Mbak Lis bukan sekadar mengalih bahasa secara serampangan kayak subtitle-subtitle film bajakan karya lebahganteng. Mbak Lis sangat detail memperhitungkan kata per kata. Lihat saja "Death Eater" yang jika diartikan biasa menjadi pemakan kematian, tapi olehnya dibuat lebih elegan menjadi Pelahap Maut. Bukankah itu lebih renyah?
Selain pandai memainkan rima dan irama kata seperti ; Vakansi dengan Vampir, Jampi Jenaka, Myrtle Merana, ia juga piawai mencari padanan kata yang lebih mudah dicerna. Lewat improvisasinya ia menciptakan Dedalu Perkasa, Jembalang dan Cermin Tarsah. Soal literal dan idiom ia juga jagonya.
Nah, ada cerita yang unik dibalik penemuan kata Cermin tarsah. Waktu itu Mbak Lis sempat bingung mencari arti kata erised mirror, secara kata erised gak ada dalam bahasa Inggris. Setelah ia renungkan dan utak-atik semalaman ternyata erised harus dibaca terbalik menjadi desire. Desire artinya hasrat. Otomatis kata hasrat pun akhirnya dibalik olehnya menjadi tarsah. Jadilah Erised mirror menjadi cermin tarsah, ini tentu saja keputusan penerjemahan yang jenius!
Harry Potter bukan satu-satunya terjemahan masterpiece Mbak Lis. Ia juga menerjemahkan Host karya Stephenie Meyer yang menurut pembacanya malah novel terjemahannya terlalu bagus dengan bahasa yang lebih sastra. Dalam sebuah kesempatan, Arswendo Atmowiloto juga pernah mengatakan Memoirs of a Geisha yang diterjemahkan mbak Lis jauh lebih menyentuh daripada buku aslinya.
Soal kejeniusan penerjemahan, selain mbak Lis, saya juga teringat seorang penerjemah komik yang juga gak kalah dari mbak Lis. Ibu Rahartati namanya, penerjemah komik-komik Asterix. Oleh wanita berusia 60-an tahun ini, banyolan Perancis diolah sedemikian rupa sehingga rasa bahasa dan humornya lebih pas untuk kultur dan konteks pembacanya di Indonesia. Ibu Rahartati gak saja menerjemahkan teks di dalam balon-balon kata, tapi kadang mengganti sama sekali teks-teks tersebut, termasuk mengganti nama-nama tokoh dalam komik dan menciptakan lagu-lagu baru, biar lebih masuk akal dibaca orang Indonesia. Assurancetourix adalah tokoh ciptaannya. Ada sebuah adegan memorable masa kecil yang saya ingat betul di komik Asterix. Tiga balon kata berderet dengan masing-masing tulisan: "Demi Toutatis", "Demi Belenos", dan terakhir "demikian". Lah, kalo dipikir-pikir kok bisa pas banget masuk terjemahan kata demikian? Nah, di sinilah hebatnya peran penerjemah.
Dari sini akhirnya saya simpulkan kalo ternyata editor atau penerjemah bukanlah pekerjaan main-main. Mbak Lis dan bu Hartati mengajarkan tentang dedikasi dan kesungguhan mendalami pekerjaan, gak peduli berapapun usiamu. Mbak Hartati konon terakhir dibayar per-kata untuk setiap komik yang diterjemahkannya, wujud dari penghargaan terhadap profesionalisme.
Inti tulisan panjang ini sebenarnya cuma mau mengenang Mbak Listiana Srisanti yang luar biasa, secara hari ini tepat 5 tahun yang lalu Mbak Lis berpulang. Semoga kelak ada bibit-bibit baru editor hebat yang bisa setara dengannya, yang bisa mengedukasi pembaca sebagai bagian dari tanggung jawab sosial pekerja dunia buku. Amin...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H