Dalam kesempatan ini juga, sebagai sarana orangtua untuk mengenal dan melatih agar anak memiliki kecerdasan emosionalnya agar tumbuh dan berkembang lebih baik.
Keseimbangan Hidup
Ketika kita sudah pandai naik sepeda, ingatlah bahwa dalam proses belajar kita juga pasti mengalami jatuh, sakit, lelah, dan kepanasan. Namun semua itu kita abaikan, demi satu tujuan "bisa naik sepeda", bisa seimbang dan tidak jatuh lagi.
Demikian juga dalam hidup ini, kita juga butuh proses untuk jatuh, sakit, lelah, karena dengan hal-hal tersebut akan membuat kita menjadi kuat, dan seimbang. Karena manusia yang kuat tidak dilahirkan dari kemudahan, namun karena ditempa oleh masalah dan kesulitan.
Manusia dalam hidup tidak bisa dipisahkan dari masalah dan tantangan. Bagaimana sekarang sikap kita, apakah akan berhenti, ragu-ragu, diam di tempat, dan tidak mau maju?
Belajar dari Albert Einstein, kita diajak untuk terus bergerak, terus maju, agar hidup kita bisa seimbang, dan tercapai tujuan/mimpi kita.
Saat kita naik sepeda, maka untuk sampai ke tujuan, sepeda tersebut harus kita kayuh, dibarengi dengan semangat dan keseimbangan.
Keseimbangan tersebut bisa dilakukan karena terbiasa dan banyak latihan, tentu kita masih ingat bagaimana bahagianya saat berhasil naik sepeda roda dua pertama kali. Pasti merasa bangga, senang, dan melupakan semua penderitaan yang pernah dirasakan.
Demikian juga dengan hidup manusia harus seimbang, harus terus bergerak untuk mencapai tujuan hidup. Harus terus bergerak, maju ke depan sampai garis finish (akhir hidup manusia).
Jangan bimbang, jangan berhenti, ketika mengalami suatu masalah atau tantangan. Manusia agar hidupnya seimbang harus memiliki beberapa kecerdasan.
Pada zaman dulu IQ (Intelligence Quotient) dianggap sebagai standar utama/indikator untuk mengukur kecerdasan manusia. Padahal, ternyata kecerdasan manusia itu bermacam-macam, dan harus dimiliki agar hidup kita menjadi seimbang. Selain IQ (Intelligence quotient), beberapa kecerdasan yang harus diseimbangkan dalam hidup adalah: