Mohon tunggu...
Muhammad Arif Asy-Syathori
Muhammad Arif Asy-Syathori Mohon Tunggu... Petani Sehat -

Bercita-cita sebagai penulis yang bisa menginspirasi dan memotivasi setiap orang yang membaca buku karyaku, Please visit ; kakakhahu.blogspot.co.id to know about me more!! Mari berteman...

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Antara Terjebak Teori, Konsep dan Operasional

13 Maret 2016   18:15 Diperbarui: 13 Maret 2016   19:07 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teori dan konsep adalah saling melengkapi bak suami dan istri. “Suami dan istri tidak akan berhenti pada sebuah ikatan sah cinta kasih, tapi pasti akan dioprasikan. Untuk itu perlu ikatan sah cinta kasih.” Artinya? Menikahlah sebelum keburu tua. *Bercanda

Sistem pendidikan yang dioprasikan oleh negara-negara asing yang penulis sebutkan diatas membuktikan bahwa tingkatan pendidikan mereka hingga pada level operasional. Berbeda dengan negeri ini. Konsep-konsepnya berdasarkan intuisi-intuisi yang tidak otentik, “Katanya-katanya”.

Manusia yang membuat konsep tanpa memerhatikan ke-otentikan teorinya berarti sedang goblog. Manusia yang membuat konsep tanpa teori bisa jadi lebih sedang goblog. Demikianlah manusia paruh buruh yang sedang goblog. Lebih goblog yang ‘mengetahui’ tapi tetap saja goblog.

Sebuah operasional akan ngawur tanpa konsep. Mengapa? Karena ruh dari operasional adalah ‘proses integrasi teori’ tadi. Yaitu rembugan atau musyawarah dan rapat yang benar. Sebuah integral menghasilkan konstanta baru, itulah penguat assertion-nya. Supaya tidak ngawur, operasional dibangun dari dasarnya. Intuisi dijadikan teori, teori dijadikan konsep, konsep dioprasikan.

Adapula faktor pendukung supaya manusia negeri ini tidak melulu menjadi paruh buruh, goblog, dan ngawur adalah per individu harus meningkatkan minat baca, komunikasi, dan beroprasi. Berhati-hati dengan intuisi, berhati-hati dengan ‘katanya-katanya’ tanpa berpikir kritis dan membuktikannya merupakan modal supaya tidak tergolong dalam jenis rata-rata manusia negeri ini. Menghayati nilai essensinya akan menjadi pemanisnya (ranah ibadah). Visit my blog and pomosda.or.id!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun