1. Kecerdasan spiritual (Spiritual Qoutient). SQ merupakan kecerdasan jiwa yang erat kaitannya dengan kemampuan untuk bertindak jujur, adil, menghargai, kasih sayang, toleransi, empati, rendah hati, sikap ramah.
SQ juga berarti kemampuan seseorang untuk mengerti dan memberi makna pada apa yang di hadapi dalam hidup. Kecerdasan spiritual berhubungan dengan kemampuan memahami hidup dan membangun hidup dengan berbagai kegiatan yang positif.
2. Kecerdasan emosional (Emotional Qoutient). EQ merupakan kecerdasan emosi, yang erat kaitannya dengan kemampuan mengontrol perasaan diri sendiri, mengenali perasaan orang lain, adaptasi, kerja sama, disiplin, tanggung jawab, dan komitmen.
EQ (emotional quotient) adalah kecerdasan secara emosional. Kecerdasan ini berhubungan dengan kemampuan kita menyadari dan mengelola emosi kita sendiri. EQ juga berhubungan dengan kemampuan untuk merespons emosi seseorang dan menggunakan emosi sebagai motivasi diri.
3. Kecerdasan transendental (Trancendental Quotient). TQ dapat dikatakan sebagai kecerdasan rohaniah, yang erat kaitannya dengan kemampuan seseorang memaknai hidup dan kehidupannya dalam perspektif agama.
4. Kecerdasan kreativitas (Creativity Quotient). CQ adalah kecerdasan yang berhubungan dengan kreativitas. Di sini, kreativitas yang dimaksud berhubungan dengan potensi untuk menciptakan penemuan baru di bidang ilmu atau teknologi.
5. Kecerdasan menghadapi kesulitan (Adversitas Quotient). AQ adalah kemampuan yang berhubungan dengan cara seseorang menghadapi kesulitan.
Dalam hidup kita pasti sering menghadapi tantangan. Orang-orang dengan AQ tinggi pasti tidak mudah patah semangat dan mampu bertahan dalam tantangan yang mereka hadapi. Paul G Stolz menjelaskan tiga macam AQ yang dimiliki manusia:
Pertama, orang dengan AQ rendah disebut dengan istilah Quiters, mereka yang masuk golongan ini akan cenderung memilih untuk menghindar daripada mencoba untuk menghadapi tantangan.
Kedua, Orang dengan AQ sedang disebut dengan istilah Campers. Mereka yang tergolong dalam dalam kelompok Campers akan cenderung merasa cukup puas dengan apa yang dicapai dan tidak berniat untuk maju (apa adanya).
Ketiga, yang paling tinggi adalah Climbers, mereka yang termasuk dalam golongan ini memiliki kemampuan untuk mengubah tantangan menjadi alat untuk maju. Mereka tidak mudah putus asa dan menyerah kepada keadaan. Selalu mencoba berpetualang untuk mencari pengalaman-pengalaman baru, sebagai bekal hidup.