Mohon tunggu...
Muhammad Arif Asy-Syathori
Muhammad Arif Asy-Syathori Mohon Tunggu... Petani Sehat -

Bercita-cita sebagai penulis yang bisa menginspirasi dan memotivasi setiap orang yang membaca buku karyaku, Please visit ; kakakhahu.blogspot.co.id to know about me more!! Mari berteman...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Hobi Jadi Rupiah

11 April 2016   12:20 Diperbarui: 11 April 2016   12:41 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Saya sedang mengambil gambar produk Makarti"][/caption]

 

“Sak geleme ukril yo gempil”

Dewasa ini hobi menjadi sebuah peluang seseorang untuk bisnis. Banyak contoh nyatanya bahwa hobi dapat berbuah koin dan uang kertas rupiah. Apapun, misalnya memasak, olahraga, video editting, menulis di blog, dan Fotografi. Tulisan saya ini akan mengulas sedikit pengalaman saya pribadi tentang hobi Fotografi saya.

Saya mulai suka dengan dunia Fotografi sejak saya masih duduk di bangku SMA Pomosda. Awalnya saya suka nonton film. Mulai dari gemar nonton film saya jadi memperhatikan cara pengambilan gambar, cari-cari kamera di Google, nonton video di youtube, belajar editting video, sampai belajar Cinematografi meski otodidak. Saya sangat giat untuk mencari ilmu tentang perfilman. Saya beli buku cara menulis skenario, cari kenalan mahasiswa perfilman, hingga saya dikenalkan oleh paman saya dengan penulis skenario FTV pak Dwi. Tidak hanya itu, saya juga giat mengikuti pelatihan membuat Film di berbagai kota. Salah satunya adalah pelatihan membuat film di kota malang setahun lalu. Yang paling berkesan adalahs aya bertemu langsung dengan produser terkenal mas Reza. Beliau adalah produser film Ayat-ayat Cinta.

[caption caption="(Kiri) Mas Reza, (Tengah) Saya, (kanan) Mas Leo, Campers"]

[/caption]

Berangkat dari film, saya suka mengambil video dan gambar. Karena alat tidak memadahi untuk membuat film, saya akhirnya mulai dari yang paling dasar yaitu dunia Fotografi. Belajar dari mana? Belajar dari Google, buku, dan youtube. Sebagai generasi muda bangsa yang serba kecukupan  ini harus memaksimalkan kecanggihan teknologi sebelum dibodohi oleh kecanggihan teknologi itu sendiri.

Ternyata dunia Fotografi itu sangat asyik. Bahkan tak tak disangka-sangka, saya diminta oleh tim marketting sebuah lembaga pemberdayaan masyarakat di bidang usaha yaitu Makarti Pomosda. Saya diminta untuk mengambil gambar produk-produk Makarti dan masyarakat. Imbalannya saya akan diberi honorarorium atas jasa saya ini yang berangkat dari hobi saya. Lumayan kan?

[caption caption="Poto Produk Marasake, diambil oleh saya"]

[/caption]

[caption caption="Foto Produk Pupuk Cair Manutta Gold"]

[/caption]

Tapi karena Makarti adalah lembaga pemberdayaan masyarakat yang berada di Pondok Modern Sumber Daya At-Taqwa (Pomosda) saya tidak mau dibayar (sombongkan? Hehehe). Faktor mengapa saya tidak mau dibayar adalah yang pertama saya masih amatir, yang kedua hasil poto saya tidak terlalu bagus, dan  saya rasa ini juga menjadi wahana untuk membaktikan diri saya kepada bangsa.

