Mohon tunggu...
argo Nizamuddin
argo Nizamuddin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa ilmu sejarah Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Madiun, Pelaku atau Korban? Menghilangkan Stigma Warga Madiun sebagai Pelaku Pemberontakan dan Keturunan PKI

7 November 2022   13:59 Diperbarui: 7 November 2022   14:10 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                

  Jika mendengar tentang Madiun mungkin sebagian besar orang akan teringat tentang pemberontakan PKI pada 1948,salah satu kejadian sejarah dimana PKI dibawah pimpinan Musso dan Amir Syarifuddin mengumumkan berdirinya negara Komunis di Madiun,berdasar hal itu juga sampai saat ini masih banyak warga luar Madiun yang menganggap bahwa orang madiun adalah pelaku dari pemberontakan tersebut,bahkan juga beredar stigma tentang penduduk madiun adalah keturunan dari anggota PKI,di dalam tulisan ini saya akan sedikit membahas tentang kenapa madiun dipilih sebagai tempat pemberontakan oleh PKI pada waktu itu,sekaligus menghilangkan kesalahpahaman dan anggapan buruk bahwa warga madiun adalah pelaku pemberontakan.

    Pada 18 September 1948 adalah puncak dari pemberontakan PKI Madiun,pukul 03:00 setelah merebut berbagai sarana komunikasi dan pemerintahan serta basis militer,hanya dalam hitungan beberapa jam Madiun berhasil ditaklukkan,pukul 07:00 pada hari yang sama diproklamasikan berdirinya negara soviet indonesia,madiun dimaksudkan sebagai kubu pertahanan dan titik tolak untuk menguasai seluruh wilayah Republik Indonesia,banyak diceritakan oleh para orang tua bahwa di hari itu banyak tentara komunis dengan tanda merah berkeliaran di jalanan kota madiun,tak hanya madiun pemberontakan ini juga melebarkan kekuasaan ke daerah sekitar hingga Ponorogo, Ngawi, Kediri, Magetan Hingga Cepu dan daerah sekitar Madiun lainya.

  Alasan utama kenapa Madiun dipilih sebagai pusat pemberontakan adalah karena Madiun merupakan Daerah yang dinilai strategis sebagai basis militer,Madiun diapit oleh Gunung Lawu,Gunung Pandan dan Gunung Wilis sehingga akan sangat mudah untuk digunakan melarikan diri dan bersembunyi serta bergerilya apabila pasukan Republik Indonesia menyerang,Madiun juga sudah memiliki bandara militer pada waktu itu tepatnya landasan udara Iswahyudi Maospati,hanya beberapa kilometer dari pusat kota sehingga sangat mudah dijangkau sebagai basis militer,nampaknya pemilihan madiun karena kontur geografisnya sangat tepat dipilih oleh PKI,karena terbukti di kemudian hari ketika tentara Republik menyerang basis militer PKI madiun mereka banyak yang lolos kabur ke daerah lereng gunung wilis di timur kota madiun,salah satunya ke daerah Kresek kecamatan Wungu yang tak jauh dari rumah saya,disana juga terletak monumen yang cukup dikenal bernama monumen kresek.

  Pemberontakan pki bisa dibilang gagal karena dalam waktu relatif singkat dapat diredam oleh pemerintah pada waktu itu,setelah pada 18 September negara komunis di proklamirkan sehari kemudian pada 19 September pemerintah mengumumkan bahwa tindakan PKI di madiun adalah tindakan pemberontakan dan upaya penggulingan pemerintah,pada hari itu juga Musso menyatakan perang terhadap pemerintahan Republik Indonesia,terhitung pada 30 September Madiun berhasil direbut kembali oleh ABRI dari PKI, kemudian dilanjutkan penumpasan pemberontak yang tersisa yang kabur ke lereng gunung wilis dan daerah lain sekitar madiun.

