Hari ini, hari yang kau tunggu
Bertambah satu tahun, usiamu,
Bahagialah slalu
Yang kuberi, bukan jam dan cincin
Bukan seikat bunga, atau puisi,
Juga kalung hati
Maaf, bukannya pelit,
Atau nggak mau bermodal dikit
Yang ingin aku, beri padamu
Do'a s'tulus hati...
Reff: Smoga Tuhan, melindungi kamu
Serta tercapai semua angan dan cita citamu
Mudah mudahan diberi umur panjang, sehat selama lamanya...
Syair lagu selamat ulang tahun, yang dipopulerkan oleh group band Jamrud. Seringkali kita dengar dan nyanyikan saat ada perayaan ulang tahun. Musik dan lirik lagunya gembira dan pasti akan membawa suasana bahagia bagi yang sedang berulang tahun.
Dengan merayakan ulang tahun, kita bersyukur bahwa usia kita di dunia masih diberkati dan bertambah satu tahun. Namun dibalik itu, kita juga harus menyadari bahwa usia kita juga dikurangi satu tahun. Maka kita harus bijak dalam menjalani hidup, serta tidak terlalu larut dalam kegembiraan yang berlebihan saat moment perayaan ulang tahun.
Hari ini, 1 Juni 2020 juga diperingati sebagai hari lahir Pancasila. Hari lahir dasar negara kita, Indonesia. Tentunya menjadi sebuah moment bagi seluruh bangsa Indonesia, karena Pancasila ada di dalam seluruh pribadi bangsa tanpa terkecuali.
Namun, apakah saat ini kita juga ikut berbahagia, menjadi pribadi yang berjiwa Pancasila, atau malah bersikap biasa saja, lebih parah lagi kalau sampai tidak hafal teks Pancasila.
Mari kita lihat kembali sejarah lahirnya Pancasila. Momentum bersejarah itu identik dengan gagasan Soekarno yang diungkapkan dalam sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada 1 Juni 1945. Soekarno ingin menyatakan kepada peserta BPUPKI perlunya bangsa ini memiliki dasar negara sebagai pedomannya.
Lima prinsip dari Soekarno akhirnya dikaji ulang oleh peserta dan akhirnya disetujui. Sampai sekarang, momentum ini terus diperingati dari tahun ke tahun sebagai bagian dari kesadaran masyarakat Indonesia akan perumusan awal dari dasar negara.
Berawal dari sebuah permenungan. Pergerakan Soekarno dan beberapa rekannya dianggap berbahaya oleh Belanda. Hal ini membuat Belanda kembali mengasingkan Bung Karno, setelah sebelumnya keluar dari penjara Sukamiskin di Bandung. Untuk sampai ke Ende, Soekarno menempuh delapan hari perjalanan dengan menggunakan kapal.
Belanda sengaja mengasingkan Soekarno ke tempat yang jauh agar bisa memutus hubungan dengan para pejuang lain. Pada 14 Januari 1934, Bung Karno bersama sang istri, Inggit Garnasih serta ibu mertua (Ibu Amsi) dan anak angkatnya, Ratna Djuami, tiba di rumah tahanan yang terletak di Kampung Ambugaga, Ende.
Di sekitar lokasi pengasingannya, terdapat sebuah taman. Di taman inilah Bung Karno banyak merenung. Berawal dari situlah akhirnya nilai Pancasila bisa tercetuskan.
Setelah pengasingan dari Ende, Soekarno berhasil merumuskan apa yang disebut Pancasila. Ketika merumuskan prinsip Pancasila, Soekarno merujuk pada hal yang berunsur simbolik. Soekarno memberikan gambaran dari rukun Islam yang berjumlah lima, manusia memiliki lima jari, lima panca indera, dan tokoh pewayangan Pandawa yang berjumlah lima.
Maka Soekarno membuat rumusan dalam lima butir. Ide ini tak serta merta langsung diterima, namun ada tim yang merumuskan untuk mengkaji ulang usulan Soekarno. Mereka adalah Soekarno, Muhammad Hatta, AA Maramis, Abikusno Tjokrosoejoso, Abdulkahar Muzakir, Agus Salim, Ahmad Soebardjo, Wahid Hasyim, dan Muhammad Yamin. Setelah perubahan, Pancasila menjadi dasar negara hingga saat ini.
Pembukaan UUD 1945 menyatakan bahwa kelima sila dari Pancasila sebagai dasar negara. Maka dari itu, Pancasila memiliki kedudukan hukum dan kedudukan politik yang konstitutional dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Presiden Joko Widodo kemudian mengeluarkan penetapan untuk mempertegas bahwa 1 Juni ditetapkan sebagai hari lahir Pancasila secara nasional. Penetapan ini dilakukan setelah lebih dari 70 tahun kemerdekaan Indonesia. Penetapan itu tertuang dalam Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2016.
Mempersiapkan dasar negara. Pada saat itu bangsa Indonesia belum merdeka, namun para tokoh bangsa saat itu tengah mempersiapkan dasar negara. Dalam kondisi yang kurang kondusif, para tokoh bangsa sudah berpikir jauh ke depan untuk menyatukan bangsa Indonesia. Agar negara ini mampu berdiri kokoh, memiliki pondasi negara yang kuat, laksana batu karang.
Demikian juga halnya hidup kita, jiwa Pancasila harus menjadi dasar yang kuat, dalam kehidupan bersama dalam sebuah kesatuan, sehingga kita tidak mudah terpecah belah oleh alasan kepentingan pribadi dan golongan tertentu. Dalam hidup, semakin dewasa harus semakin memiliki dasar yang kuat. Semakin dewasa dalan hidup beriman, bersikap, berbicara, dan berpikir.
Sebagai generasi penerus bangsa, saat ini marilah kita bersatu untuk menjadi pribadi yang baik dan utuh, sehingga kita mampu memberikan kado terbaik bagi negara kita. Dimulai dari hal-hal kecil di sekitar kita, keluarga, dan masyarakat.
Memperingati hari lahir Pancasila tidak hanya sebatas upacara bendera, namun juga melalui tindakan yang nyata dalam hidup kita. Nilai-nilai Pancasila kita amalkan dalam hal yang formal, namun juga perlu dalam hal non formal. Bukankah Sukarno menemukan ide/gagasan tentang Pancasila, justru dalam hal yang non formal.
Seiring dengan bertambahnya usia Pancasila, dan usia kita, mari saling menguatkan dan bersatu sebagai bangsa Indonesia. Lima sila Pancasila adalah sebuah kesatuan, yang menyatukan seluruh bangsa Indonesia yang Bhineka Tunggal Ika. Mari kita genggam kuat nilai-nilai Pancasila dengan 5 jari kita, bukan hanya dengan 2 jari. Kita genggam kuat, meskipun banyak godaan dan gangguan.
Menjadi pribadi yang lahir kembali bersama Pancasila dan nilai-nilai dalam kelima sila. Menjadi pribadi yang siap mendukung tercapainya semua angan dan cita-cita luhur Pancasila. Karena aku, kamu, dan dia berjiwa Pancasila, manusia Pancasila seutuhnya.
Mudah mudahan kita diberi umur panjang, sehat selama lamanya...Amin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H