Bahkan halaman sekolah kami sangat ramai, ibarat pasar jongkok. Saya sendiri sangat terharu dan bersyukur, melihat ibu-ibu dengan penuh semangat menggendong anaknya sambil memilih pakaian-pakaian bekas layak pakai.
Mulai tahun 2014, penulis sebagai guru Agama mendapat tugas baru untuk mengajar di SMPK St. Stanislaus 2, Surabaya. Setiap bulan September, sekolah kami memiliki event yang diadakan setiap tahun, untuk memperingati HUT sekolah kami. Terhitung sejak tahun 2014 sampai dengan tahun 2019, sudah 6 tahun kami rutin melaksanakan event tersebut. Event tahunan sekolah tersebut, supaya lebih keren kami beri nama "STANDU SPARX" (SMPK St. Stanislaus 2: Sport-Art and eXpression). Pada bulan September 2019, adalah kegiatan STANDU SPARX ke 6 yang masih bisa kami laksanakan secara langsung. Sedangkan untuk tahun 2020 ini, event tersebut terpaksa kami tiadakan, karena pandemi Covid 19.
Pada event STANDU SPARX ke 2 tahun 2015, penulis dipercaya sebagai ketua panitia. Jika sebelumnya event tahunan sekolah hanya diisi dengan lomba-lomba antar SD se Surabaya, maka mulai tahun tersebut ada sedikit kegiatan yang kami tambahkan sebagai rangkaian acara. Kami tambahkan beberapa kegiatan yang bersifat sosial, antara lain: donor darah (bekerja sama dengan PMI), pemeriksaan kesehatan murah (bekerja sama dengan VIVA HEALTH), penjualan sembako murah bagi masyarakat sekitar sekolah, dan yang terakhir adalah penjualan pakaian bekas dan barang bekas.
Puji Tuhan, dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan bakti sosial dalam rangka STANDU SPARX dapat berjalan baik dan lancar. Ternyata masih banyak tangan-tangan dan hati yang sangat sosial untuk mendukung kegiatan kami. Secara khusus saya akan mengisahkan proses pelaksanaan bakti sosial penjualan pakaian bekas layak pakai. Pada tahun 2015, ketika saya dipercaya sebagai ketua panitia event tahunan di sekolah kami, saya lontarkan ide kegiatan penjualan pakaian bekas layak pakai.
Ide ini kemudian disetujui dan didukung oleh semua guru dan karyawan untuk coba dilaksanakan. Penting untuk kami beri label "pakaian bekas layak pakai", hal ini untuk menghindari sumbangan pakaian bekas yang sudah tidak bisa lagi untuk digunakan atau dijual lagi. Jangan sampai sekolah kebanjiran kiriman pakaian bekas yang sudah tidak bisa digunakan, sebagaimana kasus yang beberapa waktu lalu terjadi. Terakhir kali kegiatan bakti sosial penjualan pakaian bekas layak pakai, kami laksanakan pada bulan September 2019 dalam event STANDU SPARX ke 6.
Kemudian langkah yang kami lakukan adalah menyebarkan info melalui sosial media (Facebook dan Instagram), juga mengirimkan edaran kepada orang tua, untuk mendukung kegiatan bakti sosial penjualan pakaian bekas layak pakai. Selain itu, para guru dan karyawan, juga siswa ikut terlibat dalam kegiatan ini.
Kami mengetuk hati warga sekolah untuk ikut ambil bagian, dengan cara menyumbangkan pakaian bekas layak pakai yang mereka miliki dan yang sudah tidak terpakai lagi. Supaya disumbangkan kepada sekolah secara sukarela. Para guru dan karyawan juga sangat antusias untuk ikut menyumbangkan pakaian bekas layak pakai yang mereka miliki di rumah. Bahkan selanjutnya ada yang menyumbangkan barang-barang lain (boneka, sepatu, sandal, dll).
Sebenarnya ada rasa khawatir dalam hati saya, ketika ide dan kegiatan pengumpulan pakaian bekas layak pakai ini dilaksanakan. Saya khawatir bahwa jumlah pakaian bekas layak pakai yang terkumpul akan membludak, dan ketika nanti kami jual tidak ada yang mau membeli. Pasti sekolah akan menjadi gudang pakaian bekas.
Selanjutnya, kami melibatkan para pengurus OSIS dan karyawan untuk mensortir dan memilah-milah pakaian bekas layak pakai yang sudah terkumpul di sekolah. Kami kelompokkan berdasarkan: jenis pakaian laki-laki, pakaian perempuan, dan pakaian anak-anak. Setelah semua pakaian bekas layak pakai sudah tersortir dan kami kelompokkan, maka kami tetapkan waktu untuk menjadikan halaman sekolah kami sebagai stand bazar pakaian bekas layak pakai. Kami juga menyampaikan waktu pelaksanaan kegiatan ini di sosial media, juga membagi selebaran kepada warga masyarakat di sekitar sekolah.
Waktu sudah menunjukkan jam 07.00 pagi, ketika stand bazar pakaian bekas layak pakai kami buka, namun belum ada pembeli yang datang. Para anggota OSIS sudah siap untuk menjadi pedagang dadakan. Bertempat di lapangan dan halaman sekolah, gelar terpal, dan duduk lesehan. Saya pun mulai cemas, jam segini masih sepi, jangan-jangan tidak ada yang tertarik untuk membeli pakaian bekas layak pakai.
Namun beberapa saat kemudian, rasa khawatir saya terjawab. Masyarakat sekitar sekolah mulai berdatangan untuk membeli pakaian bekas layak pakai yang kami siapkan. Harga yang kami tawarkan relatif murah, kisaran harga Rp. 1.000 -- Rp. 10.000. Bahkan karena harganya murah, kami hanya membutuhkan dua hari untuk menghabiskan stok pakaian bekas layak pakai tersebut. Bahkan selama kegiatan berlangsung, beberapa siswa yang pintar bermain gitar asik menyanyikan lagu-lagu untuk menghibur dan menyemarakkan suasana.