"Selamat Hari Raya Idul Fitri, 1 Syawal 1441 H" Tahun 2020.
Lebaran tahun 2020 ini, kita tidak bisa pulang ke kampung halaman. Kita dihimbau untuk menahan diri untuk tidak mudik, demi memutus rantai penyebaran Covid 19.
Masalahnya, ada yang sudah mudik, ada yang nekat mudik, ada yang terpaksa mudik, ada yang dipaksa mudik, ada yang sedang mudik, ada yang hampir mudik, dan ada yang tidak mudik.
Saya sendiri, pada lebaran tahun 2020 ini termasuk golongan yang terakhir (tidak mudik), sama seperti tahun sebelumnya, tahun sebelumnya lagi, dan lagi. Sehingga genap 20 tahun saya belum pernah merasakan mudik saat moment lebaran, sejak tahun 2000 memutuskan pergi merantau.
Ada banyak hal yang membuat saya belum pernah mudik. Namun dilain moment, tentu saya pulang untuk bertemu dengan keluarga. Maka jika tahun ini ada himbauan/larangan untuk tidak mudik dulu, saya pribadi bisa memahami. Namun bagi yang rutin mudik saat lebaran, tentu tahun ini terasa berbeda.
Lagu "ora bisa mulih" yang dinyanyikan oleh Arda ini dirilis tahun 2020, lagu ini sebenarnya adalah ciptaan alm. Didi Kempot namun kembali dibawakan oleh penyanyi cilik tersebut. Makna lagu ini adalah menceritakan tentang seseorang yang tidak bisa pulang ke rumah karena sedang merantau. Berikut lirik lagu "ora bisa mulih":
Mak bapak, aku ora biso mulih
Bodo iki atiku sedih
Mak bapak, aku ora teko
Neng kene aku isih kerjo
Mung donga lan pujimu
Sing tak suwun jroning uripku
Mak bapak, uwis ojo nangis
Woconen layang sing tak tulis
Mak bapak, ngapuranen aku
Yen ono salah lan luputku
Neng kene koyo ngene rasane
Pingin mulih isih kurang sangune
Suwarane takbir ing wayah wengi
Ngelingke salah dosa iki
Kepingin sungkem ning kudu kepiye iki
Ngapuranen dosane anakmu iki
Mak bapak, uwis ojo nangis
Woconen layang sing tak tulis
Mak bapak, ngapuranen aku
Yen ono salah lan luputku
Neng kene koyo ngene rasane
Pingin mulih isih kurang sangune
Suwarane takbir ing wayah wengi
Ngelingke salah dosa iki
Kepingin sungkem ning kudu kepiye iki
Ngapuranen dosane anakmu iki
Suwarane takbir ing wayah wengi
Ngelingke salah dosa iki
Kepingin sungkem ning kudu kepiye iki
Ngapuranen dosane anakmu iki
Ngapuranen dosane anakmu iki
Banyak kenangan ceria masa kecil dan masa remaja di kampung halaman dulu, khususnya selama bulan Ramadhan, dan saat lebaran bersama para teman dan sahabat. Pengalaman berharga yang menjadi bekal hidup saat ini:
Pertama, bermain petasan karbit. Mengajarkan kita untuk kreatif, dan saling bekerjasama. Kreatif membuat petasan dengan bunyi yang unik dan dasyat, dengan media: bambu, menggali lubang di tanah, memakai kaleng bekas. Bahkan busi bekas sepeda motor juga bisa menjadi alat untuk bermain petasan. Sebab jaman dulu, belum ada petasan seperti yang banyak dijual saat ini.
Kedua, bermain sepeda menjelang waktu buka puasa. Mengajarkan kita untuk saling kompak, olah raga, dan berani untuk menjelajah suatu tempat. Berbekal sepeda unta, atau sepeda jenis torpedo (jenis sepeda yang tidak bisa mundur), ramai-ramai bersepeda dengan gembira menyusuri rute-rute yang menantang.
Ketiga, mencari kayu bakar dan mandi di sungai. Mengajarkan kita untuk rajin membantu orang tua. Meskipun kadang mencari kayu bakar adalah sebuah alibi, karena setelahnya ramai-ramai mandi di sungai. Namun banyak nilai-nilai hidup yang diperoleh dari pengalaman mencari kayu bakar bersama teman-teman, antara lain melatif sikap: sportif, kerja sama, pengertian, memberi semangat, pantang menyerah.
Keempat, memancing ikan dan mencari belut. Mengajarkan kita untuk: kreatif membuat pancing sendiri, berbekal bambu dan sandal jepit bekas. Melatih sikap pantang menyerah, pantang pulang sebelum mendapat ikan. Melatih sikap kerjasama dan saling menyemangati satu dengan yang lain.
Kelima, bermain ketapel dan mencari burung. Mengajarkan kita untuk kreatif membuat ketapel sendiri. Melatih konsentrasi saat mengincar sasaran, meskipun terkadang mencari sasaran lain (manga, jambu, rambutan, dll). Melatih jiwa penjelajah, keberanian untuk menyusuri daerah-daerah yang baru.
Keceriaan Silaturahmi, Karena "Ora Bisa Mulih"
Saudaraku, yang saat lebaran tahun ini tidak mudik, tidak bisa mudik, menahan diri untuk tidak mudik, maupun yang tidak jadi mudik. Mungkin inilah saatnya kita diajak untuk bersilaturahmi dengan para tetangga, sahabat, yang sebelumnya selalu kita tinggal mudik ke kampung halaman.
Tetaplah ceria dalam silaturahmi, lebih saling mengenal, dan tetap sehat selalu. Mari saling menguatkan dan mendoakan.
Untuk saudara-saudaraku di kampung halaman "Selamat Idul Fitri 1441 H".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H