Perilaku petani telah tersusupi. Perilaku petani yang mengejar laba dari hasil pertanian akan justru menjatuhkannya sendiri seiring penggunaan pupuk kimia. Pemerintah pun juga belum segera respon akan hal ini. Para petani tidak tahu bagaimana mengubah perilaku bertaninya, maka butuh pendamping, sayangnya yang berkewajiban mendampingi tidak cepat sadar justru leha-leha dan melakukan pencitraan dengan petani sebagai alatnya.
Beberapa daerah sebenarnya sudah memiliki perilaku bertani yang baik dan organik, tapi kendala mereka adalah dalam hal marketting. Mereka bingung mencari pasar dengan pangsa pasar yang kian menekik leher. Seyogyanya pihak terkait segera merespon dan respek serta peduli untuk mengatasi masalah-masalah mereka. Ekstremnya, janganlah pemerintah buru-buru melakukan impor.
“Mari kenyang bersama-sama dan lapar bersama-sama, janganlah kenyang sebelum yang lapar menjadi kenyang.”
Wahai presiden Jokowi, dengarlah keluhan petani-petanimu yang memberi anda makan. Wahai menteri pertanian, bacalah satu artikel ini mewakili sejuta petani Indonesia atas semua cerita fakta para petani. Demikian tulisan ini untuk anda yang peduli dengan generasi masa depan dan perut banyak orang. Demikian wassalam! kakakhahu.blogspot.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H