat dalam 10 gol dari total 14 gol Argentina (71,43%) untuk menjadi kampiun. Sebuah statistik yang sulit untuk dipecahkan. Sehingga wajar jika Piala Dunia 1986 selalu dinarasikan sebagai pertunjukan tunggal seorang Maradona. 

Pada Piala Dunia 1994, Argentina nyaris tidak lolos ke putaran final tanpa kehadiran Maradona. Argentina lolos melalui play off  setelah diperkuat Maradona. Di putaran final pun, Argentina tampil luar biasa bersama Argentina pada babak awal. Namun akhirnya langsung tersingkir ketika Maradona menerima skorsing larangan bermain.

Di level klub, Maradona 2 kali menjadi pemegang rekor transfer pemain. Rekor ini belum ada yang menyamainya hingga saat ini.

Rekor pertama saat dibeli Barcelona dari Boca Junior pada tahun 1982. Ketika itu, Maradona lebih memilih Barcelona. Maradona menolak tawaran  Real Madrid, klub rival Barcelona yang memiliki prestasi lebih superior. 

Rekor kedua saat dibeli Napoli dari Barcelona pada tahun 1984. Ketika itu, Maradona lebih memilih Napoli, klub semenjana yang jauh dari hingar bingar presatasi, jauh tertinggal dibandingkan klub-klub Italia lain seperti Juventus, AC Milan dan Inter Milan. Napoli ketika itu belum pernah sama sekali memenangkan scudetto. 

Di sinilah fantastisnya Maradona. Klub sekelas Napoli, dipimpin oleh Maradona menjuarai Liga Italia untuk pertama kalinya pada tahun kompetisi 1986/1987. Bahkan kembali menjadi kampiun di edisi 1989/1990, setelah sebelumnya menjadi runner-up di edisi 1987/1988 dan 1988/1989. Ditambah dengan menjuarai Coppa Italia tahun 1987, Piala UEFA tahun 1989 dan Supercoppa Italiana 1990, menjadikan Napoli sebagai klub yang se-level dengan klub raksasa Italia,  Juventus, AC Milan dan Inter Milan. 

Prestasi ini yang paling membedakan Maradona dengan pemain sepak bola lain.

Ketika pemain lain hijrah ke klub raksasa langganan juara, sehingga terbantu klub untuk menjadi juara.

Maradona justru memilih klub "kecil", dan Maradona lah yang membesarkan klub tersebut dengan menjadi juara. Maradona sukses membawa Napoli, dari klub biasa, menjadi klub elit di Italia, bahkan di Eropa. Sebuah prestasi yang belum bisa diraih kembali oleh Napoli hingga saat ini.

Maradona lebih memilih Barcelona ketimbang Real Madrid.

Maradona lebih memilih Napoli ketimbang Juventus, AC Milan atau Inter Milan.

Maradona lebih memilih  Puma ketimbang Adidas ataupun Nike. 

Bahkan Maradona lebih memilih Fidel Castro dan Che Guevara, tokok kontroversial yang "dibenci" Amerika.

Maradona pun dengan enteng mengkritik  Paus agar menjual langit-langit emas Vatikan untuk lebih memperhatikan orang-orang miskin.

 

Maradona tampak seperti anti mainstream.

Karena Maradona adalah mainstream itu sendiri.

Maradona adalah "dewa"

Ia dihormati dengan gereja sendiri oleh para pengagumnya, "Gereja Maradona".

 Terlepas dari noda hitam seorang Maradona.

Tetaplah ia seorang yang luar biasa, baik di lapangan maupun di luar lapangan.

Selamat "maulid dewa Maradona".

30 Oktober 1960 - 30 Oktober 2022

Perubahan nama markas Napoli menjadi Stadion Diego Maradona seolah menghadirkan aura juara bagi Napoli.

Memimpin klasemen sementara Liga Italia dan lolos Liga Champion ke Babak 16 Besar sebagai Juara Group, semoga menjadi kado terindah bagi almarhum Diego Armando Maradona.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun