Menarik untuk diulas, sebagaimana diberitakan bahwa salah satu stasiun televisi swasta di Indonesia melakukan gugatan judicial review terhadap Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2002, tentang Penyiaran ke Mahkamah Konstitusi.
Gugatan yang katanya jika terkabul, maka akan mengakibatkan ruang ekspresi warganet yang berbentuk video bakal dianggap tidak sah untuk diunggah di media sosial, karena dianggap melanggar Undang-Undang Penyiaran.
Guru Bukan Youtuber Toxic
Dalam pelaksanaan PJJ pada masa darurat pandemi Covid-19 bidang pendidikan memang "sedikit" agak bingung. Bingung secara vertikal maupun secara horisontal.
Jika dibuat dalam diagram Venn, maka posisi guru saat ini berada dalam zona irisan bingung antara vertikal dan horisontal. Bingung antara kebijakan dan penerapannya di lapangan. Bingung antara harapan dan kenyataan. Kebetulan saya paling senang dan sedikit hafal dengan diagram Venn, karena yang paling mudah. Kebetulan juga orang tua dan istri saya guru Matematika. Saya sendiri guru Agama, lalu apa ya hubungannya? Nah...pasti sedikit bingung.
Ah...., guru tidaklah begitu, guru tidak bingung, hanya sedikit bingung. Guru tetap sebagai "pelita dalam kegelapan". Guru laksana embun penyejuk dalam kehausan. Guru adalah patriot pahlawan bangsa, dan insan cendekia.
Memasuki awal tahun pelajaran baru 2020/2021, dunia pendidikan masih harus melaksanakan PJJ. Kondisi ini memaksa para guru untuk mau keluar dari zona nyaman, menuju ke zona yang sedikit kurang nyaman.
Guru saat ini sedang berproses menjadi guru Youtuber, dengan channel dan video-video pembelajaran online. Untuk menyampaikan materi pelajaran, agar bisa sampai kepada siswa, supaya mereka tidak lagi bingung. Diharapkan dengan model pembelajaran asinkron, melalui materi yang disajikan dalam bentuk video mampu menjadi embun penyejuk dalam kebingungan.
Belajar Menjadi Youtuber
Saya bagikan pengalaman kepada rekan kerja di sekolah, bersyukur saya dulu sewaktu kuliah sambil ngamen. Tanpa saya sadari, pengalaman tersebut melatih mental dan rasa percaya diri sebagai seorang guru muda.
Sekarang, dalam menghadapi KBM online/PJJ,
saya kembali bersyukur karena dengan hal yang sebelumnya saya anggap sepele, dengan bernyanyi duet bersama orang lain di Smule. Ternyata sangat membantu melatih mental dan rasa percaya diri, dalam proses membuat video materi KMB online/PJJ. Guru harus berani bicara sendiri di depan kamera hp/laptop, dengan memakai aplikasi: Camtasia atau Kinemaster, dll.
Maka, kecakapan-kecakapan di era digital sudah seharusnya untuk dimiliki oleh para guru sebagai youtuber pemula: membuat channel YouTube, membuat konsep content, konsisten membuat content, editing video, koneksi dengan content creator lain, aktif membagikan channel YouTube ke sosial media.
Masih lekat dalam ingatan saya, sewaktu masa SMA dulu, saya sudah mulai mendapatkan bekal public speaking: ditugaskan untuk membuat orasi, dan menyampaikan orasi di tengah jalan, meskipun banyak mata yang melihat dengan heran dan cemas.
Berdasarkan pengalaman tersebut, ketika mendampingi murid untuk lomba, maka mereka juga saya minta untuk latihan berbicara, di hadapan siswa lain saat jam istirahat sekolah. Demikian juga dengan tim lomba band, saya minta mereka untuk latihan dan tampil di depan para siswa saat jam istirahat. Hasilnya luar biasa, rasa percaya diri dan mental mereka terlatih dengan baik, serta mampu tampil maksimal saat lomba.
Demikian juga halnya saat ini bagi para guru, sebagai youtuber pemula. Harus lebih dahulu melatih mental, rasa percaya diri, serta kemampuan public speaking, dalam proses membuat video-video materi PJJ.
Selamat bagi para guru yang sudah memiliki akun YouTube, dan sudah memiliki hasil karya berupa video materi pelajaran. Bagi guru yang belum memiliki, harus berani untuk memulainya, dari sekarang, dan jangan ditunda lagi.
Mengapa perlu dimulai dari sekarang?
Karena para murid saat ini adalah generasi milenial, mereka cenderung lebih menyukai content-content kreasi nitizen. Tantangan saat ini bagi para guru, agar materi PJJ mudah diakses oleh para murid. Materi pelajaran menjadi mudah diakses oleh para murid, kapan saja dan dimana saja. Selain itu berusaha agar menjadi content yang menarik dan dinantikan oleh para murid-muridnya.
Guru saat ini sudah diberikan kesempatan yang besar untuk tampil di sosial media, termasuk di Youtube. Namun, jika kesempatan ini tidak segera diambil, dan tantangan tidak segera diterima, maka pamor guru bisa-bisa akan semakin menurun. Karena sosoknya yang sulit dicari, dan materinya yang sulit diakses oleh siswa. Sosok guru saat ini tidak berada di ruang guru, para siswa saat ini tidak berada di ruang kelas. Saat ini dunia pendidikan berada pada zona sosial media secara penuh. Sosok guru saat ini harus berada di layar hp atau laptop siswa.
Mari belajar dari kasus salah satu televisi swasta di Indonesia, mari mulai menyadari dan mendisrupsi diri sendiri, dan menjadi guru yang terus berkembang sesuai dengan tuntutan zaman. Saat ini disrupsi telah terjadi pada dunia maya, telah mengalihkan kebiasaan para penikmat dunia maya, yang lebih memilih sosial media daripada tantangan televisi.
Jaman sekarang segala hal yang umum mulai ditinggalkan, ibarat angkutan umum. Koneksi internet dan sosial media tentunya lebih mudah dan cepat. Demikian juga para guru, jangan nyaman untuk menjadi guru pada umumnya, harus menjadi guru dengan ciri khas khusus.
Sebagai guru, saya merasa bersyukur karena mata pelajaran yang saya ampu, dalam masa PJJ ini tetap mudah diakses oleh para siswa, sosok guru juga tetap mudah ditemui.
Para guru harus mampu menjadi youtuber-youtuber baru dalam dunia pendidikan. Konten-konten dalam akun YouTube nya harus menarik dan dicari oleh para siswa, yang membawa pencerahan materi pelajaran.
Mari buktikan, bahwa guru bukanlah Youtuber Toxic, namun sebagai Youtuber yang sip. Sehingga channel YouTube nya layak untuk direkomendasikan.
Salam hangat
Mr.aBc
29 Agustus 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H