Saya membuat mini studio untuk mengambil gambar produk-produk Makarti. Menggunakan bahan bekas jadilah sebuah mini studio yang tidak kalah dengan mini studio pabrikan. Saya menggunakan kardus yang saya lobangi ke tiga sisinya, kiri, kanan, dan atasnya. Setelah itu saya ambil tutup lubang tersebut dengan kertas tisu. Letakkan lampu belajar sorot di ketiga sisi kardus tersebut, kanan, kiri, dan atasnya. Guna lampu tersebut adalah membuat lebih terang dan mampu membuat elegan sebuah foto produk. Pengambilan foto produk seperti yang saya lakukan ini dapat dilakukan sendiri karena sangat simpel. Klik disiniuntuk mengetahui bagaimana cara membuat mini studionya!

Dunia Fotografi ternyata sangat luas dan kompleks. Tidak mudah. Banyak hal yang harus saya pelajari lebih dalam. Saya pun belajarnya bertahap. Di awal saya harus kenal dengan kamera. Seorang fotografer jika tidak mengenal kameranya sama saja dengan memperistri tapi tidak mengenal istrinya. Lucu kan? Tidak akan harmonis hubungannya. Menguasai kamera mulai dari fitur dan cara mengoprasikannya adalah nomor satu. Setelah itu baru beranjak ke yang lain.

[caption caption="Foto Produk Kopi Tanjung"]

[/caption]

Setelah saya kenal dengan kamera, saya mulai belajar bagaimana mencari sudut pandang (angle kamera). Mencari sudut pandang yang menarik dan pas tidaklah mudah.  Perlu insting fotografer yang handal. Mengasah insting pencarian angle adalah dengan memperbanyak jam terbang. Selain jam terbang, penguasaan teori Fotografi juga berpengaruh kuat terhadap kemampuan seorang fotografer. Tanpa teori, seorang fotografer akan lama sekali mendapat taste jepret gambarnya.

Mengetahui alat tambahan Fotografi additional tools adalah tahapan selanjutnya yang saya lalui. Mulai dari lighting, lensa, filter, dan masih banyak lagi yang harus saya tahu. Alat-alat tersebut membuat gambar menjadi lebih baik. Lensa ‘bawaan’ tidak akan cukup untuk mengambil setiap momen dengan keadaan di lapang yang selalu berbeda-beda. Perlu ada fix lense, zoom lense, wide lense, eye-fish, makro and mikro lense, dan masih banyak lensa lagi dengan fungsi dan harga masing-masing.

Karena cost saya terbatas, saya masih belum memiliki lensa-lensa yang saya sebutkan diatas, tapi saya akan menabung untuk membelinya. Bukan karena saya ambisi menjadi seorang fotografer handal, tapi saya ingin totalitas dalam mempelajari sesuatu. Meskipun hobi, saya tidak pernah puas dengan apapun yang saya pelajari hanya setengah-setengah. Saya ingin mengembangkan hobi ini total, hingga saya menjadi fotografer yang handal dengan gambar-gambar yang bagus dan berkelas.

Meskipun dengan alat yang terbatas, saya tidak berkecil hati. Saya tetap melalang-lintang kesana-kemari, mecoba ini itu untuk belajar Fotografi. Ternyata hobi ini dapat menjadi peluang untuk menjadi sebuah penghasilan tambahan. Lumayan untuk menambah uang saku supaya tidak selalu meminta orangtua kan? Sebagai laki-laki harus bisa hidup mandiri.

Meskipun saya ingin menjadikan hobi saya ini expert, saya tidak menomor satukannya dengan mengesampingkan hal-hal penting lainnya dalam kehidupan sehari-hari saya. Saya juga suka menulis, membaca buku, bisnis, dan lain-lain. Saya belajar Fotografi hanya ketika di waktu luang dan ada kesempatan. Demikianlah cerita pengalaman saya tentang hobi saya yang berpeluang menghasilkan rupiah sekaligus tips bagi teman-teman yang juga memiliki hobi sama. Dunia tidak ada yang sulit, yang sulit adalah menahan nafsu masing-masing.

Kunjungi artikel menarik lainnya di sini! Dan blog saya disini!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun