Mohon tunggu...
Humaniora

Perjalanan Hidup Sang Penghuni Kost

28 Februari 2016   20:33 Diperbarui: 28 Februari 2016   21:17 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

           Oke, maksud saya menjalani kehidupan kost itu bisa membawa perubahan 180 atau 90 derajat celcius pada diri, antara fisik hingga sifat. Semua itu tergantung dari pilihan jalan kehidupan yang anda pilih sendiri ketika menjalani hidup kost, jadi saya pun tak bisa memihak apakah menjalani hidup kost itu memberi dampak buruk atau tidak, hanya saja saya berkata hidup kost bisa melatih kemandirian dan tanggung jawab, itu saja. Ingat saudara-saudara, terutama bagi yang masih sekolah dan nge-kost, kalian masih dibiayai orang tua, hargailah usaha mereka dengan bisa serius menjalani pendidikan agar tak sia-sia biaya mereka.

            Ada masa-masa emas bisa menjadi anak kost dan ada masa-masa batu kerikil menjadi anak kost. Hidup keberuntungan dan kesialan selalu terikat, seperti Yin dan Yang, seperti hitam dan putih, seperti... #sudahcukup. Berdasar buku catatan pengalaman saya lagi, masa-masa batu kerikil ada banyak misal, ketika masa tanggal tua dan uang semakin menipis sebelum tanggal gajian, terjadilah transaksi utang-mengutang, akibatnya banyak debt collector menghiasi kehidupan saya (apalagi jika ada bunga). Lalu masa-masa ketika lelah menghampiri raga ini, ditengah krisis tugas kehidupan, dan akhirnya tumbanglah raga ini dalam medan tugas yang semakin menumpuk.

Ada masa ketika hanya terdengar suara receh, hanya bisa menyantap secuil nasi dengan garam + micin, teringatlah akan rasa masakan ibunda tercinta #baperlagi. Kisah sedih lainnya, dahulu kala semua yang kuinginkan dan kubutuhkan akan segera terpenuhi, namun bagai pungguk merindukan bulan, semua hal itu hanya menjadi angan-angan di masa sekarang #ouucchh.

Kesakitan ini semakin menyakitkan, ketika tugas, pr, ulangan, yang dulunya masih sering diingatkan oleh orang tua tercinta, sehingga sering mendapat sering mendapat nilai tinggi dan pujian guru, kini seakan terbengkalai dan tak terurus lagi karena dulu suara yang sering mengingatkan kini pergi entah kemana, dan seakan penyakit malas pun menjadi kebiasaan, sehingga cacian makian dari guru tak terhindarkan, penyesalan diri semakin larut kian hari. Begitulah kira-kira pengalaman masa-masa batu kerikil saya saat berada di realita kost #terharu.

            Agar bisa kembali ceria lagi dan semangat dalam menulis cerita ini, inilah momen yang kalian tunggu, masa-masa Emas kehidupan kost berdasar buku suci pengalaman penulis lagi,  akan segera diungkapkan. Kebebasan, adalah kata dambaan semua orang, apalagi bagi penghuni kost baru, itu artinya bisa dengan sesuka hati melakukan apa yang diingkan, tapi tetap ingat pada Sang Maha Pencipta #religius. Wisata kuliner uyeeaahhh.... Mungkin dulu kebanyakan orang tua sering mengajari makan 4 sehat 5 sempurna ditambah segala makanan yang berwarna hijau, sehingga membuat bosan dengan makanan yang tersaji.

Berkat kehidupan kost, makanan hewani semakin mudah dijamah, dan “chiki-chikian” yang dulu sempat masuk dalam UU pelarangan makanan di keluarga kita masing-masing (jika memang ada #wkwkwkwk), kini menjadi santapan sehari-hari. Efeknya terjadi muatan berlebih di sekitar tubuh bagian bawah dan perubahan penampilan yang mungkin saja hewan peliharaan yang dipunya sudah tak mengenal majikannya lagi (berdasar kejadian asli sang penulis #ahakahakahak). Ohh tentu saja, segala barang yang diinginkan mungkin saja dapat segera terpenuhi karena tidak adanya perdebatan antara permintaan anak dan penawaran orang tua. Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, dimulai dari indeks harga pasar, indeks inflasi/deflasi negara, harga nilai tukar rupiah, hingga kenyataan jumlah angka yang tertera di saldo bank yang harus dihadapi dengan sabar #bapermaksimal.

            Sebenarnya masih banyak cerita-cerita yang masih ingin saya bagikan kepada pembaca sekalian, tetapi waktu saya telah tiba dan segera saya akan menutup akhir cerita, karena berdasarkan asumsi  saya, raut wajah di seluruh saudara sekalian, sepertinya anda semua ingin sekali menutup omong kosong saya kali ini. Kita sampai penghujung artikel, saya berkata beberapa hal lagi, tidak selalu hidup sebagai penghuni kost seburuk yang saudara bayangkan, begitu pula tidak selalu hidup sebagai penghuni kost selalu seenak apa yang saudara bayangkan. Karena semua hal yang di dunia ini saling mempengaruhi, jadi apa yang anda perbuat itulah yang anda terima, tidak hal yang selalu menguntungkan dan nyaman anak-anak muda sekalian #muahahaha.

Ingat, pengalaman adalah guru yang terbaik, saudara sekalian mungkin tak akan mengerti kehidupan kost dari cerita saya saja jika belum pernah mencobanya. Pesan saya untuk anda yang akan menjalani hidup kost atau sedang menjalani hidup kost, jalanilah dengan kesabaran, ketabahan, kerendahan hati, ketulusan, pelayanan, totalitas, kepedulian, semangat, keberanian, kejujuran, ke..... #longpost.  Oke baiklah semua itu saja, terima kasih dan salam sejahtera, salam damai, salam 2 jari, salam 3 warna 2 jari 1 hati, salam super, daun salam, dan salam-salam yang lainnya. (AGE)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun