Seperti semboyan Bhineka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu. Indonesia yang dihuni dengan berbagai ragam suku,agama,dan ras menandakan bahwa kita adalah masyarakat heterogen. Masyarakat yang mempunyai ragam dan harus menghormati satu sama lain, bukan saling menjatuhkan. Tapi kita saat ini harus mengakui bahwa kita hidup saling menjatuhkan adalah salah satu hal yang lumrah dilakukan. Dimana adanya paksaan sosial bagi masyarakat heterogen menjadi suatu kesatuan agar menjadi homogen.
Adanya hasutan-hasutan untuk menjadi satu pemikiran dengan suatu konsep ideologi kelompok tertentu membuat kita buta akan suatu perbedaan. Padahal maksud kata “tetap satu” pada arti bhineka tunggal ika adalah apapun SARA kita,kita tetap satu Indonesia. Ibarat smartphone, kita boleh beli Samsung,Lenovo,ataupun merk yang lain tapi kita masih tetap sama-sama Android.
Adanya para elit yang merasa memimpin mayoritas untuk menjadikan kaum awam menjadi satu pemikiran satu ideologi menjadikan awal dari suatu perpecahan. Para elit yang selalu bercita-cita menjadikan masyarakat homogen,dimana arti suatu perbedaan disingkirkan. Atau bisa dibilang melakukan hal-hal yang berbau fasisme.
Penambahan peran media yang semakin kesini semakin memihak para elit tanpa memikirkan tujuan awal sebuah media. Penolakan terhadap kaum minoritas untuk menjadi seorang pemimpin,menjadikan minoritas mempunyai ketakutan untuk muncul di depan publik. Para elit yang selalu mengutarakan tentang positivisme. Tindakan yang membuat orang lain tidak mau berpikir mengenai hal yang seharusnya kita teliti lagi.
Seseorang boleh melakukan kebebasan mempengaruhi asalkan positif,tapi seseorang tidak boleh melakukan penolakan kebebasan berpikir. Karena berbeda pendapat bukan berarti kita bisa memaksakan pendapat untuk menjadi sama.
Sikap kesombongan tentang pemikiran SARA yang dipegangnya adalah yang terbaik dari yang orang lain pegang merupakan hal yang menimbulkan ketegangan maupun menuju ke arah perpecahan. Orang hanya suka menilai tanpa berpikir,orang suka melihat cover daripada isinya.
Jika masih adanya perbuatan yang selalu menyinggung SARA maupun untuk menjadi suatu kelompok homogen percayalah bahwa hari akhir sudah dekat. Di dunia kemanusiaan jika kita masih mematuhi panutan kita pada orang irasional atau orang yang membaca arah tidak dengan kompas tapi hanya melihat jejak,disitulah hal-hal bersifat kemanusiaan kita akan berakhir.
Singkirkan 7 dosa besar, dosa paling besar ya intoleran!
Hollowlies.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H