Mohon tunggu...
Ari Kurniawati
Ari Kurniawati Mohon Tunggu... Guru - Be the best what ever you are

SMP N 1 Singosari

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

12 September 2021   14:33 Diperbarui: 12 September 2021   16:18 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
Paradigma ini paling sering terjadi dan mudah diamati. Kadang perlu untuk memilih antara yang kelihatannya terbaik untuk saat ini dan yang terbaik untuk masa yang akan datang.

Untuk menyelesaikannya prinsip pengambilan keputusan dapat di gunakan 3 prinsip resolusi. 1. Prinsip berfikir berbasis hasil akhir- End Based Thingking. Pada prinsip ini kita tidak dapat memprediksi semua konsekuensi dari setiap keputusan /tindakan, untuk melihat semua konsekuensi dari perilaku seseorang individu saja, belum tentu bisa, terlebih konsekuensi dari tindakan suatu masyarakat. Seperti kasus saat pembuatan reaktor nuklir, mereka tidak mempertimbangkan bagaimana pembuangan limbah reaktor nuklir tersebut apakah berdampak pada masyarakat sekitarnya. 2. Prinsip berfikir berbasis peraturan- Rule based thingking. Prinsip ini dianggap terlalu kaku dan mengabaikan keberagaman individualitas manusia.mereka tidak memperdulikan hasil akhir namun lebih kepada aturan dasar yang diyakini. selalu berpatok pada "sudah menjadi tugas dan kewajiban". Contoh sesuatu hal yang tidak terduga saat seorang anak yang di minta ibunya untuk tetap tinggal didalam rumah, tetapi jika ayahnya yang pulang kerja dan terjatuh dari sepeda. Apakah dia harus menolongnya atau tetap di dalam rumah seperti janjinya pada ibunya. 3. Prinsip berfikir berbasis rasa peduli- care based thingking. Di anggap sebagai prinsip emas namun prinsip ini terlalu sederhana untuk dianggap sebagai salah satu prinsip etika yang utama. Prinsip ini tidak memberikan pilihan khusus atau menjunjung nilai-nilai kebajikan yang ideal. Tetapi prinsip ini gagal memberikan contoh kebajikan, seandainya situasinya melibatkan kedua belah pihak yang sama-sama melakukan tidakan yang kurang terpuji. Contoh jika ada dua orang siswa yang ketahuan mencontek dan guru menegur salah satu siswa untuk menanyakan apakah dia melihat ada siswa lain yang mencontek. Siswa tersebut pasti akan merahasiakannya dengan harapan temannya juga merahasiakan jika dia juga mencontek.

Jadi pada saat kita mengambil keputusan pastikan alternatif-alternatif keputusan kita adalah benar vs benar. Kemudian tanyakan pada diri sendiri apakah keputusan ini sesuai dengan tujuan hidup kita (visi, misi sekolah) serta nilai-nilai kebajikan yang kita pegang. Apakah keputusan ini bermanfaat untuk banyak orang( berpihak pada murid). Setelah mengambil keputusan, kita harus percaya diri terhadap keputusan tersebut dan bertanggung jawab terhadap konsekuensinya.

"Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga dan utama adalah yang terbaik"

Salam Merdeka Belajar.

Ari Kurniawati

Calon guru Penggerak Angkatan 2, SMP Negeri 1 Singosari, Kab Malang

Terima Kasih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun