Pada tahapan dan kondisi tertentu, kadang memang ada anak-anak yang seolah punya teman imajinasi. Sepanjang tidak berlebihan, itu fenomena yang wajar terjadi pada anak-anak.
Aku tepis segala pikiran negatif, lalu segera membawa Arumi ke kamar mandi.
Selepas Isya, suamiku yang kelelahan segera tertidur. Tak lama kemudian, Naomi juga terlelap di sampingnya.
Aku masih berberes. Merapikan hal-hal kecil yang belum sempat dikerjakan siang tadi.
Sementara Arumi masih asik bermain dengan Teddy Bearnya sambil bersenandung-senandung kecil.
Tak lama kemudian, hujan turun diiringi kilat dan petir. Cahaya kilat tembus ke dalam rumah dari celah-celah gorden dan fentilasi.
Tiba-tiba Arumi berlari ke jendela kaca belakang rumah dan menyibakkan gordennya. Kemudian dia medekatkan dua tangan dan wajahnya ke kaca itu untuk bisa melihat lebih jelas ke luar.
"Ma, itu tante dan adik kecil masih di bawah pohon loh, Ma. Mereka kehujanan, kasihan. Kita ajak masuk, yuk, Ma!"
Aku kaget luar biasa mendengar kata-kata Arumi barusan.
Segera aku dekati dia dan ikut melihat keluar dari kaca yang gordennya tadi dia sibakkan.
Ketika pandanganku mengarah ke pohon sirsak, kilat menyambar. Suasana menjadi terang sesaat. Sekilas aku melihat memang ada dua sosok di depan pohon itu. Bulu kudukku langsung merinding.