Fenomena Anak Jaman Now
Memasuki awal Tahun Pelajaran baru 2024 - 2025, tentu akan terdapat beberapa tantangan yang akan dihadapi oleh: orang tua, guru sebagai pendidik, dan juga peserta didik sendiri. Saat dunia pendidikan dan orang tua sedang dihadapkan pada fenomena anak jaman now, yang memiliki karakteristik antara lain:
- Kreatif
- Asertif
- Percaya diri
- Mahir menggunakan teknologi
- Sangat tergantung dengan teknologi
- Asik dengan diri dan dunianya sendiri
- Senang terhadap hal yang serba instan
Ketika fenomena anak jaman now belum semua kita pahami, tetiba muncul istilah baru lagi "Strawberry Generation" (generasi stroberi). Generasi ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Tidak tahan terhadap tekanan sosial atau kurang mau kerja keras.
- Karakteristik: memiliki ide-ide yang bagus dan kreatif
- Mudah adaptasi dengan teknologi
- Mudah menyerah
- Kurang bertanggung jawab
- Kurang realistis
- Suka memaksakan kehendaknya
Brofenbrenner menyampaikan bahwa lingkungan yang bisa mempengaruhi anak antara lain:
- Mikrosistem (langsung): keluarga, teman, saudara, guru, dll
- Eksosistem (tidak langsung): keluarga besar, tetangga, media massa, tempat kerja orang tua, dst
- Makrosistem (tidak langsung): budaya, sistem ekonomi, kondisi sosial, sejarah, hukum, dst
Anak jaman now akan belajar nilai-nilai kehidupan melalui beberapa cara, pertama: belajar dengan cara melihat dan mendengar, kedua: belajar dengan cara mengalami dan berinteraksi secara langsung. Pendapat ini juga sejalan dengan proses belajar di lingkungan sekolah bahwa porsi ingatan paling besar pada anak-anak terbentuk dari perbuatan (60%). Mendengarkan hanya membentuk 30 % ingatan, sedangkan melihat hanya membentuk 40%. Sedangkan hal yang paling bagus adalah gabungan dari ketiganya: mendengar, melihat, sekaligus melakukannya sendiri akan membentuk 90 % proses belajar anak.
Mengulik fakta tersebut, maka dalam proses pelaksanaan Kurikulum Merdeka di sekolah, dalam kegiatan belajar mengajar (KBM), guru sebagai pendidik harus bisa memfasilitasi murid untuk bisa belajar secara mandiri, mencari dan menemukan ilmu pengetahuan melalui proses: mendengar, melihat, dan melakukan (praktek), sehingga peserta didik bisa mendapatkan hasil belajar yang maksimal. Peran pendidik adalah sebagai fasilitator dalam belajar (memiliki kesempatan berbicara sekitar 20% dari alokasi waktu belajar), dan tugas peserta didik adalah belajar secara: aktif, mandiri, komunikatif, dan kolaboratif.
Maka menghadapi fenomena anak jaman now, diperlukan komunikasi dan kerjasama yang baik antara beberapa pihak. Secara khusus adalah peran dari orang tua dan guru sebagai pendidik di sekolah, antara lain:
- Memahami pribadi anak dan proses perkembangannya
- Menggunakan strategi pengasuhan yang positif
- Membantu anak menjadi pribadi yang tangguh
Seorang anak bisa melalui tugas perkembangannya dengan bantuan orang-orang di sekitarnya. Sedangkan yang menjadi kebutuhan seorang anak (mulai bayi - remaja) adalah sebagai berikut:
- Rasa aman, disayang dan diterima
- Dukungan untuk keinginannya mandiri (hindari overproteksi dan kritik berlebihan, namun berikanlah pilihan)
- Mengarahkan dengan lembut, menerapkan aturan secara konsisten dan dengan cara yang tenang
- Dorongan untuk berusaha yang terbaik, sabar membimbing, memotivasi
- Dukungan untuk eksplorasi dan menemukan identitas diri
Menghadapi berbagai fenomena dan tantangan dalam dunia pendidikan formal dan informal, maka perlu adanya beberapa strategi Positive Parenting. Pengasuhan yang sensitif terhadap kemampuan dan perkembangan anak dengan tidak menggunakan kekerasan, namun lebih mengarah kepada prinsip komunikasi dan problem solving.