Doa tepat di malam 19 Januari 2021 yang di langitkan kepada Sang Khalik dengan memohon agar selalu bahagia dan terus bersetia pada kata hati, menjadi kalimat pembuka pada kesempatan kali ini.
Perjalanan karir di bulan februari-april yang fantastis, tepat tanggal 14 Februari 2021 kemarin kami telah selesai mengikuti kegiatan PKL (Pelatihan Kader Lanjut) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia yang di laksanakan oleh Cabang Manado. Masih berselang tidak lama kemudian di amanahkan sebagai penanggungjawab rumah BTM FIP UNIMA (Badan Tadzkir Mahasiswa, Fakultas Ilmu Pendidikan), juga di waktu bersamaan dengan kegiatan KKN (Kuliah Kerja Nyata) di Mooat, Bolaang Mongondow Timur.
Perjalanan spritualitas yang begitu luar biasa bagi seorang bocah ingusan seperti saya, sebenarnya ingin sekali kami bagikan beberapa moment-moment indah dalam kesempatan tulisan kali ini berkenaan dengan 3 bulan yang di lewati, biar saja hanya menjadi pengingat dalam notes hp saya saja haha, mungkin hanya beberapa foto yang sempat saya bagikan di laman media sosial (instragram) milik pribadi, silakan sedikit berkunjung disana, hehe.
Entah harus memulai dari manalagi, segala resah sudah tertumpah ruah. TIdak tau harus di sembunyikan bagaimana lagi, ketakutan datang menghampiri setiap hari, keinginan untuk berbenah makin besar tapi di sisi yang lain hampir terlepas dari setiap genggaman.
Tiada tempat berpulang terbaik selain pada Tuhan dan pangkuan ibu, minggu-minggu berat dapat kami rasakan sampai saat ini.
Di tempat magang kami sudah merasa agak asing atau bahkan terasingkan, ya begitulah keadan yang bisa kami gambarkan saat disana. Hari demi hari kami lalui dengan tabah meskipun dalam hati kami sudah merasa agak canggung dan tidak harmonis lagi, perihal akademik juga ikut terseret dalam arus yang kami buat sendiri.
Bisa di katakan jelas bahwa ini terjebak ada dalam masa-masa sulit dalam hidup, kami kalah dengan keadaan bak anak kecil yang terjebak dalam labirin yang di modifikasi sedemikian rupa oleh diri sendiri.
Mengenai Badan Tadzkir? Banyak hal yang sementara kami perjuangkan, banyak keluh yang kami usahakan, banyak harap yang kami emban di Pundak. Satu per satu pergi dan meninggalkan diri kami sendiri, bahkan telah sampai di titik puncak tidak percaya lagi terhadap diri kami sendiri.
Segala hegemoni yang terus kami tampilkan yang tidak lain adalah untuk menjaga api semangat yang harus kami jaga. Banyak hal yang sudah kami lalui dan korbankan demi api yang seharusnya tetap menyala. Seperti doa dan harapan tepat perayaan ulang tahun kami kemarin; "tidak perlu terburu-buru, tidak perlu terlalu bersinar, cukup ada dan tak kunjung padam." Menjadi tema juga spirit dalam mengarungi 20 tahun yang amat lucu dan penuuh drama ini, hahaa.
Dua minggu belakangan kami terus mengusahakan untuk mengadakan air bersih di dalam sekretariat, mulai merenovasi beberapa bagian penting di dalam ruangan-ruangan terutama dalam ruang ibadah juga ruang untuk rapat tertutup. Sambil memperbaiki sekretariat kami juga memperbaiki kepengurusan yang amat kacau ini, mulai menyusun puing demi puing, serpihan demi serpihan yang mulai berceceran, kami mulai meramu asa demi asa yang telah kami rajut di baluti dengan hati yang ikhlas dan tulus.
Kami mulai mengembalikan senyuman-senyuman khas yang pernah mereka tebarkan di berbagai kesempatan, sambil memohon dan berpikir bahwa ini masih bisa kami perbaiki kembali.
Bicara soal relationship? Ini agak jelas berbanding terbalik dengan masa-masa indah kemarin wkwk. Ya jelas itu menjadi momentum yang masih membekas hingga kini, bahkan hingga sekarang mungkin kami masih belum menemukan hal-hal itu di diri orang lain. Mengapa demikian? Lebih jelasnya mungkin tentang standart atau tolak ukur "bahagia" yang kami gunakan masih terpaku pada seseorang yang hadir kemarin, move on nya sampai kapan? haha ini juga masih belum bisa kami jawab.
Banyak teman-teman perempuan yang kami lewatkan dalam beberapa kesempatan kemarin, melalui tulisan yang sederhana ini, kami dengan penuh kerendahan hati memohon maaf atas segala khilaf yang pernah di buat baik sengaja maupun tidak, untuk lisan dan perbuatan yang telah melukai hati kalian. Sekali lagi mohon maafkan kami, mudah-mudahan bisa di pertemukan dalam lain kesempatan agar kiranya bisa kami memohon maaf secara langsung, semoga semesta merestui.
Tulisan ini rafli bekeng untuk gambarkan mama pe perjuangan, makase mama salalu ada deng tetap ada di saat-saat sulit bagini. Minta maaf kalo misalnya beberapa hari bahkan minggu-minggu belakangan ini salalu di luar trus demi mo kase klar samua urusan-urusan yang menghambat proses pengabdian selama mama masih ada di dunia.Â
Rafli tau skarang mama so ada di usia yang nyanda lagi muda yakni 50 tahun (di saat penulisan ini), sagala keluh-kesah mama so bilang deng mungkin masih ada yang mama simpang karna itu rasa sayang lebe basar pa torang daripada mama harus mengeluh. Mama sebagai gambaran paling hebat di mata pa torang sebagai anak, mama mampu emban 2 tugas mulia yaitu dengan jadi papa pun sekaligus mama for torang.Â
Mama rela bangun subuh demi mendoakan torang pe langkah stiap hari, abis itu momasa karna inga kalo mama pe anak-anak nimbole kalo nyanda mo makang pagi, abis itu mama rela mo bajual babadiri biar panas deng ujang badai mama tetap tegar deng salalu lapang dada kalo ada orang mo bicara akang, baru kalo so klar abis manimpang bajual abis itu mama somo langsung lanjut karja pa dokter sampe malam.Â
Sampe ada pembicaraan di satu malam yang syahdu pas torang dudu makang sama-sama mama bilang; "salalu doa akang pa mama supaya sehat-sehat", hati anak mana yang nda mo takuti sampe malele tu aer mata pas dengar orangtua bilang bagitu. (nah kong btw, da ketik ini bukang cuma deng jare, mar tu aermata le so baku iko jatung di atas keyboard). Di setiap langkah kalo rafli rasa "tasoe" mar salalu mama pe doa paling muka for mo counter kejadian itu, so memang butul kalo doa ibu salalu Allah langsung mo ijabah for torang depe anak-anak.
Nah skarang lanjut soal papa, almarhum meninggal so tepat 10 tahun deng ini. Bukang soal brapa lama beliau kase tinggal mar seberapa brat depe efek for torang anak-anak deng mama. Bajalang dengan sayap patah itu mungkin agak stenga mati for torang for terbang tinggi malayang di awan, ya sama deng nama yang papa da kase tinggal jadi identitas yang malakat. Semakin kamari rafli sadar ternyata itu nama bukan kase sambarang melainkan jadi doa yang trus malakat di stiap langkah kaki sampe skarang, rafli trus badiri dengan 1 sayap yang kokoh meskipun raga yang menopangnya hampir roboh.Â
Tadi subuh (tepat tanggal 31 Oktober 2021 ini) papa datang berbagi sapa secara hangat melalui mimpi, entahlah rafli kurang tau apa maksud dari mimpi yang rafli lalui tadi, yang jelas ini mungkin jadi teguran yang Allah bilang sampe harus melalui papa. Indi skarang so basar pa, so jadi nona-nona deng indi so jadi tamang yang sebagai obat kase ilang rindu kalo misalnya rafli lagi diluar deng sosok papa turut hadir dalam indi pe jiwa. Torang pe doa deng hal-hal baik, itu salalu torang bekeng bagus supaya Allah angka mama deng papa pe derajat. Maafkan torang masih blum bisa bekeng yang terbaik sampe saat ini, mar torang ba janji pa torang pe diri kalo torang akan tetap mo jaga pa mama (sama deng papa pe pesan terakhir 10 tahun kemarin).
Beberapa bulan belakangan ini, karna so nda ada tamang yang bisa di percaya for mo berbagi keluh deng kisah, kayaknya rafli mo coba bagikan jo melalui tulisan-tulisan sederhana ini. Karna masih moment tentang "hari kesehatan mental sedunia", beberapa waktu kemarin juga sempat mengalami mental illness ya karna ada satu dan lain hal (yang nda bisa rafli jelaskan secara terperinci disini) yang jelas ini amper bekeng maso rumah saki. Alhamdulillah, Allah masih kase kesempatan lebih for bakudapa dengan orang-orang diluar sana yang beberapa dari dorang jadi self healing terbaik (menurut rafli), karna memang bawaannya suka babajalang juga sih jadi alhamdulillah mulai terobati dengan sendirinya. Paling inga skali dengan kata-kata; "yang boleh selesaikan ngana pe masalah, ya cuma ngana sandiri." Ini juga jadi kalimat tamparan yang paling keras agar supaya nyanda terlalu larut dalam kesedihan yang entah seperti apa gambarannya tapi yang jelas masih dalam koridor batas wajar pikiran manusia.
Sebenarnya ini rencana tulisan 300 hari di 2021, mar maaf kalo agak sadiki terlambat mo posting meskipun sadiki talewat beberapa hari. Mudah-mudahan sagala urusan deng harapan-harapan bisa di realisasikan dengan penuh ketulusan di dua bulan akhir ini. Banyak hal yang musti rafli ikhlaskan, deng beberapa mimpi yang sempat terhambur mulai seleksi kembali sembari memungut sisa-sisa harapan yang masih bisa rafli benahi.
Teruntuk siapapun anda, yang telah meluangkan waktu untuk membaca sampai sejauh ini berarti anda adalah orang yang sangat peduli. Penulis berterima kasih untuk semua orang yang masih mau & ikhlas membersamai sampai saat ini, semoga Tuhan semesta raya senantiasa merahmati segala daya dan usaha. Aamiin!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H