Sindikat itu menyekap anak-anak terlantar di suatu tempat dan diurus seadanya. Anak-anak itu juga diawasi dengan ketat sehingga tak ada yang bisa kabur.Â
Di tempat penyekapan itu lah mereka "dibina" dan diajarkan berbagai cara supaya dikasihani saat mengemis sehingga bisa mendapatkan uang sebanyak mungkin.Â
Mereka didoktrin bahwa mengemis ini lah jalan hidup mereka. Mereka tak punya masa depan karena jerat kemiskinan. Meminta-minta adalah satu-satunya jalan yang dapat mereka tempuh untuk bisa bertahan hidup.Â
Setelah anak-anak tersebut terdoktrin, "pembina" bilang bahwa mereka harus punya "kelebihan" sebagai pengemis supaya benar-benar dikasihani. Dan "kelebihan" paling tinggi bagi seorang pengemis adalah cacat fisik. Oleh karena itu, mereka akan dibuat cacat.Â
Sampailah pada adegan itu.Â
Suatu malam, "pembina" membawa beberapa orang anak yang sudah dianggap siap ke suatu tempat. Ada anak laki-laki ada perempuan. Salah satunya tokoh utama cerita.Â
Anak-anak itu menurut saja. Satu persatu mereka dibius seadanya sebelum dieksekusi.Â
Yang pertama, seorang anak perempuan, ditusuk kedua matanya dengan besi panas hingga buta.Â
Berikutnya seorang anak laki-laki dibuntungkan sebelah tangannya. Lalu seorang anak laki-laki lainnya dipotong sebelah kakinya.Â
Sampai pada giliran tokoh utama akan dieksekusi, ia berusaha kabur.Â
*****Â