  Berdasar beberapa latar belakang kenapa madiun dipilih sebagai pusat pemberontakan yang saya sampaikan diatas bisa disimpulkan bahwa madiun sebenarnya hanya digunakan sebagai Tempat basis militer, sayangnya masih banyak stigma yang beredar bahwa warga Madiun adalah para pemberontak PKI dan bahkan anggapan bahwa masyarakat Madiun adalah keturunan PKI,ini adalah hal yang harus diluruskan karena faktanya Madiun adalah Korban bukan Pelaku,di desa tempat tinggal saya sendiri ada sebuah tempat yang kerap diceritakan para orang tua sebagai tempat pembantaian warga sipil oleh PKI,ada sebuah pohon yang konon adalah tempat menggantung para korban yang dibunuh oleh PKI,dalam beberapa kesempatan juga kerap disampaikan oleh pemerintahan Madiun  tentang hal ini,beberapa waktu yang lalu Bupati Madiun Bpk. Ahmad Dawami Ragil Saputro menegaskan bahwa stigma Madiun sebagai pelaku pemberontakan harus dihilangkan,beliau mengatakan 

 "Stigma yang melekat konotasinya warga Madiun ini anak keturunan PKI. Padahal Madiun itu korbannya PKI, bukan pelaku. Dulu kan pimpinan pemberontakan namanya Musso. Dia juga orang luar Madiun,"  Beliau juga menyampaikan keprihatinan terhadap stigma tersebut dan berharap hal tersebut bisa mulai diubah dalam masyarakat   "Jadi dari hasil rapat, mereka memposisikan Madiun sebagai pusat aksi. Dan sepenggal sejarah ini sudah sering disampaikan dalam edukasi agar pemahamannya sama. Tidak ada tokoh PKI dari Madiun. Justru tokoh masyarakat, tokoh agama dan masyarakat Madiun jadi korban kekejaman PKI,".

  Bukti bahwa warga Madiun adalah korban adalah terjadinya pembantaian besar besaran oleh PKI pada warga sipil utamanya para santri dan Kiai yang dianggap musuh besar PKI,banyak catatan sejarah dari saksi mata yang mengatakan bahwa para santri Kiai bahkan penduduk biasa banyak yang terbantai di Madiun,banyak santri yang dibakar hidup hidup di madrasah dan pondok pesantren,juga banyak diceritakan  tentang pembantaian Masyarakat di Alun-alun Madiun hanya karena mereka orang muslim,mereka dibunuh di depan masjid dan diceritakan bahwa darah mereka menggenangi parit parit hingga setinggi 3 cm,para orang tua di desa saya juga menceritakan bahwa para korban yang dibunuh banyak yang dibuang ke sumur sumur dan ke sungai,mereka menceritakan hingga Bengawan Madiun berwarna Merah airnya karena mayat yang dibuang ke sungai,bukan hanya di Madiun,pembantaian juga meluas hingga Kota-kota sekitar seperti di Magetan di desa Suco dimana 108 orang dibantai dan dimasukkan kedalam sumur,hingga kini tempatnya diabadikan menjadi sebuah monumen yang disebut monumen suco,hingga pembantaian di pabrik Gula Rejosari Gorang gareng yang menurut saksi mata korban selamat darah yang menggenangi loji sampai mata kaki,juga tragedi di kresek yang kini dibangun monumen peringatan dengan korban 17 orang dari tokoh masyarakat,pemuka agama,pejabat pemerintah hingga para guru,juga banyak korban lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu,meski hanya sebentar peristiwa ini sangat membekas di antara masyarakat madiun,menurut data resmi Kodim Madiun,PKI menguasai madiun hanya dari tanggal 18-30 September 1948,disebutkan juga dalam data tersebut korban pembunuhan di Madiun mencapai 1.920 orang,belum termasuk korban lain di kota kota sekitar Madiun,singkat namun berdampak sangat besar.

Referensi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun