"Satu mobil Innova baru besok pagi akan kami antar ke rumah Bapak jika Bapak bersedia memenuhi permintaan kami. Gimana, Pak?"Â
Pak Darso diam. Bimbang. Tawaran sebuah mobil Innova baru jelas luar biasa untuk hidupnya yang sederhana. Jangankan punya Innova, motor baru pun tak mampu ia beli saat ini.Â
Apa yang diminta penelpon tak dikenal ini sebenarnya mudah, tapi berat untuk dilakukan. Ia diminta untuk membujuk putranya untuk tidak bermain ngotot malam nanti.Â
Ya, nanti malam laga final. Putranya akan jadi salah satu pemain andalan untuk meraih kemenangan. Sepanjang turnamen sang putra memang bermain sangat luar biasa. Menjadi pilar dan menginspirasi kemengan-kemenangan impresif timnya sejak pertandingan pertama. Publik pun mengelu-elukan, putranya digadang-gadang sebagai calon bintang masa depan.Â
"Apa mungkin putraku mau diminta untuk tidak ngotot supaya timnya kalah?" batinnya.Â
Pak Darso benar-benar bimbang. Tapi, Innova baru sangat menggiurkan. Kapan lagi ada kesempatan punya mobil baru. Istri dan anak-anaknya pasti girang luar biasa.Â
"Serius saya akan dikasih Innova baru?" Pak Darso mulai terpengaruh, ia coba memastikan.Â
"Serius, Pak. Jika perlu sekarang juga kami utus orang untuk mengantar uang cash 100 juta ke rumah Bapak, sebagai tanda keseriusan kami." Penelpon itu coba meyakinkan.Â
"Apa hanya anak saya saja yang kalian minta?"Â
"Tidak Pak, kami juga menghubungi orang tua dua pemain lain. Setidaknya satu pilar tiap lini kami minta untuk tidak bermain ngotot."Â
"Mereka juga dijanjikan mobil?"Â