[caption caption="http://energitoday.com/2013/04/yogyakarta-akan-alami-krisis-pangan-akibat-lahan-pertanian-semakin-berkurang/"][/caption]
Isu mengenai kurangnya kesiapan Indonesia dalam menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) sepertinya bukan omong kosong. Permasalahan tentang pangan masih saja begadang dan gak ada tidur atau matinya. Bahkan saat ini petani yang menanam tanaman komoditas besar seperti padi, jagung, dan tebu kian tercekik, karena fluktuasi harga yang belum dapat mensejahterakan para petani.
Pembukaan pintu impor akibat dari penghapusan tarif telah mengakibatkan terjadinya lonjakan nilai impor pangan secara konsisten dan menjadikan Indonesia sebagai importir pangan terbesar. Sejak 2009 hingga kwartal III 2013 data Kementan menyebutkan telah terjadi lonjakan nilai impor pangan (tanaman pangan dan hortikultura) sebesar US$ 5,94 Milyar pada 2009 hingga mencapai US$ 12,05 Miliar pada 2012. Dikurun waktu hingga kwartal III tahun 2013 saja nilai impor pangan telah menembus hingga angka US$ 7,21 Miliar.
Selain itu, menurut sensus pertanian BPS, mencatat penduduk yang bertani sebagai pekerjaan sehari-hari semakin berkurang. Pada tahun 2003 jumlahnya mencapai 31.232.184, dan menurun pada tahun 2013 dengan jumlah mencapai 26.135.469.[2] Sebanyak 5,04 juta petani ‘hilang’ atau tidak lagi menjadi petani.Tanpa perlindungan dalam bentuk subsidi ataupun proteksi hasil pertanian dari negara, petani-petani tidak akan mampu meningkatkan kesejahteraanya, bahkan tidak akan mampu keluar dari kemiskinan yang menjeratnya.
Pada awal kampanye Jokowi, ia menyebutkan memiliki 4 program yang tergabung demi ketahanan pangan. pengendalian impor pangan, penanggulangan kemiskinan petani dan regenerasi petani, implementasi reformasi agraria, pembangunan agribisnis kerakyatan. Masing-masing program telah dijelaskan dengan gamblang di http://www.kompasiana.com/kanopi_feui/kebijakan-pangan-jokowi-jalan-menuju-ketahanan-pangan-indonesia_55e98d9f8e7e61b90ab31707.
Ketahanan pangan adalah kondisi dimana kebutuhan pangan bagi seluruh masyarakat dapat terpenuhi baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Perlu diteliti kembali, targetnya adalah supaya terpenuhi secara kualitas dan kuantitasnya, tidak peduli impor yang penting terpenuhi. Hal ini sangat mengkhawatirkan masa depan pertanian dan terlebih lagi perekonomian bangsa ini. Bagaimana perekonomian bangsa ini akan membaik jika sektor pertanian masih jalan di tempat atau bahkan mundur?
Penulis mengajukan sebuah tawaran solusi berkaitan dengan kondisi pertanian tanah air, tentang pangan, dan perekonomian bangsa ini. Tawaran solusi ini bukan dari ide penulis, melainkan dari Guru penulis, Guru yang membimbing penulis. Guru penulis telah mengimplementasi sebuah program untuk memakmurkan Bumi Allah, yaitu kemandirian pangan.
Kemandirian Pangan
Dasar program beliau, manusia diciptakan di atas Bumi, hidup di atasnya, berjalan di atasnya, berdunia di atasnya, dan bahkan beranak-pinak di atasnya. Allah menciptakan manusia dengan vonis bahwa manusia adalah tempat salah dan dosa, maka makmurkan BumiNya. Dalam Al-Qur’an dan kitab-kitab lainnya, jelas bahwa manusia diperintahkan untuk menjaga, melestarikan, dan memakmurkan Bumi tempat dia berpijak, niscaya dia akan mendapat rahmatNya, rohman rahimnya, kasihnya, dharmaNya, dan lain-lain.
Seharusnya jika kita menyadari jati diri bangsa ini, pastinya tidak banyak orang terkena busung lapar, mati kelaparan, kemiskinan, dan lain-lain. Negara kita adalah negara agraris yang sangat subur. Beliau mencanangkan program kemandirian pangan di mulai dari pondok pesantren yang didirikannya, yaitu Pondok Modern Sumber Daya At-Taqwa (Pomosda) di Nganjuk.
[caption caption="Verti Padi yang dikembangkan oleh Pomosda"]
Beliau menghimbau kepada seluruh warga pondok, santri, warga jamaah, dan masyarakar sekitar untuk dapat memenuhi kebutuhan pangannya sendiri degnan memanfaatkan lahan-lahan sela di rumah mereka masing-masing. Tentu saja ini sangat baik untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Teori marketting pertanian Indonesia menuai banyak ironi. Petani panen, dijual ke Bulog dengan murah, petani non profit, beli beras untuk keluarganya sendiri tidak mampu, akhirnya dapat RasKin, beras sisa-sisa orang-orang mampu dan kaya yang mampu beli beras berkualitas.
Seharusnya yang diterapkan adalah kemandirian pangan. Masyarakat Indonesia harus sadar, bahwa pangan merupakan hal vital dalam hidup. Saat ini pangan di Indonesia sudah edan. Plastik saja jadi beras, pestisida disemprot berlebihan, dan masih banyak lagi, yang makan siapa? Kita lah.
[caption caption="Tambulampot"]
Program ini sangat berdampak bagi saya. Kebutuhan sawi rumah saya setiap hari adalah dua ons. Empat Polybag menghasilkan lebih dari dua ons sawi, jadi saya menanam dua puluh delapan Polybag sawi, saya buat system berantai, dan akhirnya kebutuhan sawi setiap hari di rumah sudah tidak perlu membeli lagi. Satu hari saya menghemat uang sebesar Rp.3.500,00, jika selama setahun berarti saya sudah melakukan penghematan sebesar Rp. 3.500,00 x 365 hari Rp.1.277.500,00. Wow bisa untuk bayar SPP anak kan?
Beliau juga mengajarkan pola tanam yang sehat dan amanah. PTSA (Pola Tanam Sehat dan Amanah) telah diterapkan di keluarga saya. Kata sehat dan amanah disini berarti dilakukan dengan proses yang sehat dan amanah – memurnikan niatan mengelola garapan dunia ini semata-mata li `amanati (berkaitan dengan persaksian ke-esensian Tuhan) dan menunaikan perintah Allâh untuk “wasta’marokum fĩha” memakmurkan bumi-Nya Allâh-. Pola ini didasarkan pada kesadaran bahwa suatu hasil akhir (hasil panen yang melimpah) bukan sebagai tujuan utama, namun senantiasa memperhatikan prosesnya. Selain itu dampak terhadap lingkungan juga harus diperhatikan. Penulis meyakini bahwa pola ini akan dapat menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi sebab melalui pola ini permasalahan yang dihadapi petani dan masyarakat dapat diatasi.
[caption caption="Memanfaatkan lahan sela"]
Yang jelas poin terpentingnya adalah perekonomian petani, yang mayoritas penduduk kita adalah petani. Kalau pemerintah kreatif dan jeli, tidak perlu program yang muluk-muluk. Canangkan program yang sederhana dan terasa manfaatnya oleh masyarakat. Kunjungi juga Blog saya!
Referensi :
http://igj.or.id/tor-fgd-mengukur-kesiapan-indonesia-menghadapi-mea-2015/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H