Para supir truk trailer ini tidak memiliki gaji pokok. Mereka hanya diberikan komisi dari kontainer yang mereka angkut. Mas Kardi sendiri diberikan minimal 200 ribu rupiah per kontainer yang dia bawa. Terkadang kalau ada rejeki, ada lebihan dari uang bensin yang diberikan. "Syukur alhamdulillah kadang duit dari beli solar ada lebihan sekitar 20 ribu sampe 50 ribu, Mas," ujarnya
Dan perhari selama 24 jam, Mas Kardi maksimal hanya bisa membawa 1 kontainer. Karena rute yang ia tempuh ini dapat terbilang cukup jauh. "Saya biasanya rutenya itu dari Cirebon, Sumedang, Indramayu dan Jakarta," tambahnya.
Tetapi, tidak setiap hari ada pengiriman. Ekspedisinya juga pernah sepi. Pernah Kardi dalam seminggu hanya menarik 3 kali karena saking sepinya. Hal ini selain dari sepi orderan, juga karena supir truk trailer itu tidak hanya Kardi seorang. Di ekspedisinya, ada sekitar 5 supir truk trailer.
Meski terkadang suka sepi orderan, Kardi tidak pernah mau mengangkut barang gelap. Selain karena dosa karena membawa barang selundupan, Kardi juga takut terjerat hukum. "Wah, saya mah gak berani mas angkut barang BM. Ruginya berlipat-lipat daripada keuntungan yang didapet. Udah rugi pahala, rugi waktu dan nasib juga kalo sampe ketangkep," jelasnya.
"Kalo dulu, masih banyak yang kaya gitu. Regulasinya masih lemah. Dan polisi juga banyak yang bisa disogok. Kalo mainan barang BM kaya gitu, biasanya dari ekspedisinya sih. Dulu ekspedisi masih banyak banget main nakal. Kebanyakan bohong dan dosanya di ekspedisi jaman dulu," imbuhnya menambahkan penjelasan sebelumnya.
Kardi tidak merasa terbebani dengan pekerjaannya ini. Menurutnya pekerjaan yang ia jalani saat ini seimbang dengan apa yang ia korbankan. "Toh, saya nyari rezeki yang halal. Kalo mau enak, ya dijalani sepenuh hati. Inget keluarga aja supaya tetep semangat. Hehehe," ucap Kardi sembari cengengesan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H