Mohon tunggu...
Argian Khairullah
Argian Khairullah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mahasiswa Universitas Islam Negeri Jakarta, Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Jurusan Jurnalistik semester 3

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Intip Sejarah Perjuangan Rakyat Bekasi di Gedung Juang 45

20 Desember 2022   23:13 Diperbarui: 20 Desember 2022   23:23 708
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Museum Gedung Juang 45 yang terletak di Jl. Sultan Hasanudin No.39, Mekarsari, Kecamatan Tambun Selatan. Dulunya museum ini memiliki nama Landhuis Tamboen. Awal mula Gedung ini berdiri tahun 1906 dan dibangun oleh seorang Saudagar Tionghoa yang kaya raya, bernama Khouw Theng Kie bangunan ini juga memiliki luas lahan 13.900 dengan luas bangunan 1.1177 meter persegi.

Gedung Juang 45 ini dibangun dengan tiga tahap. Tahap pertama pembangunan mulai pada tahun 1906, dan selesai pada tahun 1910. Kemudian pembangunan tahap ke dua pada tahun 1910, dilanjutkan pembangunan ketiga pada tahun 2021. Setelah tahap pembangunan selesai pada tahun 1942 Tamboen disita oleh keluarga Khouw Van.

Lokasi Gedung Juang 45 ini tidak jauh dari perbatasan wilayah Batavia, wilayah sasak yang sekarang ini menjadi wilayah perbatasan antara kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi dengan kecamatan Tambun Selatan, kabupaten Bekasi. Sehingga pertahanan Belanda di sekitar Bekasi sering diserang, oleh sebab itu Belanda sering meninggalkan tempat pertahanan di wilayah Bekasi dan menarik diri untuk memperkuat wilayah pertahanannya di Klender, yang kemudian menjadi batas antara kota Bekasi dengan Jakarta Timur.

Tidak hanya dijadikan monumen bersejarah, Gedung Juang 45 ini juga sering menjadi tempat perundingan pertukaran tawanan antara Belanda dengan para pejuang kemerdekaan Indonesia. Pejuang kemerdekaan Indonesia dipulangkan oleh Belanda ke wilayah Bekasi dan tentara Belanda dipulangkan ke Batavia melalui Stasiun Tambun yang lintasan relnya tepat berada di belakang Gedung ini.

Rosman Rahmadi, Selaku warga asli sekitar Museum. menjelaskan sedikit Sejarah yang ia ketahui dan berbagai dampak positif yang ditimbulkan oleh berdirinya museum.

"Dulu yang saya tahu ketika indonesia merdeka, Belanda ingin menguasai Jakarta, sekitar tahun 50 an kalau tidak salah. Rakyat Bekasi menuntut agar bisa keluar dari Jakarta, mereka hanya mau bergabung di area kali Cakung. Selain Sejarah banyak juga dampak besar yang ditimbulkan oleh Gedung Juang 45 ini diantarannya para pedagang di sekitar museum, karena museum ini dibangun keadaan sekitar sini jadi semakin ramai, semakin bagus juga karena kan dirawat oleh pihak museum jadi warga sekitaran sini ikut kena dampak baik nya," ujarnya, Sabtu (9/12).

Lebih lanjut, "Adanya museum ini juga semakin menambah wawasan anak muda yang tidak banyak mengetahui perjuangan rakyat Bekasi terdahulu, mereka bisa mengintip Sejarah para pejuang di dalam museum ini, untuk perubahan museum yang sudah berbasis digital si bagus sangat inovatif sesuai dengan zaman. Dengan ini semua semakin mempermudah banyak orang," tuturnya.

Ruangan museum Gedung Juang Bekasi, diambil oleh Argian Khairullah  (10/12/2022).
Ruangan museum Gedung Juang Bekasi, diambil oleh Argian Khairullah  (10/12/2022).
Pada tahun 2021, Gedung Juang 45 telah di revitalisasikan secara besar-besaran oleh pemerintah Bekasi. Agar masyarakat dapat mengetahui serta mengenang momen perjuangan para pahlawan yang telah memperjuangkan wilayah Bekasi pada zaman penjajahan.

Bupati Bekasi Eka Supria Atmaja, meresmikan langsung Gedung Juang 45 ini yang beroperasi tanggal 19 Maret 2021. Dan pengelolaan Gedung Juang 45 dibawah Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga, Kabupaten Bekasi.

