sore itu kami dikejutkan oleh sebuah panggilan dari salah seorang karyawan toko kami yang memanggil suamiku dengan sebutan "Papah"....kami pun saling berpandangan,aku senyum-senyum saja sementara suamiku seperti biasa mukanya langsung masam dan ditekuk.sambil ku usap rambutnya aku bilang "mungkin kita salah denger sayang"                                                                                                                                        kebetulan kami punya toko pakaian kecil-kecilan di rumah,Alhamdulilah rumah kami letaknya di pinggir jalan dan sangat strategis.sejak 3 tahun lalu setelah kami melewati masa-masa sulit kami berjualan di rumah,halaman rumah kami jadikan kios yang lumayan bisa menampung beberapa pajangan baju dan ku display sedemikian rupa sehingga menarik para pembeli mengunjungi toko kecil kami.                       Di pertengahan tahun 2001 ketika itu suamiku masih bekerja di sebuah perusahaan elektronik di daerah Cibitung Bekasi dan aku pun baru resign dari pekerjaan sebelumnya yaitu SPG toko sepatu import di salah satu mall di Bekasi,kami baru punya anak 1 dan ku titipkan di rumah neneknya (Ibuku) supaya aku bisa leluasa menjalani aktifitasku dan itu pun merupakan permintaan Ibuku supaya aku bisa bekerja membantu suamiku.
Dengan tabungan yg tidak seberapa aku nekad mencoba usaha sendiri,berdua dengan temanku aku menyewa stand di lokasi yang sama dengan tempatku bekerja sebelumnya dan stand yang ukurannya 2x3 itu kami bagi 2,karena modal temanku lebih besar dia berjualan sandal/sepatu lokal dan aku berjualan kaos kaki yang modalnya tidak terlalu banyak disesuaikan dengan jumlah tabunganku.
Alhamdulilah dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama usaha kecilku berkembang cukup pesat,aku bisa menyewa beberapa stand dengan jenis dagangan yang berbeda mulai dari underwear,perlengkapan bayi,baju anak-anak sampai baju dewasa.aku pun kewalahan mengelola usahaku itu sehingga suamiku pun resign dari pekerjaannya dan kami sama-sama mengelola usaha kami,meskipun ada perbedaan saat aku mengatur usahaku sendirian dengan sekarang berdua dengan suamiku tapi aku cukup menikmatinya dan aku tetap menempatkan diriku sebagai istri....
Awal tahun 2004 impian kami memiliki istana kecil Alhamdulilah terwujud berikut sebuah kendaraan yang ku fungsikan untuk operasional dan kendaraan keluarga.kami sangat bahagia dan bersyukur atas nikmat yg kami rasakan saat itu.
Pada tahun 2007 usaha kami mulai mengalami kemunduran seiring berdirinya beberapa mall baru di Bekasi juga persaingan yang begitu ketat dan kami pun semakin berani berspekulasi sampai akhirnya di tahun 2009 usaha kami bangkrut,dengan kompak kami berbagi tugas,anak-anak yang biasanya ditemani pengasuh kini di temani suamiku yang dengan rendah hati mengurus anak-anak dan mengerjakan semua pekerjaan rumah dan aku tetap dengan tertatih-tatih melanjutkan usaha kami,satu per satu stand dan kios yang kami sewa berpindah tangan hingga tersisa satu kios pakaian yang menjadi harapan kami satu-satunya,satu per satu pula aset yang kami kumpulkan pun terjual mulai dari mulai tanah,sawah dan kendaraan raib demi menutupi hutang yang kian menumpuk untuk menambah modal.segala cara kami tempuh untuk mempertahankan usaha kami tapi tetap tidak membuahkan hasil.....akhirnya di tengah keterpurukan kami sepakat untuk menjual istana kecil kami,lalu dengan terisak isak ku telfon Ibuku untuk mengabarkan semua ini sebelumnya aku memang tidak pernah menceritakan keadaanku kepada beliau karena aku tidak mau membebani dan membuat Ibuku sedih.akhirnya pertolongan itu datang,Ibuku yang selama ini selalu ku repotkan memberiku uang untuk membayar sebagian hutangku dan menambah modal sehingga istana kecil kami tidak jadi di jual.
Alhamdulilah berkat bantuan Ibuku dan do'a-do'a beliau kami bisa bangkit kembali dan usaha kami mulai dari bekas garasi kendaraan yang sudah kami jual kini semua halaman istana kecil kami sudah dijadikan toko yang besarnya lebih luas dari stand atau kios yang kami sewa dulu.kami sangat bersyukur dengan apa yang kami peroleh sekarang ini betapa tidak selain kami tidak banyak mengeluarkan biaya operasional juga kami bisa menjaga ketiga anak kami yang biasanya kami tinggal di rumah dengan pengasuhnya dulu....kini kami bisa bercengkrama setiap saat.
Di bantu beberapa orang karyawan yang menjaga toko kami sehingga aku pun bisa mengerjakan pekerjaan rumah tanpa menggunakan jasa asisten rumah tangga seperti dulu seperti biasa dengan rendah hati suamiku pun sesekali membantuku.pelukan dan kecupan sayang selalu kupersembahkan sebagai rasa terima kasihku kepadanya.
Semua karyawanku memiliki sifat dan karakter yang berbeda-beda dan aku pun sudah terbiasa dengan hal itu,seperti halnya sore itu kami dikejutkan dengan salah satu karyawan kami yang memanggil "Papah" terhadap suamiku,awalnya aku hanya senyum-senyum saja tanpa ada rasa curiga sedikit pun karena aku sangat percaya pada suamiku,semakin malam semakin sering kudengar panggilan itu,suamiku semakin muram dan menggerutu lalu menyuruhku menanyakannya tapi aku enggan karena kupikir bukan aku yang dipanggil "Mamah" hehe...tak di sangka-sangka suamiku malah marah dan membentakku ,aku pun semakin enggan menanyakannya dan kusarankan suamiku saja yang menanyakannya sendiri "sayang kalau kamu ngga salah tanyain aja langsung sendiri" ....rupanya pernyataanku tadi malah semakin membuat suamiku murka "oooh jadi kamu menuduhku?'....lho???? lalu suamiku mengurung diri di kamar dan tenggelam dengan asyiknya bermain game candy crush kesukaannya,aku pun memberinya waktu untuk menenangkan diri.2 jam berlalu aku pun menghampiri suamiku dan membelainya "sayang kita tanyakan sama-sama supaya tidak terjadi salah faham"...ternyata suamiku malah menghardikku "aku yang keluar dari rumah ini atau dia yang berhenti kerja?"....segitunya????
Supaya tidak berlarut-larut aku pun menanyakan kepada karyawanku "mengapa memanggil suamiku papah?" sambil cengengesan dia menjawab "tidak apa-apa bu saya hanya ingin memanggilnya papah saja"... dan aku pun tidak berniat menanyakannya secara lebih dalam,biarlah mungkin itu jawaban yang sebenarnya.
Suamiku,sudah 2 hari berlalu kamu pun masih saja mengurung diri di kamar dan tetap asyik bermain game,makanan yang ku sodorkan pun tak pernah kamu sentuh,minum kopi pun kamu membuatnya sendiri,kenapa sayang? apa yang kamu pikirkan? tidakkah kamu memikirkan aku yang tak pernah berhenti mencintaimu? tidakkah kamu pikirkan ke 3 anak kita yang ikut bersedih melihat tingkah kita? tidakkah kamu pikirkan si jabang bayi dalam kandunganku calon anak ke 4 kita ?
Suamiku tercinta,tak pernah sedikitpun aku menuduhmu,tak pernah sedikit pun aku curiga padamu,selalu ku tepis dan tak pernah ku hiraukan semua yang mencoba mengganggu kita karena aku percaya padamu.sikap kasar dan pemarahmu tak membuatku ingin menjauh darimu,karena aku tahu dibalik semua itu sebenarnya kamu menyayangiku hanya saja caranya yang berbeda.
Suamiku,hari ini aku ingin kamu tersenyum lagi dan bercengkrama dengan anak-anak kita lagi...tertawa bercanda seperti hari-hari sebelumnya...dede bayi di perutku ini rindu akan sentuhan bapaknya setiap saat bergerak mengelilingi ruang perutku mencari-cari tangan yang biasanya menyentuh bagian badan tangan atau kepalanya di balik kulit perutku yang semakin membesar ini.kami semua mencintaimu sayang...istana kecil kita pun sunyi tanpa senyummu...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H