Awal tahun 2021, awal dimana kita harus kembali beraktivitas kembali secara normal, dalam kondisi new normal. Kembali beraktivitas di tengah kondisi semakin meningkatnya pasien Covid-19, sebagai dampak libur Natal dan Tahun Baru.
Kembali beraktivitas di tengah kabar bahwa "virus mutasi" muncul sebagai ancaman baru, meskipun masih di luar Indonesia. Kabar baik disampaikan melalui halaman resmi Kementrian Kesehatan RI pada tanggal 3 Januari 2021, bahwa hingga saat ini Indonesia masih menunggu izin penggunaan darurat vaksin COVID-19 dari BPOM.
Jika izin tersebut sudah keluar, vaksinasi dapat segera dilaksanakan secara bertahap di 34 provinsi. Sebelum dan saat proses vaksinasi berlangsung, pemerintah tetap mendorong seluruh masyarakat untuk tetap menjalankan protokol kesehatan dengan ketat.
Vaksin bersama, penerapan disiplin 3M (Memakai masker, Menjaga jarak, Mencuci tangan) dan penguatan 3T (Tracing, Testing, Treatment) merupakan upaya lengkap dalam menekan penyebaran Covid-19 secara efektif. Menanggapi informasi ini, beragam komentar yang muncul: ada yang bersyukur, ada yang biasa saja, ada yang kurang percaya, ada yang ragu, dan banyak komentar lain.
Menjelang atau saat perayaan tahun baru 2021 sesuai protokol pencegahan Covid-19 kemarin, banyak kita jumpai di WAG ucapan/pesan penyemangat untuk menghadapi Tahun Baru 2021.
Banyak kalimat motivasi di tengah situasi yang belum pasti, yang kita terima atau kita kirimkan kepada rekan, sahabat, teman, keluarga dumay (dunia maya).
Saya tertarik kepada salah satu pesan dalam WAG, kira-kira demikian kalimat intinya "Selamat Tahun Baru 2021, semoga tahun depan kita semakin sukses. Banyak orang berkata bahwa tahun 2021 akan semakin BERAT, tapi cobalah masukan huruf K di tengah kata berat, maka kehidupan yang akan kita jelang tidak lagi menjadi berat, tapi menjadi BERKAT".
Hidup ini adalah kesempatan
Hidup ini sungguh sebagai sebuah kesempatan, kesempatan untuk melayani Tuhan, menggunakan waktu dan tenaga kita untuk menjadi berkat bagi sesama, sebagaimana pesan lirik lagu "Hidup ini adalah kesempatan" (Marsel Tumbelaka ), lihat video.
Hidup ini adalah kesempatan
Hidup ini untuk melayani Tuhan
Jangan sia-siakan waktu yang Tuhan bri
Hidup ini harus jadi berkat
Oh Tuhan pakailah hidupku
Selagi aku masih kuat
Bila saatnya nanti
Ku tak berdaya lagi
Hidup ini sudah jadi berkat
Awal tahun 2021, kita harus kembali beraktivitas, namun harus tetap jaga kesehatan. Namun saya percaya, bahwa selama libur kemarin sudah kita gunakan waktu sebaik mungkin bersama keluarga, pulang kampung, olah raga, berkebun, rekreasi terbatas, yang pastinya berguna untuk lebih meningkatkan imun.
Meskipun masih dibayangi dengan ancaman virus Covid-19, bahkan virus tersebut dikabarkan sudah bermutasi dan sudah menyerang beberapa negara lain.
Tahun 2021 ini kita sedang menghadapi dua ancaman: semakin melonjaknya pasien Covid-19, dan ancaman virus Covid-19 yang bermutasi menjadi lebih kuat dan lebih cepat menyebar.
Percaya atau tidak, sekarang kita harus tetap berjuang untuk tetap sehat, dimulai dari diri sendiri. Kita harus kembali keluar dari zona nyaman, setelah beberapa saat melaksanakan kewajiban untuk libur Natal dan libur Tahun Baru, sebagaimana pernah saya tulis disini.
Menjadi satgas Covid-19
Ketika kita harus kembali beraktivitas, namun harus juga menjaga kesehatan terhadap dua ancaman (virus Covid-19 dan virus mutasi), maka langkah receh sederhana yang bisa kita lakukan adalah menjadi Satgas Covid-19, dimulai dari diri sendiri.
Untuk penanganan pandemi Covid-19 ini, negara sudah membentuk tim Gugus Tugas Covid-19 yang berganti nama dengan istilah Satgas Penanganan Covid-19, tetap dipimpin oleh Kepala BNPB Doni Monardo. Tugas yang dilaksanakan juga masih sama, yakni menekan penyebaran Covid-19.