Saat ini warga Bekasi dan sekitarnya menjadikan Gedung Juang 45 sebagai pilihan wisata Sejarah yang cukup menarik serta wajib dikunjungi. Karena pemerintah Bekasi mendesain semua fasilitas didalamnya berbasis digital dan menata ulang setiap sudut Gedung Juang 45 yang bisa dijadikan tempat untuk bersantai dan berfoto.

Syifa Aulia Mahasiswa semester V Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon, mengatakan  semenjak Gedung Juang 45 ini di ubah menjadi museum berbasis digital lebih banyak warga yang main kesini. Terus juga sering ada kunjungan dari sekolah yang ingin belajar Sejarah mengenai Bekasi.

"Ya, setelah direnovasi baru pertama kali, tapi sebelumnya sudah pernah. Dulu kan seperti Gedung terbengkalai dan tidak keurus nah semenjak Gedung Juang ini diubah menjadi museum berbasis Digital lebih banyak warga yang main kesini. Terus juga sering ada kunjungan dari sekolah yang ingin belajar Sejarah mengenai Bekasi. Sekarang kan udah jadi museum pokonya menarik deh banyak juga Sejarah Bekasi di dalamnya yang membuat hal itu menarik pengujung ke sini. Sudah gitu isinya tidak monoton dan desainya tuh bagus estetik. Tidak cuman desain tulisan-tulisan gitu, ada juga video bergambar yang berbasis digital," ujarnya, Sabtu (10/12).

Lebih lanjut, "Di dalam Gedung itu banyak banget tulisan-tulisan bersejarah yang bisa kita pelajari dan ada barang bersejarah yang masih di simpan di dalam museum ini. Terutama ya untuk warga Bekasi dan sekitarnya penting bagi kita untuk belajar Sejarah tempat asli kita tinggal," jelasnya.

Adis Rona Januari, selaku pemandu museum Gedung Juang 45 menuturkan konsep museum Gedung Juang 45 ini berbasis digital

"Gedung Juang 45 ini berkonsep 4.0, museum digital yang mengutamakan digitalisasinya. Di sini ada dua lantai, Isi konten bukan hanya tentang Gedung ini, tapi juga tentang Kabupaten Bekasi. Selain itu Gedung Juang Bekasi memiliki fasilitas lengkap yang bisa di akses saat berkunjung di antaranya Area Parkir, Toilet, Mushola, Digital Library, Toko Marchandise, Museum, Gedung Theater, dan Permainan Edukasi Sejarah 3D/Digital, " tuturnya.

Pada awal mengunjungi ruangan museum, di lantai pertama pengunjung akan menemukan tempat resepsionis untuk mendaftarkan diri. Setelah itu pengunjung memiliki pilihan untuk didampingi tour guide museum atau tidak, ruangan pertaman kita akan menemukan Digital Library yaitu Hall Of Fam yang berisi orang-orang paling berpengaruh di Kabupaten Bekasi serta latar belakangnya.

Diruangan selanjutnya terdapat beberapa tulisan Sejarah, yaitu masa kerajaan trauma negara, serbuan Mataram ke Batavia dan Bekasi pada abad XIII hingga abad XVI. Diruangan tengah pengunjung bisa mencoba fasilitas 3D/Digital sekaligus mempelajari beberapa Sejarahnya. Setelah itu sebelum ke lantai dua ada tulisan mengenai Hubungan Politik dan Dagang Kerajaan Sunda dengan Portugis.

Di lantai dua pengunjung bisa membaca bagaimana Bekasi bisa sampai dibawah kekuasaan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), disana juga banyak cerita mengenai Sejarah perjuangan rakyat Bekasi pada masa penjajahan. Tidak kalah menarik ada sebuah ruang bioskop berkapasitan 20 orang, menampilkan film Sejarah Kabupaten Bekasi. Terakhir ada ruangan immersive atau 3D. Sesuai namanya, pengunjung akan dibawa ke satu ruangan galap yang menampilkan permainan hologram secara 3D. Rasanya traveler seperti dibawa langsung kemasa itu.

Penulis: Argian Khairullah, Mahasiswa Jurnalistik Semester III Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun