Pengguna media sosial di Indonesia dari tahun ke tahun selalu menunjukkan grafik yang tinggi, untuk pengguna TikTok di Indonesia Sendiri mencapai 106,51 juta pada Oktober 2023. Bahwa hampir 90% masyarakat Indonesia yang menggunakan internet, dan memiliki media sosial. Hal ini terus berkembang dan menjadi suatu kebiasaan yang terus dilakukan oleh setiap individu, TikTok merupakan Aplikasi dengan daya tarik yang sangat tinggi. Dapat membuat penggunanya mampu menghabiskan waktu lebih dari 3 jam perhari, hanya untuk scrolling dan melihat-lihat konten yang disajikan oleh sesama penggunanya.
Pengguna TikTok memang menembus batas usia. Tidak hanya kaum millennial dan digital native, sebagian besar pemilik smartphone baik tua maupuan muda memiliki aplikasi ini. Mereka juga menjadi pengguna aktif TikTok dengan tidak jarang mengunggah video hasil kreatifitas mereka. Tingginya penggunaan Tiktok dapat menimbulkan dampak-dampak yang tidak diinginkan,biasanya dampak ini menyerang mental, dan perilakupenggunanya.
Menurut saya ketika pengguna terus terpaku pada layer ponsel mereka, mereka dapat mengalami sejumlah hal yang berkaitan dengan kelelahan mental yang sangat menganggu. Mental yang terus menerus memproses informasi baru dalam durasi singkat dari setiap video yang ditonton, dapat menimbulkan kebingungan dan kelelahan yang tidak disadari oleh penggunanya, terutama saat aktivitas ini dilakukan dalam waktu yang cukup lama dan tanpa jeda yang cukup. Hal ini tentu saja akan menimbulkan peningkatan stress dan kecemasan yang dapat terjadi ketia pengguna merasatertekan untuk terus-menerus mengikuti konten yang tidak sesuai ekspetasi nya.Dalam hal ini, tentu setiap aspek sosial juga memiliki peran penting.Â
TikTok seringkali menjadi salah satu tempat bagi sebuah konten yang sudah diproduksi dengan baik, dan menciptakan sebuah gambaran yang kerap kali berbeda dengan kenyataan. Setiap pengguna yang terllu terpaku paa setiap konten biasanya akan merasa ingin lebih dan tidak merasa puas dengan kehidupan yang sedang mereka jalani. Masalah ketidakpuasan ini seringkali dikatakan dengan sebutan "Fomo"Â dimana setiap pengguna merasa kehilangan momen TikTok orang lain.
Setiap pembuat konten seringkali mendapat tekanan tersendiri karena dengan adanya like dan views, hal ini memberikan beban ekstra pada kesejahteraan mental. Pengguna mungkin merasa terdorong untuk selalu tampil di depan umum, meningkatkan kecemasan performa dan kekhawatiran akan penilaian orang lain. Penerimaan sosial yang diukur dalam bentuk angka-angka seperti like dan views dapat menjadi tolak ukur keberhasilan bagi banyak pengguna, yang pada gilirannya dapat memperburuk masalah kesejahteraan mental.Â
Dampak dari scrolling TikTok yang berlebihan juga menyerang ke aspek perilaku sehari-hari. Waktu yang dihabiskan untuk scrolling dapat mengganggu produktivitas dan fokus. Pengguna mungkin menemukan diri mereka kehilangan jam-jam berharga yang seharusnya digunakan untuk yang mungkin mereka lihat dalam konten pekerjaan, belajar, atau kegiatan lain yang lebih bermanfaat. Ketidakseimbangan dalam penggunaan waktu ini dapat berdampak langsung pada pencapaian tujuan pribadi dan profesional.
Selain itu, ketika aktivitas di dunia maya mendominasi waktu dan perhatian, interaksi sosial di dunia nyata dapat terabaikan. Hal ini karena keterlibatan yang berlebihan dengan TikTok dapat menyebabkan pengguna kurang aktif secara sosial, mengurangi waktu yang seharusnya dihabiskan untuk berinteraksi dengan teman, keluarga, atau lingkungan di sekitarnya. Ketergantungan pada interaksi maya dapat merugikan keterampilan sosial dan kemampuan untuk membentuk hubungan interpersonal yang sehat dan bermakna. Dari dampak scrolling TikTok yang berlebihan juga dapat mempengaruhi kesehatan secara umum. Paparan terus-menerus terhadap layar ponsel dapat mengganggu pola tidur alami, terutama jika pengguna menggunakan platform ini pada larut malam. Kurangnya tidur yang berkualitas dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental secara keseluruhan.
Penggunaan ponsel yang berkepanjangan dalam posisi tertentu saat melakukan scrolling juga dapat menyebabkan masalah ergonomis dan ketidaknyamanan fisik. Masalah seperti sakit leher, bahu, dan tangan dapat berkembang menjadi masalah yang lebih serius jika tidak diperhatikan.Namun, penting untuk diingat bahwa tidak semua pengguna mengalami dampak negatif ini. Banyak orang dapat menggunakan TikTok dengan bijak, menikmati konten tanpa terperangkap dalam lingkaran negatif. Beberapa pengguna bahkan dapat menggunakan platform ini sebagai sumber inspirasi dan kreativitas.
Nah dengan itu kita harus bisa mempunyai cara untuk berhenti, pengguna bisa menggunakan cara- cara berikut:
1. Jadi Pengguna Pasif
Untuk memaksimalkan waktu, kamu mungkin ingin menjadi pengguna aktif daripada pasif. Pengguna aktif berinteraksi dengan orang lain, seperti mengomentari kiriman atau membuat konten. Sedangkan pengguna pasif hanya membuka TikTok untuk melihat konten-konten saja.
2. Batasi Waktu
Setel pengatur waktu untuk membatasi waktu yang kamu habiskan online dan mengetahui kapan waktunya untuk keluar atau log out.
3. Matikan Notifikasi
Orang-orang sering jatuh ke dalam infinite scrolling ketika mendapat notifikasi. Dan saat kamu mulai melihat unggahan yang relevan, kamu dapat dengan mudah tersesat di utas komentar atau video yang direkomendasikan lainnya.
Untuk mengatasi dampak negatif scrolling TikTok yang berlebihan, penting untuk menciptakan kesadaran akan pola penggunaan dan mengambil langkah-langkah untuk mengelolanya banyak pengguna yang lalai untuk membatasi diri dari kecanduan scrolling TikTok. Pengguna harus bisa Menetapkan batas waktu harian, mengatur waktu istirahat dari media sosial, dan berfokus pada kegiatan lain yang lebih produktif dan membangun dapat membantu menjaga kesejahteraan mentaldan fisik. Kesadaran diri dan pengelolaan waktu yang bijak dapat membantu mengubah pengalaman menggunakan TikTok dari sesuatu yang menghibur menjadi sesuatu yang meningkatkan keseimbangan hidup dan kebahagiaan.
Penulis
Argian Khairullah, Mahasiswa semester 5 program Studi Jurnalistik Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H