Lebaran tiba, Lebaran tiba.. sekelumit nyanyian kecil anak-anak melantunkan lagu dengan riang gembira.. Bagi mereka Lebaran identik dengan kegembiraan, senang, makan-makan bersama orang-orang yang menyayanginya. Ya..memang Lebaran identik dengan kegembiraan pun begitu juga bagi orang tua Muslim. Kegembiraan setelah sebulan penuh dengan perjuangan melawan hawa nafsu, tidak hanya nafsu untuk makan dan minum saja. Kemenangan akan terasa menggema di hati setiap Muslim, seluruh Muslim, apakah mereka menjalankan ibadah puasa dengan lengkap sebulan penuh maupun mereka yang menjalankannya setengah-setengah karena berbagai uzur dan halangan yang mesti harus mereka hadapi. Si Kaya maupun Si Miskin harus bergembira menyambut dan merayakan Lebaran, hari nan fitri ini.
Keharusan berbagi antara si kaya dan si miskin melalui pembayaran Zakat Fitrah yang mesti wajib dikeluarkan oleh setiap jiwa Muslim tanpa terkecuali dan ini nantinya juga akan kembali disalurkan melalui asnaf yang telah ditentukan menurut syariat Islam, termasuk di dalamnya si fakir miskin. Tidak ada alasan bagi si Miskin untuk tidak bergembira di hari Idul Fitri ini karena penganan (beras) mereka telah tersedia melalui pembagian dari zakat fitrahnya. Semua itu bertujuan dan ditujukan untuk semua umat Muslim bisa merasakan dan merayakan Lebaran dengan suka cita, bergembira.
Ada kata penutupan dari Ketua Masjid komplek kami, hendaknya kita semua jama'ah sholat taraweh, witir yang merupakan malam terakhir di tahun 1438 Hiriyah ini kita melaksanakannya di Masjid Khoirus Sa'adah ini, jadilah umat yang 'rabbaniyah' bukan 'ramadhaniyah', umat yang tidak hanya mengerjakan amal ibadah khususnya sholat berjama'ah hanya aktif ketika Ramadhan saja. Ketika di luar Bulan Ramadhan (Bulan Puasa) kita diharapkan, selalu aktif beribadah sholat berjama'ah di Masjid.
Kita yang tidak mudik tahun ini, cukup menjadi 'penjaga gawang' agar rumah-rumah saudara kita yang mudik tetap bisa terjaga dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab (maling). Sebuah sambutan pengakhiran rangkaian ibadah sholat taraweh, witir yang penuh makna, kebersamaan, persaudaraan, saling ingat mengingatkan dalam kebenaran dan dalam kesabaran.
Siang hari, sabtu, 24 Juni 2017, panitia amil zakat fitrah Masjid, akan berkerja secara optimal menerima dan membagikan zakat fitrah yang dibayarkan oleh umat Muslim melalui Panitia Amil Masjid kepada yang berhak menerimanya (Asnaf) dan sepertinya dari tahun ke tahun di komplek kami hanya satu asnaf yang tidak dijumpai atau ditemukan yaitu hamba sahaya (Budak), ini juga mungkin akan ditemui disetiap permukimam masyarakat Muslim karena perbudakan itu tidak dibenarkan di Bumi Pertiwi ini.
Zakat Fitrah pada Tahun 1438 Hijriyah di Kota kami, 2,5 kg/jiwa, jika diganti dengan uang Rp.25.000,-/jiwa. Dan hampir setiap tahun saya kebagian tugas untuk menjadi Panitia Amil, kesempatan untuk mudik memang terkadang tipis karena H-1 masih berkutat dengan pengurusan zakat fitrah di komplek kami, lazimnya akam saya penuhi (mudik) pada saat Lebaran Idul Adha. Apalagi tahun ini, kedua putra saya yang telah bersekolah ke luar daerah kami tentunya kuat ingin pulang mudik berkumpul dengan orang tuanya, jadilah gak ikut mudik tahun ini, agak sedih sedikitlah.. wkkw.
Ketika ada tautan masuk ke akun facebook saya, tersenyum simpul melihatnya, terasa sedikit menghapus kesedihan lah yang gak bisa mudik, captionnya "pengen pulang ke kampung halaman, tapi lupa halamannya". Caption ini terasa ditujukan kepada diantara teman-teman (tidak semuanya), dimana orang tuanya juga menetap satu Kota dengannya, baik orang tua dari sang istri/suami maupun orang tua nya sendiri, akhirnya ya.. mau mudik ke kampung halaman yang mana..? gak ada kampung yang akan dituju untuk mudik...wkwk.
Berbahagialah bagi teman-teman yang setiap Lebaran bisa mudik ke kampung halaman, luapan kegembiraan pastilah selalu menyelimuti dari aktifitas mudik tersebut walaupun di perjalanan lelah dan letih tak terasa, terbayar sudah ketika berjumpa sanak keluarga di kampung halaman.Â
Saya juga pernah mudik ke kampung halaman sang istri walaupun hanya di bilangan satu pulau Sumatera. Pengalaman unik ketika itu kami jumpai, ada salah satu reporter TV Stasiun Swasta mendadak mendekat ke mobil kami dan menanyakan bagaimana rasanya perjalanan mudik bapak dan keluarga dari Jakarta sampai ke kampung ini. Dengan lembut saya bilang bahwa kami bukan dari Jakarta dik.. cuma dari wilayah Sumatera ini juga. Perjalanannya tidaklah seramai dan seseru ketika kita harus mudik dari Pulau berbeda, semisal Pulau Jawa khususnya dari Jakarta. Tentu kendaraan disana akan padat dan berjubel mengantri di pintu tol dan sebagainya. Usut punya usut ternyata si Reporter itu melihat plat nomor kendaraan yang kami gunakan ternyata berplat "B" atau menunjukan daerah Jakarta. Ah.. itulah jika plat kendaraan belum dibalik namakan sesuai daerah dimana kendaraan itu berdiam, menetap, hehe.
Akhirnya, selamat mudik bagi teman-teman yang berkesempatan mudik tahun ini. Semoga mudik anda menyenangkan dan tetap patuhi peraturan di jalan raya ataupun peraturan dikendaraan umum bagi yang menggunakan kendaraan umum. Selamat berjumpa dengan keluarga di kampung halaman masing-masing. Percayalah.., bawaan harta berlimpah yang kita bawa saat mudik bukanlah menjadi harapan utama dari keluarga kita di kampung halaman, berkumpul dalam kebersamaan kekeluargaan di hari nan fitri ini itulah yang didambakan insan merayakan kemenangan dari perjuangan nan suci selama bulan ramadhan, semoga kita dipertemukan kembali dengan Bulan Ramadhan tahun depan. Amin
Minal Aidin Wal Faidzin, mohon maaf lahir dan batin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H