Demikian juga di tingkat daerah, pasti juga sudah memiliki Satgas Covid-19. Untuk itu akan lebih sempurna jika dalam keluarga juga memiliki tim Satgas Covid-19, dimana anggotanya adalah anggota keluarga itu sendiri. Dalam keluarga tetap saling mengingatkan dan saling menjaga dengan melakukan langkah protokol pencegahan terhadap bahaya Covid-19.
Turun lebih kecil lagi, menjadikan diri sendiri sebagai Satgas Covid-19. Mengapa perlu dimulai dari diri sendiri? Karena memang harus demikian adanya, kesadaran diri terlebih dahulu, yang akhirnya bisa berdampak bagi kesadaran bersama.
Disiplinkan diri sendiri untuk melaksanakan 3M (Memakai masker, Menjaga jarak, Mencuci tangan), baru kemudian kita bisa teladankan dalam lingkup keluarga, masyarakat, dst. Ibaratnya Pemerintah sudah membentuk tim Satgas, kemudian kita respon dari level paling bawah (diri sendiri).
Benar adanya, bahwa manusia harus beriman dan beribadah. Namun saya kurang setuju, jika karena hal ini kemudian digunakan sebagai alasan untuk melakukan ibadah tanpa mematuhi protokol kesehatan. Jika dilarang kemudian malah balik menyalahkan, "mau beribadah kok dilarang". Sebab hidup beriman itu akan muncul dalam sikap dan tindakan kita sehari-hari.
Dalam lingkup keluarga, hal yang bisa saya lakukan dalam tugas sebagai Satgas Covid-19 adalah, memberikan contoh dan selalu saling mengingatkan antar anggota keluarga. Saling mengingatkan untuk menjaga protokol pencegahan terhadap Covid-19, baik di rumah maupun ketika melaksanakan aktivitas di luar rumah.
Beberapa hal yang kami lakukan sebagai Satgas Covid-19 di level keluarga adalah:
- Berdoa pribadi dan bersama
- Menjaga jarak dengan orang lain
- Membiasakan untuk mencuci tangan
- Memakai masker jika sedang keluar rumah
- Menyiapkan air cuci tangan dan sabun di depan rumah
- Mengkonsumsi makananan yang sederhana namun bergizi
- Menahan diri untuk tidak jalan-jalan ke tempat yang ramai
- Mensterilkan terlebih dahulu jika menerima kiriman paket
- Membersihkan badan/mandi setelah beraktivitas di luar rumah (berganti baju)
- Membuat pedoman mencuci tangan yang benar, bagi anak kami yang masih berusia empat tahun (seperti ini)
Saat ini, sudah hampir satu tahun kita harus hidup berdampingan dengan ancaman Covid-19, belum selesai dengan ujian tersebut, vaksin belum terlaksana, kini kembali muncul ancaman baru bagi bangsa Indonesia, keluarga, dan diri kita (virus mutasi baru). Disinilah kemudian terlihat betapa kecil manusia di hadapan Tuhan.
Sembari berusaha tetap menjadi Satgas Covid-19 bagi diri sendiri, keluarga, dan masyarakat. Beberapa hikmah yang bisa kita ambil dari dampak pandemi ini adalah: membawa keluarga kembali ke dalam rumah dan melakukan aktivitas rumah bersama, membuat manusia banyak berdoa dan berharap pada Tuhan dan tidak semata-mata mengandalkan sains dan teknologi, membuat kita tinggal dirumah dan hidup sederhana, memberi kesempatan kepada kita untuk menyadari bahwa kematian itu nyata dan dekat dengan kita, dan menyadarkan kita bahwa apa yang kita miliki adalah milik Tuhan yang bisa diambil kapan saja.
Harus terbatas ruang gerak, jenuh pasti dirasa. Namun manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, dikaruniakan akal pikiran, dan hati nurani. Untuk itulah manusia harus bisa menunjukkan eksistensinya sebagai ciptaan yang secitra dengan Tuhan.
Akhirnya, sebagai manusia beriman kita harus tetap berjuang dan optimis bahwa cobaan ini akan segera pergi. Sembari tetap melaksanakan aktivitas, tidak lupa menjalankan protokol kesehatan. Mari berpacu dalam tugas dan tanggung jawab masing-masing, baik sebagai Satgas pribadi, Satgas keluarga, Satgas sekolah, Satgas Pemerintah.
Salam sehat bersama keluarga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H